Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ojol yang Mati Karena Kelaparan, Sebuah Ironi Sekaligus Pelajaran

15 September 2024   22:48 Diperbarui: 16 September 2024   00:19 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Solidaritas memberi makan/depositphotos

Kalau saja DMS itu seorang pribadi yang terbuka, ia bisa saja meminta makanan dari rumah makan terdekat. Bisa dalam bentuk BON atau kredit, yang akan dibayarkan atau dilunasi setelah menerima bayaran.

Ada banyak orang yang sebenarnya bisa membantu, kalau kita mau terbuka terhadap orang lain. 

Menurut Fimela.com, alasan paling umum seseorang takut bersikap terbuka adalah kekhawatiran terhadap penolakan. Sebelum ia mengungkapkan perasaannya, ia sudah terlebih dahulu membayangkan pasti ia akan ditolak. Ada semacam ketakutan bahwa orang akan berpikir buruk terhadap kita. Demikian yang dialami oleh sang Ojol. Karena itu terpaksa dia harus meregang nyawa akibat kelaparan.

Kedua, Lemahnya Nilai Rasa Sosial Masyarakat dan adanya egoisme dan individualisme 

Kehidupan di kota besar seperti di kota Medan telah dikuasai oleh sikap egoisme dan individualisme yang menyebabkan orang tidak pusing dengan orang lain. Hal tersebut menurut para pakar etika dan moral disebut lemahnya nilai rasa sosial kemasyarakatan.  

Ketika dalam suatu masyarakat terdapat sikap dan nilai rasa seperti ini maka sebenarnya kehidupan sosialnya telah terganggu. Sebab pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial (en sociale).

***

Kejadian ini merupakan suatu ironi. Ada orang yang mati karena kelaparan, sementara itu ada orang lain yang membuang-buang makanan.  Terhadap kejadian seperti ini, adakah sesuatu yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita ?

1.    Pesan Paus Fransiskus pada Hari Pangan Sedunia 2019

"Sungguh kejam, tidak adil dan paradoksal, pada masa kini ketika ada makanan untuk semua orang, tetapi tidak semua boleh mengaksesnya. Atau ada daerah di dunia di mana makanannya berlimpah-limpah, dibuang, dikonsumsi berlebihan atau dimanfaatkan untuk tujuan lain bukan untuk memenuhi kebutuhan." (Surat Paus Fransiskus kepada Mr. Qu Dongyu, Direktur Jenderal FAO pada 16 Oktober 2019 bertepatan dengan Hari Pangan Sedunia).

2.    Paus Fransiskus mengecam kebiasaan membuang makanan

Dari Vatican City, Paus Fransiskus mengecam kebiasaan warga negara-negara Barat yang kerap menyisakan makanan mereka. Paus menyamakan kebiasaan itu seperti mencuri makanan dari orang miskin.

Pernyataan Paus tersebut disampaikan dalam kotbahnya pada peringatan  Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang dicanangkan PBB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun