Di sana ada yang terpingkal suka hati
Tapi di sini aku telah letih diperdaya sepi, ringkih
Nanti mungkin akan perih
Tak tahu lagi dimana adanya hati nanti yang benar berhati-hati
Menjaga hati yang tidak berhati-hati
Setelah rentetan kegagalan konyol itu, aku akhirnya menyadari betapa naifnya diriku. Wanita memang ingin dimengerti lewat kebaikan dan kelembutan. Tapi, bukan berarti aku boleh bersifat naif, apalagi sampai masuk ke lubang yang sama berkali-kali. Meski terlambat, aku bersyukur, aku akhirnya bisa menyadari, sikap baik ternyata tak selamanya memberi dampak baik, terutama jika kebaikan itu berlebihan. Malah, kebaikan yang naif itu akan berbalik menghukum kita.
Aku ingat, aku enggan berpikir atau ngotot berusaha demi cinta. Aku tak malas, aku hanya perlu waktu untuk melupakan semua cerita kegagalan ini. Aku hanya fokus menyelesaikan studi, dan bergaul secara wajar dengan teman-teman. Saat itu, aku menganggap cinta hanyalah sebuah omong kosong. Nyatanya, tak ada kesempatan, untuk mereka yang berusaha sepenuh hati, tanpa merengek minta-minta. Cinta hanyalah untuk para borjuis.
Ternyata, aku butuh waktu cukup lama, untuk bisa kembali bertemu dengan cinta. Aku ingat, setelah aku lulus kuliah, satu persatu dari para "mantan target"ku menikah, atau menjalani hubungan serius, begitu juga dengan teman-teman seperjuanganku. Aku bahagia untuk mereka.
Tapi, kalau boleh jujur, ada sedikit rasa getir di hatiku, karena aku jadi teringat nasib malangku. Rasa getir itu makin kuat, jika ada keluarga (atau siapapun itu) yang bertanya, "Pacarmu mana?", "Giliranmu kapan?", atau bahkan kompak bernyanyi koor,
Kapan kau punya pacar?
Kapan kau punya pacar?
Kapan kau punya pacar?
Di satu sisi, aku menerima itu sebagai sebuah perhatian. Sayangnya, bagiku perhatian ini salah kaprah, karena ini adalah satu hal yang sangat pribadi. Jujur saja, ada beberapa pertanyaan yang muncul di kepalaku:
Apa menikah muda itu sebuah prestasi?
Apa dengan menikah semua masalah hidup akan beres?
Apa menikah itu perkara mudah?
Tentu saja, aku akan tegas menjawab, "Tidak!!".