Kekurangan atau kerugian yang ditimbulkan oleh praktek ladang berpindah-pindah itu adalah:
1) Dapat merusak hutan atau belukar yang ada, 2) mempercepat berkurangnya unsur hara dalam tanah, dan 3) menyumbang terjadinya erosi bagi lingkungan dan tanah sekitar.
Bagaimana Bersikap Terhadap Praktik ini
Praktek menebang hutan dan ladang berpindah-pindah sudah dilakukan para petani tradisional sejak jaman dulu. Apakah kini sudah ditinggalkan? Jawabannya antara sudah dan belum. Sebab kenyataannya, praktek itu sedang terjadi hingga sekarang ini.
Terhadap persoalan tersebut, bagaimana kita menghadapinya?
1) Pendampingan Terhadap Para Petani Tradisional
Supaya para petani tradisional tidak melakukan praktek yang sama yaitu sistem tebas bakar dan ladang berpindah-pindah, pendampingan terhadap mereka mutlak dilakukan oleh para Penyuluh Pertanian Lapangan.
Dengan memberikan pendampingan yang terus menerus mengenai perlunya pemakaian pupuk, terutama pupuk organik supaya tetap mempertahankan unsur hara dalam tanah, maka diharapkan sistem tebas bakar dan ladang berpindah-pindah bisa dikurangi bahkan bisa dicegah.
2) Pemberian Sanksi
Sebelum menjatuhkan sanksi, perlu dilakukan sosialisasi dan pembuatan aturan atau regulasi untuk mencegah praktek tersebut. Kalau sudah ada regulasinya, maka sanksi yang diterapkan secara tegas dan sesuai aturan secara adil, kiranya dapat menjadi solusi untuk mengurangi praktik perladangan liar dan berpindah-pindah.
3) Pengembangan Sistem Afroforestri
Afroforestri adalah suatu sistem pertanian yang berusaha memadukan tanaman pohon kayu keras dengan tanaman pangan. Tanpa melakukan penebangan, tetapi ada juga hasil yang banyak. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa afroforestri lebih menguntungkan dari pada ladang berpindah-pindah.