Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Arus Balik Kepemimpinan Megawati

10 Januari 2024   09:16 Diperbarui: 10 Januari 2024   19:40 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Foto: Kompas.com

Kemungkinan pertama, Megawati berharap suara kader-kader PDIP pro Jokowi tidak lari. Meski Jokowi hanya menyumbang 4-5 persen suara pada dua pemilu sebelumnya, Megawati masih memasang target memenangkan Pemilu 2024. Kehilangan suara dari pendukung Jokowi berpotensi merusak mimpi hattrick yang sudah terlanjur disuarakan.

Kedua, Megawati tidak yakin Ganjar-Mahfud MD dapat memenangkan Pilpres 2024. Terlebih, sejak Gibran resmi menjadi cawapres, elektabilitas pasangan yang diusung PDIP terjun bebas. Meski, seperti juga dikatakan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, hasil survei bukan tolok ukur utama, namun sulit juga untuk mengabaikan, terutama dari lembaga-lembaga survei kredibel seperti Litbang Kompas.

Ketiga, sebagai antisipasi manakala Ganjar-Mahfud masuk putaran kedua bersama Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar. Sebab Pilpres 2024 sangat terbuka berlangsung 2 putaran. Bahkan hasil survei internal tim Ganjar-Mahfud, tidak menunjukkan adanya pasangan yang mampu meraih suara nasional di atas 50 persen.

Jika pada putaran kedua jagoan PDIP berhadapan dengan AMIN, maka logikanya tidak sulit bagi Megawati untuk memaksa Jokowi mengalihkan dukungan kepada Ganjar-Mahfud selama masih berstatus kader PDIP.

Jika benar demikian, maka sesungguhnya Megawati sedang mempertaruhkan kehormatan partai dan kesucian hak prerogatifnya. Di masa mendatang, kader-kader PDIP akan lebih berani melakukan hal serupa karena meyakini ketegasan Megawati dapat "dijinakkan" dengan polesan pencitraan.

Jika memang yakin hasil survei tidak menggambarkan kondisi sebenarnya, seperti dikatakan Hasto, mestinya Megawati tetap konsisten menegakkan aturan partai. Karena itu yang selama ini menopang kebesarannya.

Momentum ultah ke-51 bisa digunakan Megawati untuk mengevaluasi sikap politiknya terhadap Jokowi. Terlebih, dengan alasan ada agenda kunjungan kerja ke Filipina, Jokowi tidak hadir dalam perayaan HUT PDIP. Sesuatu yang baru pertama kali terjadi selama sekitar 20 tahun Jokowi menjadi kader PDIP.  

Apakah hari ini kita akan mendengar ketegasan Megwati? Mari kita tunggu pidato politik Megawati yang diberi judul  "Satyam Eva Jayate" atau "Kebenaran Pasti Menang".

Tulisan terkait: Kritik Keras TNI, Megawati Tidak Lagi Sebut Petugas Partai 

Salam @yb

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun