Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hujan Sudah Turun, Apa yang Harus Kita Siapkan dan Lakukan?

7 November 2024   16:38 Diperbarui: 8 November 2024   08:32 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menanam pohon/Kompas.com (SHUTTERSTOCK)

Hujan Sudah Turun, Apa Yang Harus Kita Siapkan dan Lakukan dan Lakukan?

Kalau berbicara tentang hujan turun, yang paling merasa was-was dan cemas adalah para Petani. Terutama para petani di Pulau Timor. Mengapa? Karena di Timor hanya ada satu musim tanam, sehingga biasanya sesudah menuai atau memanen hasil di kebun, pada akhir bulan April, Mei hingga Juni. Sesudah itu memasuki musim panas atau kemarau hingga akhir Oktober atau awal November baru datang hujan lagi.

Selama musim panas, ladang atau kebun ditinggalkan begitu saja karena kekeringan. Secara umum, tidak ada air sehingga dibiarkan begitu saja. Hanya ada satu dua lokasi kebun yang letaknya dekat sumber mata air yang bisa tetap dipertahankan. Biasanya dilengkapi dengan pondok sekedar untuk berteduh bila datang ke kebun.

Sementara kebanyakan ladang ditinggalkan sampai puncak musim panas atau kemarau baru disiapkan untuk musim berikutnya. Di Timor, puncak musim kemarau itu terjadi pada akhir September atau awal Oktober.

Untuk memastikan bahwa sudah memasuki puncak kemarau biasanya ditandai dengan pembuatan ladang baru dengan sistem Tebas Bakar.

Maka, para Petani Timor umumnya cemas kalau-kalau hujan sudah turun, sementara kebun atau ladang mereka belum siap. Dalam arti hasil tebasan belukar atau bekas kebunnya yang ditinggalkan beberapa tahun silam, kini sudah bisa ditebas dan belum dibakar.

Itulah sebabnya kecemasan dan perasaan was-was para petani.

Menggugat Kebiasaan para Petani Tradisional Timor

Dari kisah di atas, dapat dipastikan bahwa para Petani Tradisional Timor hanya mengandalkan dua musim yaitu Musim Hujan yang biasanya mulai akhir Oktober atau awal November; dan Musim Kemarau yang biasanya dimulai pada akhir April atau awal Mei.

Jadi bulan-bulan seperti Juni, Juli, Agustus, dan September, umumnya Petani Lahan Kering di Timor berhenti bekerja karena ketiadaan air pada musim kemarau.

Apa yang dilakukan para Petani tradisional Timor pada bulan Juni hingga September? Pada bulan-bulan ini umumnya para Petani tradisional Timor pergi ke kota atau kampung lain di sekitarnya untuk mencari pekerjaan.

Namun karena keterbatasan sumber daya manusia, maka pekerjaan yang mereka cari adalah seputar pertanian pula. Biasanya mereka membersihkan kebun orang lain, membuat pagar, balik tanah secara tradisional, atau kalau ada kemampuan lain mereka bisa menjadi kuli bangunan di kota.

Setelah mereka menyelesaikan pekerjaan untuk mencari tambahan makanan dan uang, mereka akan kembali ke kampung halamannya lagi. Dan biasanya para petani tradisional Timor sangat familiar dengan musim.

Ketika mereka mulai mendengar adanya bunyi guntur dan gemuruh sebagaimana disebutkan dalam Kitab Suci sebagai "Tanda-Tanda Zaman", maka mereka bergegas ke kebun atau ladang yang dulu telah mereka tinggalkan. Untuk apa mereka kembali ke bekas ladangnya yang sudah ditinggalkan beberapa tahun lalu? Mereka mulai melakukan tebas atau tebang bakar, yang kemudian kita kenal sebagai "Ladang Berpindah-Pindah".

Apa itu ladang berpindah-pindah?

Menurut sciencedirect.com, Ladang berpindah-pindah adalah suatu sistem pertanian tradisional yang dilakukan dengan membuka lahan, menebang dan membakar pohon, lalu menanam tanaman pangan. Biasanya setelah ladang itu ditanami beberapa tahun lalu kesuburan tanah dirasakan mulai menurun, lahan tersebut ditinggalkan dan diganti dengan lahan baru yang dibuka dengan cara yang sama.

Selanjutnya, ketika mereka (para petani tradisional) mendengar adanya bunyi gemuruh yang terus menerus, dan panas makin memuncak, mereka mulai membakar lahan-lahan yang tadi sudah ditebang dan dikeringkan, sehingga biasanya asap mengepul di mana-mana pada menjelang turun hujan, karena pada umumnya para petani itu baru saja membakar lahannya.

Bahkan ada semacam mitos dari para petani tradisional Timor:

"Bila ada petani yang begitu selesai membakar ladang atau kebunnya dan langsung turun hujan, itulah yang dilihatnya sebagai "Rejeki."

Akan tetapi bila, selesai membakar kebun atau ladangnya dan belum juga turun hujan, maka tetangga atau sesama petani harus menyiram si petani tadi dengan air, dengan maksud untuk mendinginkan dia atau mendatangkan "rejeki' untuknya.

Mengapa Praktik Ladang Berpindah-Pindah

Adanya praktek membuat ladang berpindah-pindah disebabkan oleh berbagai alasan, diantaranya:

Mata Pencaharian

Seperti sudah dikisahkan di atas, bagi para petani tradisional atau dalam hal ini dapat dikatakan sebagai masyarakat adat, perladangan berpindah sebenarnya merupakan mata pencaharian pokok mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karena kebun atau ladang itu sudah lama, sudah tidak subur lagi, jadi, kalau tidak berpindah, tidak mendapatkan hasil, lalu keluarga makan apa?

Kearifan Lokal

Praktek ladang berpindah-pindah sudah menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat adat dan para petani tradisional, seperti yang terjadi pada masyarakat Timor.

Penyesuaian Lingkungan

Seperti yang juga dipraktekkan oleh masyarakat adat Dayak di Kalimantan, pembakaran gulma sebelum menanam juga merupakan praktek kebiasaan masyarakat adat Timor untuk beradaptasi dengan lingkungan. Orang akan merasa 'adanya rejeki' apabila ketika membakar gulma itu, apanya tinggi menjulang dan besar, panas membara, sehingga meninggalkan abu dan arang yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanah.

Kekurangan atau kerugian yang ditimbulkan oleh praktek ladang berpindah-pindah itu adalah:

1) Dapat merusak hutan atau belukar yang ada, 2) mempercepat berkurangnya unsur hara dalam tanah, dan 3) menyumbang terjadinya erosi bagi lingkungan dan tanah sekitar.

Bagaimana Bersikap Terhadap Praktik ini

Praktek menebang hutan dan ladang berpindah-pindah sudah dilakukan para petani tradisional sejak jaman dulu. Apakah kini sudah ditinggalkan? Jawabannya antara sudah dan belum. Sebab kenyataannya, praktek itu sedang terjadi hingga sekarang ini.

Terhadap persoalan tersebut, bagaimana kita menghadapinya?

1) Pendampingan Terhadap Para Petani Tradisional

Supaya para petani tradisional tidak melakukan praktek yang sama yaitu sistem tebas bakar dan ladang berpindah-pindah, pendampingan terhadap mereka mutlak dilakukan oleh para Penyuluh Pertanian Lapangan.

Dengan memberikan pendampingan yang terus menerus mengenai perlunya pemakaian pupuk, terutama pupuk organik supaya tetap mempertahankan unsur hara dalam tanah, maka diharapkan sistem tebas bakar dan ladang berpindah-pindah bisa dikurangi bahkan bisa dicegah.

2) Pemberian Sanksi

Sebelum menjatuhkan sanksi, perlu dilakukan sosialisasi dan pembuatan aturan atau regulasi untuk mencegah praktek tersebut. Kalau sudah ada regulasinya, maka sanksi yang diterapkan secara tegas dan sesuai aturan secara adil, kiranya dapat menjadi solusi untuk mengurangi praktik perladangan liar dan berpindah-pindah.

3) Pengembangan Sistem Afroforestri

Afroforestri adalah suatu sistem pertanian yang berusaha memadukan tanaman pohon kayu keras dengan tanaman pangan. Tanpa melakukan penebangan, tetapi ada juga hasil yang banyak. Ada penelitian yang menunjukkan bahwa afroforestri lebih menguntungkan dari pada ladang berpindah-pindah.

4) Penerapan Kebijakan Laudato Si Action Platform

Sudah adanya penelitian yang mendalam mengenai dampak lingkungan dan pandangan masyarakat lokal yang dapat membantu masyarakat setempat untuk merumuskan berbagai kebijakan mengenai seharusnya melakukan pembakaran hutan atau lahan yang lebih baik. Termasuk di dalamnya upaya-upaya khusus dan berkelanjutan terhadap lingkungan hidup melalui gerakan "Laudato Si Action Platform" untuk menyelamatkan bumi rumah kita bersama.

Apa Yang Harus Disiapkan untuk Menghadapi Musim Hujan sekarang?

Di Timor sudah beberapa kali turun hujan lebat. Bukan hanya para petani yang bergembira menyambut datangnya hujan itu, tetapi semua orang tanpa kecuali karena untuk mengurangi panas akibat kekeringan panjang.

Maka untuk menghadapi musim hujan yang sering menimbulkan berbagai dampak seperti penyakit dan bencana alam lainnya, tetapi secara positif harus disikapi dengan berbagai aksi atau gerakan bersama, antara lain:

Siapkan Bibit tanaman baik tanaman pangan maupun hortikultura. Sebab sekarang saatnya untuk menanam. Jangan terlambat!

Di Timor, kalau menanam terlambat berakibat gagal panen. Karena itu harus segera. Dan karena itu dari Pemerintah juga mulai membagikan bibit-bibit unggul seperti jagung dan tanaman umur pendek, juga tanaman umur panjang.

Setiap orang harus membangun niat dan komitmen untuk menanam dan menanam tanaman apa saja yang berguna baik untuk konsumsi maupun untuk penghijauan. 

Keluarga-keluarga harus mulai membiasakan anak-anak untuk menanam pohon sekarang, dan kelak mereka boleh menikmati hasilnya. Anak-anak sekolah mulai dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi, "mari kita mulai menanam pada musim hujan ini, supaya kelak kita menikmati lingkungan hijau."

Paus Fransiskus mendorong masyarakat untuk menanam pohon sebagai salah satu cara untuk mengubah gaya hidup dan merawat lingkungan (Ensiklik Laudato Si)

Paus Fransiskus juga menyampaikan pesan agar setiap aktivitas yang berdampak pada lingkungan memperhitungkan hak-hak kaum miskin dan kurang mampu.

Atambua, 07.11.2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun