Mohon tunggu...
Yohanes Maharso
Yohanes Maharso Mohon Tunggu... Lainnya - Communers'19

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengurai Makna di Balik Film Satria Dewa: Gatotkaca (2022) yang Dinilai Gagal Total

13 November 2022   17:16 Diperbarui: 13 November 2022   17:23 4634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emanuel sebagai seseorang yang paham betul mengenai kisah pewayangan merasa bahwa karakter dan simbol-simbo lain yang dimunculkan sangat dengan kisah sesungguhnya.

"Karakter pewayangan dalam film ini digambarkan dengan sangat tepat. Misalnya  karakter yang lekat dengan tokoh Gatotkaca yaitu 'Otot kawat, tulang besi' juga dimunculkan dalam film ini. Kisah kebangkitan Aswatama juga digambarkan dengan sangat tepat, meskipun ada beberapa adaptasi di sana-sini," terang Emanuel.

Film Satria Dewa: Gatotkaca juga berusaha menghadirkan kisah pewayangan dalam konteks abad ke-21.  Kondisi abad-21 yang dimunculkan misalnya seperti penggunaaan bahasa gaul, kehadiran teknologi modern, bahkan sampai kondisi pandemi Covid-19.

"Ini yang menurutku perlu diapresiasi. Aku jadi merasa dekat dan relate banget dengan kehidupan sehari-hari. Apalagi ada bumbu cinta antara Yuda dan Agni. Kisah pewayangan yang aku gak ngerti sama sekali, dikit-dikit jadi lebih mudah dipahami dengan konteks yang modern ini," jelas Dika.

Sika memiliki pendapat lain. Ia malah sedikit kecewa dengan kesan superhero yang dimunculkan dalam film ini. Ia merasa kisah superhero yang ditampilkan kurang heroik. Misalnya saja tampak dari adegan perkelahian.

"Aku kurang puas dengan adegan perkelahian. Semua adegan perkelahian terasa canggung dan kurang bisa dinikmati. Tokoh Gatotkaca yang kuat juga jadi sedikit terabaikan karena kurang ditonjolkan kekuatannya. Harusnya superhero Indonesia lebih keren dari superhero Marvel atau DC," tegas Siska.

Makna dari Film

Sebagai anak muda yang sebelumnya tidak pernah mengetaui kisah pewayangan, Dika merasa dapat belajar banyak mengenai kisah pewayangan yang ditampilkan dalam film ini.

"Bagiku, film ini tidak hanya tentang pertarungan pandawa dan kurawa, atau yang baik dan jahat aja. Film ini mengajarkanku untuk berani mengenali potensi diri dan menggunakannya untuk kebaikan orang banyak. Yuda awalnya tidak sadar memiliki kekuatan yang besar. Namun setelah menyadarinya, ia menggunakannya dengan baik. Ia tidak hanya menggunakan untuk kepentingan dirinya sendiri," kata Dika.

Emanuel memiliki pandangan lain. Ia merasa kisah pewayangan yang telah lama ia ketahui mendapatkan pemaknaan ulang melalui film ini. Ia menjadi semakin tahu bagaimana kontekstualisasi kisah tersebut dalam kehidupan sehari-hari saat ini.

"Film ini membuat kita dapat menerapkan makna kisah pewayangan ke dalam kehidupan sehari-hari. Aku menangkapnya, kisah pewayangan bukan lagi jadi hal yang jauh atau dongeng penghantar tidur saja. Film ini menjelaskan bahwa kisah pewayangan sebenarnya dekat dengan kita. Tokoh-tokoh pewayangan dapat kita temui dalam pribadi di sekitar kita. Maka penting sekali untuk belajar dan mengenai siapa musuh dan siapa kawan," terang Emanuel terkait makna dari film ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun