Mohon tunggu...
Yohanes Maharso
Yohanes Maharso Mohon Tunggu... Lainnya - Communers'19

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Mengurai Makna di Balik Film Satria Dewa: Gatotkaca (2022) yang Dinilai Gagal Total

13 November 2022   17:16 Diperbarui: 13 November 2022   17:23 4634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emanuel adalah karyawan perusahaan swasta. Ia sejak kecil sudah akrab dengan kisah-kisah pewayangan dan bahkan menghafalkan dengan baik. Salah satu motivasi utama menonton film ini yaitu kekagumannya pada tokoh Gatotkaca.

Penonton lainnya, Dika adalah mahasiswa yang berasal dari pulau Sumatera. Ia sama sekali tidak mengetahui kisah pewayangan di Indonesia. Namun, ia adalah penonton sejati film superhero. Sedangkan, Siska adalah mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa, namun tidak mengetahui kisah pewayangan secara detail. Ia hanya sebatas mengetahui nama-nama wayang yang terkenal saja.

Ketiga penonton ini mengakui bahwa film Satria Dewa: Gatotkaca terasa cukup kontroversial. Salah satu fakta yang paling dominan dari respon ketiga penonton ini adalah mengenai alur cerita yang terkesan berantakan. Dika mengatakan bahwa film ini terlalu memaksakan untuk bercerita banyak hal mengenai Satria Dewa Universe.

"Menonton film ini rasanya seperti mengikuti perkuliahan dosen di kelas. Materi yang diberikan sangat padat di setiap scene nya. Padahal kalau alur nya dibuat sederhana dan materi yang banyak itu dibagi ke dalam film selanjutnya, film ini akan jauh lebih menarik," jelas Dika.

Siska juga menambahkan alur yang tidak jelas itu semakin diperparah dengan product placement yang sangat dipaksakan. Ia mencontohkan scene dimana karakter Petruk, Gareng, Bagong, dan Romo yang ditampilkan secara mendadak.

Siska memang menangkap bahwa adegan itu dimunculkan untuk mencairkan suasana dari ketegangan yang berusaha dibangun. Sayangnya, alih-alih membuat penonton tertawa, scene ini malah terkesan gatot alias gagal total. Kegagalan komedi ini diperparah dengan munculnya promosi produk.

"Film ini benar-benar ternodai sama promosi produk yang terang-terangan dan terkesan sama sekali tidak ada niatan untuk diperhalus kemunculannya. Itu paling keliatan di scene Petruk, Gareng, Bagong. Mereka tidak muncul sebelumnya, tapi tiba-tiba promosi salah satu e-commerce. Kan menyebalkan ya," tegas Siska.

Terkait product placement, Emanuel juga memberikan komentar. Meskipun ia tidak terlalu sering menonton film, promosi produk di film ini sangat mengganggu.

"Promosi produk ini sangat mengganggu. Kenapa pembuat film mengambil keuntungan secara langsung seperti ini? Padahal semestinya sajikan film yang bagus dulu, maka keuntungan akan mengikuti. Kalau ini malah dibalik. Yang penting sponsor banyak, masalah kualitas belakangan," kata Emanuel.

Gatotkaca, Superhero Lokal di Dunia Modern

Meskipun banyak fakta kontroversial di balik film ini, Hanung Bramantyo sebagai sutradara bersama tim lainnya perlu mendapatkan apresiasi. Melalui alur cerita yang disajikan, mereka tampak sekali melakukan riset yang mendalam terkait kisah Mahabharata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun