Mohon tunggu...
yolanda raranovandes
yolanda raranovandes Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan Edan

9 Juni 2021   19:57 Diperbarui: 9 Juni 2021   20:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tergelak bukan main. Lima menit yang lalu, mungkin aku berniat untuk menghapus video ini jika sudah sampai rumah. Tapi, niat itu segera kuurungkan ketika pikiranku terhanyut oleh semua perkataan yang dilontarkan Bang Supraman---si Tukang Bakso.

Dia benar-benar edan. Sesuai kata yang sering diucapkannya. Aku tak menyangka saja di tempat yang asing ini, aku menemukan teman ngobrol yang tidak hanya asyik, tapi juga bisa diajak bertukar pendapat.

"Ya, kalau mau disamakan, gadget itu semacam pisau sajalah. Pisau itu kan muka dua. Dia bisa jadi baik, bisa pula jahat. Tergantung di tangan siapa dia digenggam dan untuk apa dia dipakai," tambahnya, "kalau menurut Mas Langit sendiri gimana?"

Aku mengusap daguku. "Aku sih setuju dengan pendapat Bang Suparman. Apalagi, bagi anak jaman sekarang itu, beberapa dari mereka salah mengartikan kesuksesan. Yang menurut mereka 'sukses' itu... ya mereka dapat followers banyak, like-nya banyak, vote-nya banyak".

"Popularitas," tambahnya. Aku menjentikkan jari.

"Padahal, jadi terkenal itu gak seenak yang mereka bayangkan. Hampir semua artis papan atas punya haters. Tiap hari mereka diberondong kata-kata kebencian," Aku menyeruput minumanku, "tapi, lucu aja, mereka malah terobsesi untuk jadi seleb---yang padahal, itu bukan jawaban yang tepat untuk dijawab anak SMP/SMA kalau ditanya tentang cita-cita."

"Dan yang lebih lucu lagi," timpal Bang Suparman, aku menoleh padanya---menunggu jawaban, "mereka rela melakukan apa saja demi itu semua. Ya bagus deh kalau mereka mau nyari popularitas dengan cara yang kayak gini---buat konten bermanfaat. Tapi kalau sampai buang-buang duit demi real liker/followers, gimana?"

"Ah aku juga mau nambahin nih. Adekku saja sampai uninstall instragram. Aku sempet nanya ke dia, karena udah lama banget gak keliatan instagram story-nya. Tau gak apa jawabannya?! Dia jawab: hawa-hawa di sana itu panas," Aku terkekeh, "Saat itu aku mikir: Ya Tuhan, macam neraka saja."

"Adekmu gak tahan dengan baju, tas, sepatu branded  selebgram, eh?"

Kekehanku berubah menjadi tawa, "Kayanya sih, Bang. Lemah iman dia."

Bang Supraman manggut-manggut. "Itu kalau dilihat dari sisi lucunya. Tapi kalau kita lihat dari sisi sedihnya, sak kalah banyak. Saya, yang sudah belasan tahun jadi Tukang Bakso di sini, sering didatangi sebuah keluarga. Mereka makan disini---berempat, bertiga, berlima. Tapi? Sepinya bukan main. Mereka sibuk masing-masing. Padahal, mereka bisa bercakap-cakap tentang kerjaan Ayahnya, kesibukan Ibunya, pelajaran anak-anaknya di sekolah. Tapi nyatanya? Mereka lebih milih berinteraksi dengan benda mati dari pada makhluk sosial yang ada di depan mereka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun