Karena ada 'Lasi Bata' yang pernah terjadi pada masa lampau, maka terjadilah permusuhan di antara keturunan dari dua orang yang dulunya sangat bersahabat.
Bagaimana caranya untuk memperbaiki perseteruan itu kembali? Maka biasanya diadakan apa yang dinamakan "Hel Keta' atau Helas Ketak".Â
Tujuannya adalah seperti yang dikatakan Bapak Vinsensius Saba, salah seorang pemerhati adat dari Noemuti, yaitu untuk "Tasaib maputu, malala, he anin nfu neke, oele nsai neke". Artinya kira-kira begini "Biarkan yang panas mendidih, supaya angin tiup bawa, air mengalir bawa".Â
Cara Membangun Persahabatan
Kalau antara dua orang Timor bersahabat, persahabatan mereka itu kekal. Misalnya antara seorang dari Dawan (TTU) dan seorang dari Belu (Tetun), kalau mereka ingin membangun persahabatan yang sejati, mereka tidak memperhitungkan soal bahasa.Â
Biar pun mereka secara bahasa tidak saling mengerti, tetapi secara batiniah mereka sangat bersahabat. Terkadang kalau mereka sudah saling membangun persahabatan, mereka menggunakan anak sendiri atau orang lain sebagai 'juru bahasa' atau penterjemah.
Untuk itu mereka akan membuat semacam perjanjian untuk selalu bertemu. Dan tempat pertemuan yang paling tepat adalah di pasar. Untuk diketahui bahwa pasar tradisional di Timor biasanya diadakan selama dua hari atau satu malam.Â
Misalnya Pasar Noemuti diadakan pada hari Rabu. Orang-orang yang mau menjual atau menjajakan barangnya di pasar itu, umumnya sudah datang pada hari Selasa sore atau malam.
Hal itu terjadi juga di Pasar Maubesi yang biasanya pada hari Kamis. Para "pedagang" tradisional Timor sudah datang pada hari Rabu sore atau Rabu malam.Â
Dan kebiasaan inilah yang menjadi cikal bakal orang Timor membangun persahabatan. Mereka memulai persahabatan di pasar, kemudian melanjutkannya ke kebun, dan seterusnya ke rumah. Tiga medan persahabatan ala orang Timor.