Berbicara tentang persahabatan pada hari persahabatan itu sesuatu yang menarik namun sekaligus menakutkan. Menarik karena persahabatan itu mendatangkan sukacita dan kegembiraan, bantuan dan pertolongan pada waktunya bagi kita. Namun juga menakutkan karena sekali mencederai persahabatan akan berubah menjadi musuh bebuyutan.
Demikian orang bijak mengatakan hal itu, dengan maksud agar kita memelihara persahabatan, karena persahabatan itu sesuatu yang mahal harganya lebih dari emas dan permata.
Dalam budaya orang Timor sendiri persahabatan sangat dihormati dan dihargai. Seorang sahabat sering diperlakukan lebih dari pada anak kandung dan lebih dari orang tua kandung.
IstilahÂ
Di kabupaten Belu dan Malaka yang berbahasa Tetum menyebutnya "Belu", sedangkan di kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), dan kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang berbahasa Dawan atau Uab Meto menyebutnya dengan dua kata yaitu  "Ba'e ma Benu" yang sama-sama artinya 'sahabat'.  Berbeda dengan kata 'Abiat atau Bia' yang artinya teman.
Untuk membuktikan persahabatan di antara dua sahabat, biasanya mereka melakukan perjanjian-perjanjian tertentu yang disebut "perjanjian persahabatan" yang dalam bahasa Dawan atau Uab Meto disebut "Laes Manta'en", seperti yang dituturkan oleh bapak Yohanes Kolo, tokoh adat Dawan yang tinggal di Atambua, "Laes manta'en, Ma'lomet nok ma'lomet , nekaf mese ansaof mese".Â
Sehingga terkenal dengan sebuah lagu berbahasa Dawan atau Uab Meto yang bunyi syairnya :
"Laes Man ta'en, tala tmaet, nekaf mese, tala tmaet," artinya  "Perjanjian persahabatan sampai mati, satu hati sampai mati". Itulah persahabatan sejati dalam budaya Timor.
Akan tetapi bila persahabatan itu dikianati, maka bayarannya mahal. Sekali lagi sangat mahal, bahkan nyawa ganti nyawa sampai tujuh turunan pun sulit dipersatukan.
Itulah yang dikenal dengan istilah sebagai lawan dari persahabatan adalah perseteruan atau persengketaan. Dalam bahasa Dawan atau Uab Meto disebut " Lasi' Bata' ". Lasi Bata terjadi karena pengkhianatan terhadap persahabatan.Â