Karena merasa ada yang aneh, di cek juga lah bioskop lainnya lewat aplikasi ticketing tersebut. Dan ternyata pola seat yang terisi untuk film Asih hampir semuanya sama dengan apa yang terjadi di bioskop mall A+ tersebut. Semakin curiga karena teman juga pernah cerita bahwa salah satu film Indonesia dengan penonton terbanyak saat ini juga mengalami praktik serupa.
Setelah kejanggalan itu, diuji coba lah untuk menyaksikan film potensi blockbuster lainnya namun dari ranah Hollywood, Venom. Hasilnya, film ini terlihat penuh di aplikasi ticketing online dan penuh juga di bioskop real nya.
Dan setelah akun tersebut menutup cerita thread nya, sontak banyak mention yang masuk dari follower nya dan juga akun twitter lain yang kebetulan mengikuti thread nya. Dan isinya memang kebanyakan mengamini apa yang dialami si pemilik akun @PocongPerfilman ini.Â
Ada yang bercerita tiketnya dibagikan secara gratis ketika membeli produk tertentu di salah satu gerai minimarket, ada yang dibagikan tiket gratis kala selesai transaksi pembelian kain, juga ada yang bercerita bahwa ada kru radio yang datang ke kelas dan membagikan tiket film ini secara gratis yang jumlahnya hingga 400 tiket.
Apakah hal ini benar? Tentu saja ini masih berupa dugaan dan analisa pribadi dari si pemilik akun yang kebetulan juga diperkuat dengan cerita yang dialami langsung oleh pengguna twitter lainnya. Kita tentu belum bisa langsung menjustifikasi isu ini, karena data dan fakta di lapangan pun sejatinya belum terungkap secara lengkap.
Namun sebagai penikmat dan pendukung industri film tanah air, sudah selayaknya kita juga ikut aware terhadap isu ini agar atmosfer persaingan di industri film nasional semakin baik dan bebas dari praktik nakal yang mungkin saja benar dilakukan beberapa oknum bahkan oleh si rumah produksi film itu sendiri.
Cuitan Joko Anwar pun Membahas "Bom Tiket"
Tak lama setelah postingan akun @PocongPerfilman ramai diperbincangkan, hari ini Joko Anwar juga menulis cuitan pada laman twitternya yang membahas perihal adanya dugaan borong tiket dari production house film tanah air.Â
Namun masih dikaji apakah praktik seperti ini memang benar terjadi dan berpengaruh besar terhadap laku tidaknya suatu film atau benar-benar menarik minat penonton apa tidak setelah mengetahui jumlah penonton yang banyak dan heboh di awal penayangannya.
Dan tentunya, postingan Joko Anwar ini semakin menegaskan bahwa praktik seperti ini sejatinya memiliki potensi untuk benar-benar terjadi di Indonesia, dan nampaknya memang harus segera diinvestigasi oleh pihak berwenang dan kompeten. Lebih bagus lagi apabila tim investigasinya berasal dari kalangan independen.