Perasaan jatuh cinta tidak memandang usia dan itu adalah hal yang wajar, dan menjadi tidak wajar jika perasaan itu diikuti dan mengabaikan janji perkawinan yang telah diucapkan. Anak jangan dijadikan korban dari keegoisan orang tua, masa depan anak dimulai dari cinta dan perhatian orang tua.Â
Jika cinta itu dipenuhi dan diperoleh, maka kebahagiaan keluarga yang didambakan akan terwujud. Tidak ada orang yang lahir sempurna, pasangangan bukanlah malaikat, dan setiap pribadi membutuhkan usaha dan pengorbanan lebih, maka jadikanlah keluarga sebagai ruang pengampunan bukan ruang pertempuran/perang.Â
Pasangan adalah rahmat Allah yang diberikan dan perlu di jaga, ia bukan dimiliki karena usaha pribadi dalam menemukannya. Jadi, pasangan adalah bagian dari diriku, bukan ia terpisah di luar diriku. Dengan demikian, hal itu sejalan dengan sabda Yesus "...sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Mrk 10:8-9)".
"Perkawinan adalah sebuah ikatan suci, dimana setiap pribadi terikat dan disucikan didalamnya"
Oleh: Yohanis Lando
Mahasiswa Program Studi Teologi
Semester V
Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H