Mohon tunggu...
Yohanes Bara Wahyu Riyadi
Yohanes Bara Wahyu Riyadi Mohon Tunggu... Penulis -

Bekerja di Majalah BASIS dan Majalah UTUSAN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Hanya Ingin Menjadi Ibu

26 Oktober 2017   23:22 Diperbarui: 26 Oktober 2017   23:25 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandangan matanya membuatku mengingat seseorang dimasa laluku, kekasihku yang meninggal 5 tahun lalu, meninggal di pelukku saat hampir sampai di rumah sakit. Caranya memainkan rambutnya, caranya menopang dagu dikala bosan, tertawanya, senyumnya, dan postur tubuh mereka yang sama.

Aku bimbang, akankah rasa ini kulanjutkan dengan pertaruhan atau kubiarkan terpendam dalam hati yang tak akan terlihat dia ataupun kekasihku yang kini. Rasa yang masih tertambat masa lalu dan imajinasi masa depan bersama yang "mirip" mengaduk-aduk perasaan, apakah dia sungguh "kembaran" yang dikirmkan untuk memberiku kesempatan kembali hidup, atau aku hanya terjebak, tak bisa bedakan masa lalu dan kini. Tetapi ia sungguh mirip, lugunya tiba-tiba saja menarikku ke keluguan kekasihku 5 tahun lalu itu.

Hai pembaca, kalau kamu jadi penulis cerita ini, bayangkan ini terjadi padamu, kekasihmu yang sudah meninggal hadir kembali dengan kemiripan hampir 100%. Resiko apa yang kau ambil? Menyembunyikan rasa atau melanjutkan rasa? Sedangkan kau telah memiliki kekasih yang luar biasa merawat hatimu.

Baiklah, mungkin sulit bagimu, akan ku karang ceritanya demikian:

Akita adalah Cyberpsikologi  yang sedang di hayer perusahaanku sebagai tim tambhan dalam projectbesar akhir tahun ini. Sebagai manajer operasional dalam proyek ini, aku yang menentukan apakah Akita cocok atau tidak.

Sembari mengerjakan laporan yang harus dikirim ke kantor pusat di Jepang sore ini, aku menunggunya di ruanganku. "Sa, tuhorangnya udah dateng . Gua suruh sini ya?" Kemudian Budi membawa masuk seseorang yang tak sedikitpun mengalihkan pandangku dari layar laptopku. "Mbak Akita, ini Angkasa, dia manajer operasional di projectini, jadi lu musti baik-baik sama dia supaya bisa masuk tim." kata Budi. "Sa, gua tinggal ya." Sontak saja aku harus mengalihkan pandang pada orang yang seudah dipasrahkan Budi padaku.

Manis, nampak lugu dan pendiam, badanku seperti membeku beberapa detik melihatnya. "Silahkan duduk Akita," sambil melambaikan tangan pada kursi di depan kami. Dia memakai rok panjang dengan motif bunga angrek yang cukup besar, atasannya berwarna hita, dengan tas jinjing dengan ukuran cukup dimasuki notebook 14 inci. 

Wajahnya, sekali lagi tubuhku terasa membeku sepersekian detik memandanginya, ia mirip seseorang. Hingga pipinya terangkat karena senyum lebarnya, mungkin ia tersadar aku sedang membeku. "Perkenalkan, saya Angkasa, manajer operasional dalam ini," bukaku sambil mengajukan untuk berjabat tangan.

"Kita akan mengadakan workshopdi 14 provinsi dengan lebih dari 700 desa. Kita akan ajarkan tentang desain grafis, teknologi informasi, website, pokoknya hal-hal tentang teknologi informasi pada anak-anak kampung. Tim ini butuh seorang  Cyberpsikologi untuk menganalisa jumlah pengakses dan konten yang di akses dari desa-desa itu, supaya materi yang kita berika sesuai dengan kebutuhan mereka. Intinya itu, semoga kamu sudah baca email yang saya kirim kemarin," jelasku padanya.

Akita lulus dari SMKN 4 Bandar Lampung, kemudian melanjutkan studi di University of Sydney di bidang teknologi informasi yang ia rampungkan tahun lalu, artinya dia masih sangat muda dengan minim pengalaman. "Sudah pernah kerja?" tanyaku. "Belum," jawab gadis berpirang itu. Dari hasil mewawancarainya, Akita hanyalah mahasiswa yang tekun dan kurang dolan,tapi ia memiliki kemampuan menganalisis internet dan media sosial, keterampilan yang tim kami butuhkan. 

"Oke, senin depan kita akan meetingdengan seluruh tim. Saya akan kirimi data wilayah proyek kita, kamu bisa mulai cicil untuk bahan presentasi meeting,"tutupku. "Oke Pak Angkasa, terima kasih sudah memberi kesempatan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun