Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ba'e ma Benu' Persahabatan Sejati ala Orang Timor

2 Agustus 2023   11:48 Diperbarui: 2 Agustus 2023   11:49 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sahabat sejati (sumber: keuskupanatambua.org, foto: pexels)

Berbicara tentang persahabatan pada hari persahabatan itu sesuatu yang menarik namun sekaligus menakutkan. Menarik karena persahabatan itu mendatangkan sukacita dan kegembiraan, bantuan dan pertolongan pada waktunya bagi kita. Namun juga menakutkan karena sekali mencederai persahabatan akan berubah menjadi musuh bebuyutan.

Demikian orang bijak mengatakan hal itu, dengan maksud agar kita memelihara persahabatan, karena persahabatan itu sesuatu yang mahal harganya lebih dari emas dan permata.

Dalam budaya orang Timor sendiri persahabatan sangat dihormati dan dihargai. Seorang sahabat sering diperlakukan lebih dari pada anak kandung dan lebih dari orang tua kandung.

Istilah 

Di kabupaten Belu dan Malaka yang berbahasa Tetum menyebutnya "Belu", sedangkan di kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dan kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang berbahasa Dawan atau Uab Meto menyebutnya dengan dua kata yaitu  "Ba'e ma Benu" yang sama-sama artinya 'sahabat'.  Berbeda dengan kata 'Abiat atau Bia' yang artinya teman.

Untuk membuktikan persahabatan di antara dua sahabat, biasanya mereka melakukan perjanjian-perjanjian tertentu yang disebut "perjanjian persahabatan" yang dalam bahasa Dawan atau Uab Meto disebut "Laes Manta'en", seperti yang dituturkan oleh bapak Yohanes Kolo, tokoh adat Dawan yang tinggal di Atambua, "Laes manta'en, Ma'lomet nok ma'lomet , nekaf mese ansaof mese". 

Sehingga terkenal dengan sebuah lagu berbahasa Dawan atau Uab Meto yang bunyi syairnya :

"Laes Man ta'en, tala tmaet, nekaf mese, tala tmaet," artinya  "Perjanjian persahabatan sampai mati, satu hati sampai mati". Itulah persahabatan sejati dalam budaya Timor.

Akan tetapi bila persahabatan itu dikianati, maka bayarannya mahal. Sekali lagi sangat mahal, bahkan nyawa ganti nyawa sampai tujuh turunan pun sulit dipersatukan.

Baca juga: Makna Niut Sa

Itulah yang dikenal dengan istilah sebagai lawan dari persahabatan adalah perseteruan atau persengketaan. Dalam bahasa Dawan atau Uab Meto disebut " Lasi' Bata' ". Lasi Bata terjadi karena pengkhianatan terhadap persahabatan. 

Karena ada 'Lasi Bata' yang pernah terjadi pada masa lampau, maka terjadilah permusuhan di antara keturunan dari dua orang yang dulunya sangat bersahabat.

Bagaimana caranya untuk memperbaiki perseteruan itu kembali? Maka biasanya diadakan apa yang dinamakan "Hel Keta' atau Helas Ketak". 

Tujuannya adalah seperti yang dikatakan Bapak Vinsensius Saba, salah seorang pemerhati adat dari Noemuti, yaitu untuk "Tasaib maputu, malala, he anin nfu neke, oele nsai neke". Artinya kira-kira begini "Biarkan yang panas mendidih, supaya angin tiup bawa, air mengalir bawa". 

Ilustrasi tarian bonet tarian persahabatan (sumber:kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Ilustrasi tarian bonet tarian persahabatan (sumber:kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Cara Membangun Persahabatan

Kalau antara dua orang Timor bersahabat, persahabatan mereka itu kekal. Misalnya antara seorang dari Dawan (TTU) dan seorang dari Belu (Tetun), kalau mereka ingin membangun persahabatan yang sejati, mereka tidak memperhitungkan soal bahasa. 

Biar pun mereka secara bahasa tidak saling mengerti, tetapi secara batiniah mereka sangat bersahabat. Terkadang kalau mereka sudah saling membangun persahabatan, mereka menggunakan anak sendiri atau orang lain sebagai 'juru bahasa' atau penterjemah.

Untuk itu mereka akan membuat semacam perjanjian untuk selalu bertemu. Dan tempat pertemuan yang paling tepat adalah di pasar. Untuk diketahui bahwa pasar tradisional di Timor biasanya diadakan selama dua hari atau satu malam. 

Misalnya Pasar Noemuti diadakan pada hari Rabu. Orang-orang yang mau menjual atau menjajakan barangnya di pasar itu, umumnya sudah datang pada hari Selasa sore atau malam.

Hal itu terjadi juga di Pasar Maubesi yang biasanya pada hari Kamis. Para "pedagang" tradisional Timor sudah datang pada hari Rabu sore atau Rabu malam. 

Dan kebiasaan inilah yang menjadi cikal bakal orang Timor membangun persahabatan. Mereka memulai persahabatan di pasar, kemudian melanjutkannya ke kebun, dan seterusnya ke rumah. Tiga medan persahabatan ala orang Timor.

Sebuah Pengalaman

Ketika penulis masih kecil. Kala itu ayah masih hidup. Kini ia sudah kembali ke Rumah Bapa Abadi 40-an tahun lalu. Ayah berkenalan dengan seseorang bapak yang baik sekali dari TTS. Keduanya bertemu di Pasar Haekto yang biasanya pada hari Kamis, sehingga disebut Pasar Kamis.

Mereka saling bertukar barang (Barter). Ayah biasanya menjual 'sopi' yaitu sejenis minuman keras hasil buatan sendiri. Kata mereka yang biasa membeli, "nikmat atau keras" rasanya. 

Sedangkan bapak dari TTS biasanya menjual  tembakau juga hasil irisan sendiri, yang bagi para penikmat tembakau, katanya "enak atau nikmat rasanya".

Maka biasanya keduanya saling tukar barang. Ayah memberi sahabatnya sopi, sedangkan sahabatnya itu memberi untuk ayah 'tembakau'. Bukan hanya di situ saja. 

Ayah selalu mengajak kami anak-anak untuk bertemu dengan sahabatnya. Mula-mula mengajak kami ke kebunnya. Di sana kami boleh memetik buah-buahan yang ada, menikmati air tebu dan kelapa muda. Juga bisa menggali ubi. Memasak dan sesudah makan bersama, kami diberi lagi telur ayam kampung yang segar.

Demikian pun sahabat ayah itu bersama keluarganya datang mengunjungi kami dan mendapatkan perlakuan yang sama. 

Hubungan persahabatan selanjutnya dibangun terus. Untuk bertemu, mereka membuat perjanjian terlebih dahulu yang kata orang Timor  "baku janji" untuk "baku dapa", dalam bahasa Dawan sehari-hari orang katakan,  "Maheo hanaf atau mana' molok". 

Namun pengertian dari kedua kata terakhir ini lebih pada kata-kata yang diucapkan. Sedangkan "Laes Mantaen" lebih pada perjanjian persahabatan sejati yang tidak boleh diingkari.

Sayang sesudah ayah meninggal, beberapa waktu kemudian, sahabatnya pun meninggal dunia. 

Kami anak-anak sudah meninggalkan kampung halaman untuk studi dan berkarya. Akhirnya putuslah sudah persahabatan itu. Namun bukan karena sengketa atau ingkar janji, tetapi semata-mata karena sudah saling melupakan. Kini tidak tahu lagi alamat anak-anaknya dan keturunannya. 

Berbahagialah kamu sahabat sejati! Terima kasih, kalian telah mengajarkan pentingnya persahabatan dan sahabat yang sejati. 

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita sekalian.

Atambua, 02.08.2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun