Mohon tunggu...
Yola Widya
Yola Widya Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penyuka kuliner dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Pelangi di Mataku

16 Januari 2024   11:11 Diperbarui: 16 Januari 2024   11:14 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Katakan satu alasan agar aku tidak meninggalkanmu!"

Aku menatap matanya dalam-dalam, mengharapkan jawaban yang sesuai keluar dari bibirnya. Tapi matanya menatapku gugup. Seperti biasanya ... seperti menyimpan rahasia .... Rahasia yang jadi duri selama ini. Dan aku benci padanya ....

***

Berkali-kali aku mencoba mengabaikan telepon dari Badra, tapi rasa penasaran menggigit semakin keras. Apa gerangan yang membuat Badra begitu bersikukuh menghubungiku? Apakah dia diminta Aswin untuk meneror setelah berjuta dering telepon darinya kuabaikan? Hanya alasan ini yang masuk akal buatku. Setelah satu bulan aku mengabaikan Aswin, berpura-pura ia tak pernah ada dalam hati ini. Padahal rindu ini semakin membesar, mengakar hingga tak bisa diukur oleh nalar. Aku tahu, kenangan dalam masa 6 tahun takkan mungkin tenggelam begitu saja. Akan sangat sulit bagiku untuk melupakan Aswin. Walaupun penasaran, aku yakin keputusan untuk mengabaikan telepon dari Badra sangatlah tepat.

Tapi ternyata tidak untuk Badra. Rupanya ia memutuskan untuk melakukan hal ekstrem setelah cukup bersabar menerima pengabaian dariku. Badra tiba-tiba menghadangku di sebuah pagi yang sangat dingin. Jaketnya menutupi leher, sekilas kulihat uap di setiap helaan napasnya. Napas Badra terengah-engah. Aku yakin dia telah berusaha keras untuk dapat menemuiku.

"Lin, kumohon, jangan menghindariku terus ...." Tangan Badra menarik lenganku, "Please, ini penting ...."

Aku membuang muka. Bukan karena muak dengan sikapnya, tapi karena yakin dia diminta Aswin untuk melakukan hal ini. Akhirnya kuputuskan untuk menahan diri kabur darinya. Kutatap mata Badra lekat-lekat, "Jangan bilang kalau ini semua tentang Aswin ...."

Badra menunduk, "Sayangnya ini memang tentang Aswin," ucapnya perlahan. "Kamu harus menemuinya, Lin, harus ...."

Kutepis tangan Badra dengan kasar, "Menemuinya? Setelah semua rasa sakit yang dia buat kamu bilang harus menemuinya?"

"Maaf, Lin, aku tahu Aswin salah. Tapi kali ini kamu harus benar-benar menemuinya." Badra memohon-mohon, dan aku jadi muak padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun