Sebuah Pengalaman
Ketika penulis masih kecil. Kala itu ayah masih hidup. Kini ia sudah kembali ke Rumah Bapa Abadi 40-an tahun lalu. Ayah berkenalan dengan seseorang bapak yang baik sekali dari TTS. Keduanya bertemu di Pasar Haekto yang biasanya pada hari Kamis, sehingga disebut Pasar Kamis.
Mereka saling bertukar barang (Barter). Ayah biasanya menjual 'sopi' yaitu sejenis minuman keras hasil buatan sendiri. Kata mereka yang biasa membeli, "nikmat atau keras" rasanya.Â
Sedangkan bapak dari TTS biasanya menjual  tembakau juga hasil irisan sendiri, yang bagi para penikmat tembakau, katanya "enak atau nikmat rasanya".
Maka biasanya keduanya saling tukar barang. Ayah memberi sahabatnya sopi, sedangkan sahabatnya itu memberi untuk ayah 'tembakau'. Bukan hanya di situ saja.Â
Ayah selalu mengajak kami anak-anak untuk bertemu dengan sahabatnya. Mula-mula mengajak kami ke kebunnya. Di sana kami boleh memetik buah-buahan yang ada, menikmati air tebu dan kelapa muda. Juga bisa menggali ubi. Memasak dan sesudah makan bersama, kami diberi lagi telur ayam kampung yang segar.
Demikian pun sahabat ayah itu bersama keluarganya datang mengunjungi kami dan mendapatkan perlakuan yang sama.Â
Hubungan persahabatan selanjutnya dibangun terus. Untuk bertemu, mereka membuat perjanjian terlebih dahulu yang kata orang Timor  "baku janji" untuk "baku dapa", dalam bahasa Dawan sehari-hari orang katakan,  "Maheo hanaf atau mana' molok".Â
Namun pengertian dari kedua kata terakhir ini lebih pada kata-kata yang diucapkan. Sedangkan "Laes Mantaen" lebih pada perjanjian persahabatan sejati yang tidak boleh diingkari.
Sayang sesudah ayah meninggal, beberapa waktu kemudian, sahabatnya pun meninggal dunia.Â
Kami anak-anak sudah meninggalkan kampung halaman untuk studi dan berkarya. Akhirnya putuslah sudah persahabatan itu. Namun bukan karena sengketa atau ingkar janji, tetapi semata-mata karena sudah saling melupakan. Kini tidak tahu lagi alamat anak-anaknya dan keturunannya.Â