China Sudah Lebih Dulu Melakukan Praktik "Bom Tiket"
Seperti dikutip dari laman website bbc.com, praktik manipulasi jumlah penonton dengan melakukan "bom tiket" dilakukan untuk menaikkan valuasi saham si produsen atau rumah produksi film tersebut.Â
Normalnya valuasi saham sebuah rumah produksi otomatis akan naik serta menarik minat para investor saham apabila filmnya mendapatkan respon positif di pasaran, baik secara kritik ataupun pendapatan komersil. Jadi, film yang memiliki kualitas tinggi memang wajib diproduksi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Namun yang dilakukan para penggiat industri disana justru sebaliknya. Harga saham yang tinggi menjadi tujuan utama melebihi kualitas film itu sendiri. Sehingga praktik "bom tiket" ini dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal secara singkat, tak peduli bagaimana kualitas film sebenarnya.
Lalu, apakah dugaan "bom tiket" di industri film Indonesia juga dilakukan atas dasar yang sama dengan apa yang terjadi di China? Nampaknya semua baru bisa terjawab ketika isu ini benar-benar berhasil diinvestigasi dengan tepat oleh pihak berwenang. Â
Isu yang Perlu Perhatian Khusus
Peran Asih disini jelas bisa menjadi pembuka untuk mendalami dugaan praktik kecurangan  ini. Apakah benar seperti yang ramai diperbincangkan di twitter, atau hanya sekedar dugaan saja.
Jika benar, tentu hal ini akan mengarah ke film-film lainnya yang lebih dulu menembus jutaan penonton untuk diinvestigasi ulang.Â