Terhadap semua gejolak tersebut, sikap Megawati sangat tegas. Dalam berbagai kesempatan, dengan gaya khasnya, mengacungkan telunjuk tangan kanan seperti bapaknya, Presiden RI Pertama Ir Soekarno ketika mengatakan "go to hell with your aid" kepada Amerika Serikat dan sekutunya, Â Megawati mempersilakan kader yang sudah tidak sejalan untuk keluar.
Bahkan Megawati langsung memecat kader yang dianggap mbalelo sebelum mereka resmi mundur seperti yang dilakukan terhadap Roy BB Janis, dkk, serta Rustriningsih.
Pada titik ini, Surya Paloh perlu belajar pada Megawati. Mungkin bagi sebagian kalangan, terutama eksternal, Megawati dicap otoriter dalam memimpin partai. Tetapi sejarah membuktikan, PDIP di tangan Megawati mampu keluar dari tsunami dan sudah 3 kali memenangi Pemilu yakni 1999, 2014 dan 2019.
Fakta juga menunjukkan, semua tokoh yang hengkang atau dipecat dari PDIP gagal bersinar setelah berada di luar. Partai yang mereka dirikan tidak pernah sampai Senayan. Bahkan elektabilitas Ganjar di Jawa Tengah sudah sangat jauh meninggalkan Rustriningsih.
Surya Paloh harus bisa memanfaatkan momentum deklarasi Anies untuk membangkitkan soliditas dan militansi, sekaligus menguji loyalitas kader-kadernya. Jangan pernah memberi tempat pada kader yang hanya "menumpang hidup", yang hanya menjadikan partai sebagai kendaraan politik dan ambisi pribadinya.
Partai adalah organisasi yang harus dinakhodai oleh 1 orang agar tetap dapat melaju di tengah samudera luas yang penuh badai.