Mohon tunggu...
Yogi Zahary Ramadhan
Yogi Zahary Ramadhan Mohon Tunggu... Aktris - @yogiiii10

@yogiiii10

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tidak Ada yang Tidak Mungkin

23 Februari 2021   00:20 Diperbarui: 23 Februari 2021   00:41 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan harinya Dokter Kevin sibuk dengan buku-buku kedokteran dan juga layar komputernya yang memperlihatkan video operasi untuk mempelajari tindakan operasi tersebut. Disisi lain Karin yang kembali ke toko aksesoris itu ia meminta maaf dan membayar gelang yang sebelumnya ia curi. "Berikan saja uang itu kepada orang yang saat itu membantumu."Ucap penjaga toko. Karin pun berpikir bahwa yang membayar itu dr Kevin. Mengetahui hal itu Karin berlari pulang kerumahnya, dan menghampiri ruangan dr Kevin, dengans senyuman mengetuk pintu kamar dr Kevin. Karin terus mengetuk pintunya, tapi saat pintu terbuka Karin hampir terjatuh. Dokter Kevin bertanya ada apa Karin menghampirinya, Karin tersenyum dan  mengatakan ada sesuatu yang ingin ia katakan, dr Kevin pun menyuruh segera mengatakannya. "Apakah aku bisa masuk?" Ucap Karin. Dokter Kevin berpikir tak bisa karena kamarnya sedang berantakan. Karin pun masuk "Wah... berantakan sekali."Ucap Karin. Buku-buku kedokteran bertebaran dimana-mana dan suara video operasi yang masih hidup. "Aku ingin membersihkannya." Ucap Karin. "Jangan menyentuh apa pun. Mungkun terlihat berantakan, tapi aku sengaja melakukannya. Aku tak suka orang menyentuh barang-barangku."Ucap dr Kevin. Karin yang memegang buku langsung meletakan kembali, dr kevin mun memuji Karin anak yang baik seperti memuji anak anjing, Karin pun duduk diantara buku-buku yang berserakan. "Ada apa? Kenapa kau datang ke sini?"Ucap dr Kevin. "Ya menurutku kau ini keren."Ucap Karin. "Ada angin apa, mengapa kau tiba-tiba memujiku?"Ucap dr Kevin.  "Apakah gaji dokter itu besar?" Tanya Karin sambil tersenyum. "Jelas, memangnya kenapa kau menanyakan gaji seorang dokter?"Ucap dr Kevin. "Aku tertarik menjadi dokter setelah melihat mu. "Ucap Karin. "Jika kau ingin menjadi seorang dokter karena hanya melihat gaji, kau sudah sangat salah, dokter itu pekerjaan yang mulia, dan tugas dokter itu mengabdi kepada masyarakat dan membantunya dalam bidang kesehatan."Ucap dr Kevin. "Baiklah aku mengerti, namun aku memang tertarik menjadi dokter setelah melihatmu."Ucap Karin. "Apakah kau tertarik padaku, aku memang sangat tampan apalagi setelah menggunakan jas dokterku, dan menggunakan pakaian operasi dengan mulut ditutup sengan masker dan menggunakan topi bedah."Ucap dr Kevin sambil menggoda Karin. "Aku memujimu karena tindakanmu bukan karena wajahmu."Ucap Karin. "Aku hanya bercanda." Ucap dr Kevin. Karin mengatakan ia sudah berumur 18 tahun dan ia berpikirtak bisa hidup seperti saat ini selamanya menurutnya membosankan. "Dulu, aku tak bisa menemukan alasanku untuk hidup, meskipun aku ingin tetap hidup. Tapi, sekarang aku sudah punya alasannya." Ucap Karin kepada dr Kevin, dr Kevin yang mendengar hal tersebut langsung menanyakan alasannya. "Aku ingin membuat hidup nenekku nyaman."Jawab Karin. "Tapi, kenapa kau memberitahuku hal ini?"Tanya dr kevin. "Aku ingin merubah hidupku. Tapi, aku tak tahu apa yang harus kulakukan."Jawab Karin. Namun dr Kevin meminta maaf karena dirinya itu tak bisa mengubah hidupnya, dan ia hanya memberikan pepatah "Kegagalan awal dari kesuksesan." "Tapi aku bingung apa yang harus kulakukan sekarang?" tanya Karin yang kebingungan. "Apa kau tak tahu car agar anak sekolah bisa sukses?"Ucap dr Kevin kepada Karin. "Terima kasih, tadi aku pergi ke toko aksesoris itu dan meminta maaf, namun saat aku akan bayar penjaga toko mengatakan bahwa telah dibayarkan olehmu."Ucap Karin, Karin pun keluar dengan terburu-buru. Setelah masuk kamar Karin mengambil hpnya dan menelepon Alya, dan ia mengatakan ingin belajar karena ia telah banyak tertinggal pelajaran, Alya yang mendengar cerita Karin memiliki ide untuk mengajak Karin belajar dengan Defi, karena Defi merupakan siswi yang pintar dan ia ranking 1 di kelasnya.

Keesokan harinya mereka berkumpul di sebuah restoran untuk belajar, Defi yang sedang menjelaskan materi pembelajaran sangat di perhatikan oleh Karin, karena Karin bersungguh-sungguh ingin belajar dan ingin berprestasi karena ia ingin membanggakan neneknya, sedangkan Alya asik makan dan main hp. Setelah selesai belajar, mereka keluar dan tiba-tiba sekumpulan preman mengejar mereka, namun  mereka mengambil jalan buntu, akhirnya Karin yang memiliki kemampuan bela diri melawan preman-preman itu, akhirnya mereka berhasil lolos dari preman itu, setelah itu mereka memutuskan untuk pergi ke sebuah mall, di dalam mall mereka masuk ke dalam studio foto dan mereka memutuskan untuk melakukan photobooth, setelah itu mereka bersenang-senang bermain permainan, tak terasa hari sudah semakin gelap, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Keesokan harinya, Karin bersiap-siap untuk pergi ke sekolah dengan penuh semangat, ketika di sekolah Pak Niko mengumumkan kembali bahwa ujian akhir semester akan dilaksanakan 1 minggu lagi, seketika anak-anak mengeluh mendengar hal tersebut, beda hal nya dengan Defi yang tersenyum. Karin yang baru masuk seketika kaget dan memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk mendapatkan nilai yang baik. Ketika sedang jam istirahat Karin, Alya dan Defi menuju sebuah kantin untuk sarapan. Namun Karin dari tadi hanya terdiam dan sering melamun memikirkan untuk mempersiapkan ujian itu. "Mengapa dari tadi kamu melamun, apakah ada masalah?"Ucap Alya kepada Karin. "Iya betul, cerita saja kepada kami siapa tau kami bisa membantumu."Ucap Defi kepada Karin. "Begini aku sudah lama tidak masuk sekolah, sehingga aku sudah sangat tertinggal banyak pelajaran, sedangkan 1 minggu lagi akan dilaksanakan ujian, aku bingung." Jawab Karin. "Sudah itu tidak usah dipikirkan, jika nanti kamu kebingungan memilih jawaban kamu bisa menghitung kancing saja."Ucap Alya dengan tertawa. "ohh.... kalau masalah itu kamu jangan khawatir, aku banyak sekali video pembelajaran dari tempat lesku dan buku catatan atau rangkuman, kalau mau aku akan meminjamkannya kepadamu."Ucap Defi. "Wahh... bolehkah aku meminjamnya?"ucap Karin. "Boleh, nanti sore kamu ke rumahku saja untuk mengambil catatanku."Ucap Defi. "Baiklah terima kasih banyak Defi."Ucap Karin. Setelah mereka selesai sarapan, mereka menuju ke kelas.

Saat di rumah, nenek merasa sakitnya semakin bertambah, ia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit untuk memeriksa kembali dan melihat hasil pemeriksaan sebelumnya. Ketika tiba di rumah sakit, nenek diperiksa kembali oleh dokter Rizky, ia melihat hasil foto bagian dalam perut nenek, lalu memberitahu seharusnya datang lebih cepat, dan kenapa harus membiarkan penyakitnya tambah parah. Nenek bertanya apakah penyakitnya itu sangat parah. Dokter Rizky memberitahu bahwa nenek di diagnosis mengalami penyakit kanker. Setelah mengetahui hal itu nenek kemudian pulang, setibanya di rumah ia menghitung dan mencatat semua pengeluarannya, lalu berbicara sendiri kalau hidupnya juga pasti akan berakhir jadi akan menganggap itu hanyalah nasib sial. "Aku masih punya tabungan untuk menjalani operasi."Ucap nenek, terdengar bunyi pintu terbuka, nenek langsung menyembunyikan buku tabungan di bawah bantal. Ternyata Karin telah pulang sekolah, dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Defi untuk belajar dan meminjam buku catatannya. Nenek yang mengetahui hal itu sangat senang. Karin bertanya kepada nenek "Nenek ingin aku menjadi apa?" Ucap Karin. "Apakah kau akan melakukannya jika aku meminta?"Tanya nenek. Karin meyakinkan nenek akan berusaha melakukannya, Nenek meminta Karin untuk menjadi dokter, membayangkan cucunya akan mengenakan jas putih dan dipanggil dokter, lalu orang akan menghormatinya dan gajinya juga pasti tinggi. Kebetulan Karin juga sangat ingin menjadi dokter karena terinspirasi dari dokter Kevin. Akhirnya Karin pamit untuk berangkat ke rumah Defi, setibanya di rumah Defi Karin benar-benar fokus belajar, ia sangat memperhatikan ketika Defi mengajarkannya, berbeda dengan Alya yang asik bermain hp sambil tidur-tiduran. Tak lama mamah Defi datang ke kamar dengan membawa makanan dan minuman, setelah membawa makanan dan minuman ia turun dan kebetulan suaminya baru pulang, ternyata suaminya itu adalah dokter Rizky, dokter yang memeriksa keadaan nenek Karin. "Mana Karin?" tanya dokter  Rizky. "Ia sedang mengajarkan materi kepada teman-temannya."Ucap Ibu Defi. "Untuk apa susah payah Defi di leskan lalu ia seenaknya saja memberi tau materinya kepada teman-temannya, kalau nilai temannya lebih tinggi dari pada dia bagaimana?"Ucap ayah Defi dengan suara yang keras. Mendengar hal itu Defi langsung keluar dari kamarnya dan turun menghampiri ayahnya. "Apakah ayah tidak bisa menghargai teman-temanku?"Ucap Defi dengan kesal. Alya dan Karin yang mendengar suara ribut-ribut menjadi tidak enak dan memutuskan untuk pulang. "Kalau begitu saya pulang dulu om, tante , terima kasih Defi." Ucap Karin yang terburu-buru keluar. Ketika Karin keluar dari gerbang rumah Defi, Defi memanggil Karin "Karin tunggu sebentar."Panggil Defi. Karin berhenti dan membalikan badannya. "Ini ambil buku catatanku dan CD video pembelajaranku, maafkan ayahku ya Karin, aku jadi merasa tidak enak."Ucap Defi. "Terima kasih banyak Defi, iya tidak apa-apa aku ngerti kok."Ucap Karin dengan senyuman. Setibanya di rumah Karin terus belajar, ia tak pernah lepas dari bukunya, saat makan pun ia sambil mendengarkan video pembelajaran yang di berikan oleh Defi, ia tak henti-hentinya belajar bahkan ia terus belajar sampai larut malam untuk mengingat rumus-rumus matematika. Seketika Karin menjadi anak yang ambis. Karena kecapean terus-terusan belajar darah keluar dari hidung Karin, namun itu bukan hambatan untuknya. Nenek yang melihat hal itu sangat senang.

Tak terasa satu minggu terlewatkan sangat cepat, ujian tengah semester pun di mulai, semua siswa terlihat serius mengerjakannya. Defi terlihat sangat pecaya diri mengerjakannya. Pak Niko memperhatikan semua muridnya, dan ia menghampiri Karin dan berdiri dibelakangnya untuk memperhatikan cara muridnya mengerjakan soal ujian. Alya sibuk mengerjakan ujiannya dengan melakukan undian melempar kertas dan menghitung kancing. Karin yang sedang asik mengerjakan ujian tersadar hidungnya mimisan, akhirnya sampai ujian selesai ia harus menyumpal hidungnya. Selesai ujian, Karin, Defi dan Alya pergi ke foto box kembali, dengan melakukan gaya-gaya lucu, ketiganya terlihat seperti sudah berteman cukup lama. Terakhir mereka pun pergi ke karaoke untuk melampiaskan rasa tegang selama ujian. Ketika di perjalanan mereka berbincang-bincang. "Defi pasti tenang-tenang saja karena dia bisa menjawab soal itu semua dengan mudahnya. Dia pasti akan dapat nilai tinggi lagi dan tetap menjadi ranking 1 di kelas."Ucap Alya. "Ujian matematikanya susah sekali. Benarkan? Kau tak boleh berhenti belajar bahkan jika nilaimu jelek, keuletan adalah kuncinya."Ucap Defi. Karin pun hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa.

Keesokan harinya, detik-detik yang mendebarkan, Pak Niko membawa kertas hasil ujian anak-anak, dan mengatakan hasil ujiannya membuat dia shock, terlihat Defi yang sangat percaya diri akan mendapatkan nilai tertinggi. "Kudengar ujian matematika itu sulit. Tapi salah satu dari kalian menjadi nilai terbaik dan nomor 1 di sekolah." Ucap Pak Niko. Alya sangat yakin itu pasti Defi yang mendapatkannya, Defi terlihat tersenyum bangga. "Karin.. Apa kau masih tak tahu apa kesalahanmu itu?" tanya Pak Niko. Karin mengatakannya belum mengetahuinya. "Hasil ujianmu itu terlalu hebat dan kau mendapat peringkat satu di sekolah." Kata Pak Niko. Semua murid menjerit tak percaya, Defi melotot dan terlihat sangat kesal karena Karin bisa mengalahkannya, padahal ia yang mengajarinya tapi bisa mendapatkan nilai yang lebih rendah. Pak Niko memberinya ucapan selamat kepada Karin, karena saking kesalnya Defi keluar dari ruang kelas dan menuju kamar mandi, ia menangis karena yang dikatakan ayahnya benar-benar terjadi, Defi yang sebelumnya selalu mendapatkan peringkat ke-1, kini ia tergeserkan oleh Karin.

Karin pulang ke rumah langsung memeluk neneknya, Nenek yang sedang menyiram tanaman menanyakan ada apa, karena terlihat Karin sangat senang. Karin memberitahu neneknya nilai ujian matematikanya tertinggi di sekolah. Nenek berpikir cucunya itu sedang bercanda, Karin dengan menahan tangisnya memberitahu kalau ia tak berbohong.  Nenek langsung memeluk Karin memujinya dan merasa sangat bangga. Karin merasa sangat bahagia tapi heran merasa ingin menangis. Nenek memberitahu seharusnya cucunya tertawa bahagia bukan nangis. Keduanya merasa terharu dan kembali berpelukan. Karena hal ini Karin sangat beryukur dan berniat ke rumah Defi untuk mengucapkan rasa terima kasihnya. Ketika ia tiba di depan rumah Defi, ia menelepon Defi, Defi melihat ponselnya dan mengangkatnya dengan wajah sinis. Karin sudah menunggu di depan rumah lalu Defi menyamparkannya, Karin mengucapkan sangat terima kasih dan ia mengembalikan buku-buku Defi dan CDnya yang dipinjamkan sebelumnya. Defi mengatakan sudah tak membutuhkannya. Defi terlihat sangat marah kepada Karin karena nilai Karin lebih tinggi dari padanya. Defi kembali kedalam, menutup gerbang rumahnya dan meninggalkan Karin dengan wajah yang sinis. Karin merasa tidak enak karena Defi pernah mengajarkannya sehingga nilainya bisa tinggi. Akhirnya Defi pulang dengan rasa bersedih, dr Kevin yang melihat Karin cemberut berusaha menghiburnya dan ia mengajak Karin untuk bersepedah. Karin dan dr Kevin bersepedah dengan rasa bahagia, keduanya bersepeda bersama melewati taman, lalu jembatan kayu panjang. Dr Kevin mengajak Karin balapan. Tiba-tiba hujan turun dengan deras keduanya pun berteduh disebuah rumah, dan terjadi sebuah perbincangan. "Aku sekarang menjadi dekat dengan penjaga toko itu, aku telah meminta maaf dan aku sering membeli dengan uang sisa pemberian nenek." Ucap Karin. "terima kasih, wah... kau jadi dewasa sekarang." Ucap dr Kevin. "Aku sangat iri padamu hari itu."Ucap Karin. Dokter Kevin menantang Karin untuk menjadi dokter seperti dirinya. "Tapi, aku harus jadi terpintar untuk menjadi dokter. Bagaimana aku bisa melakukannya?kemarin mungkin hanya keberuntungan ku."Ucap Karin. "Yah.. Benar juga, bukan hanya belajar keras yang menjamin kesuksesan, tapi keberuntungan."Ucap dr Kein, mereka tertawa. Karin menceritakan saat ibunya sedang sekarat karena terjatuh, saat ayahnya bertengkar dengan ibunya, menurutnya ibunya mungkin bisa selamat kalau ia menjadi seorang dokter, sama seperti nasib ibu hamil kemarin atau dr Kevin yang seharusnya berada disampingnya saat itu. Dokter Kevin mengatakan orang itu bisa saja meninggal di hadapan seorang dokter, dan ia mencoba menguatkan Karin agar Karin tidak sedih lagi. Hujan pun mulai berhenti, dr Kevin mengajak Karin untuk segera pergi.

Keesokan harinya di sekolah, Karin yang baru masuk sekolah bingung melihat tatapan murid lain yang sinis, bahkan terkesan mengejeknya, ternyata Defi menyebarkan berita kejelekan dan perilaku buruk Karin dulu yang seperti preman, sering berganti-ganti sekolah, bahkan Defi membuat rumor yang tidak benar mengenai Karin, Karin yang mengetahui hal itu lalu menghampiri meja Defi. "Apakah aku punya salah padamu? Kenapa kau melakukan ini?" Ucap Karin. Defi dengan muka sinisnya keluar dari bangku dan berencana pergi dengan tidak menghiraukan perkataan Karin, Karin menarik tangan Defi yang akan pergi. "Singkirkan tangan kotormu."Ucap Defi. Karin pun melepaskan tangan Defi, lalu Defi pergi. Alya coba menenangkan Karin.

Setibanya di rumah nenek menanyakan mengapa Karin dari tadi terlihat cemberut dan sangat sedih, Karin menceritakan ke nenek bahwa ia mengalami perselisihan dengan temannya, Neneknya berusaha menenangkan Karin, namun di tengah-tangan perbincangan, nenek berbicara kepada Karin bahwa ia akan di operasi 1 minggu lagi, Karin terkejut mendengar perkataan nenek, ia menyangka neneknya baik-baik saja dan tidak memiliki penyakit. Dan Karin menanyakan neneknya sakit apa, nenek mengatakan bahwa ia mengidap penyakit kanker dan kanker itu kini telah menyebar dan sudah parah kata dokter. Seketika Karin menangis dengan sangat kerasnya, ia sangat sedih karena yang keluarga yang ia miliki satu-satunya hanyalah neneknya. Karin dan nenek berpelukan, nenek tidak dapat menahan air matanya, mereka berdua bersedih bersama. Di sisi lain dokter Kevin menerima telfon dari ayahnya, ayahnya menyuruhnya untuk datang ke rumah sakit karena ada yang ingin disampaikan. Setibanya di rumah sakit dokter Kevin menanyakan ada hal penting apa yang akan ayahnya sampaikan. Ayahnya mengatakan bahwa ia besok akan dipindahkan ke Amerika untuk menambah ilmunya dan mengasah kemampuan nya sebagai dokter bedah saraf. Dokter Kevin yang mendengar hal itu seketika terkejut karena hal itu terlalu mendadak, mau tak mau ia harus menerimanya. Dokter Kevin sebenarnya sangat berat untuk pergi karena sebenarnya ia memiliki rasa kepada Karin, namun ia tidak pernah berani untuk mengungkapkannya. Setibanya dokter kevin di kamarnya, ia lalu membereskan barang-barangnya, dan bersiap-siap untuk pergi keesokan harinya, dan ia berniat untuk memberitahu Karin pada malam hari. Karin yang masih merasa sedih karena permasalahannya dengan Defi dan mengetahui bahwa neneknya sedang sakit kanker ia terus melamun, datanglah dokter Kevin dan mengajaknya untuk mengobrol di luar, Karin menceritakan permasalahannya, mendengarkan curhatan Karin dokter kevin berusaha menenangkan dan menghibur Karin, dan ia berpikir bukan waktu yang pas untuk mengatakan selamat tinggal kepada Karin. Hari semakin malam akhirnya mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.

Keesokan harinya, terdengar suara bising ternyata dokter Kevin sedang memindahkan barang-barangnya ke dalam mobil, karena ia memutuskan untuk pindah ke Amerika, Karin pun keluar dan menanyakan ada apa kepada dokter Kevin, Akhirnya dokter Kevin mengatakannya bahwa ia harus pergi dan pindah ke Amerika karena untuk menambah kemampuannya dan belajar lagi sebagai dokter spesialis bedah saraf. Karin yang mendegarkan kabar tersebut sangat sedih karena hal itu sangat mendadak, padahal baru saja tadi malam mereka mengobrol, kini ia harus ditinggalkan oleh orang yang memberinya  inspirasi, Karin marah kepada dokter Kevin karena dokter Kevin baru memberitahunya sekarang, dan ia masuk kembali ke rumah dengan wajah yang sedih. Dokter Kevin mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih kepada Karin ketika Karin berlari ke rumah. Akhirnya dengan berat hati dokter kevin pamit kepada nenek, dan meninggalkan Karin dan tempat tinggalnya. Ketika mobil dokter Kevin baru saja berangkat Karin keluar dan menangis melihat dokter kevin yang meninggalkannya. Karin yang masih sedih dengan terpaksa harus pergi ke sekolah.

Tak terasa 1 minggu hampir berlalu, hari ini nenek akan melaksanakan operasi, Karin memaksa untuk menemani nenek namun nenek tidak mengizinkannya dan menyuruh Karin untuk tetap sekolah, akhirnya mau tidak mau Karin harus mendengarkan perkataan neneknya, Karin menangis lalu memeluk nenek, dan ia berkata nenek pasti bisa melaluinya dan Karin akan mendoakan operasinya berjalan lancar. "Kita akan ketemu lagi  ya nek setelah nenek operasi dan terbangun."Ucap Karin. Neneknya hanya tersenyum tanpa berkata sedikit pun. Dengan berat hati dan hati yang gelisah Karin pergi ke sekolah. Saat di sekolah Karin belajar seperti biasanya, namun ia merasakan tidak enak hati, ia terus memikirkan neneknya dan ia sangat khawatir, ia takut jika neneknya akan meninggalkannya seperti ibunya. Beberapa jam kemudian munculah informasi bahwa  Karin dipanggil untuk menghadap wali kelasnya di ruang guru, dan wali kelasnya memberikan kabar bahwa neneknya telah tiada. Mendengar hal itu Karin terdiam dan meneteskan air mata, ternyata apa yang ia khawatirkan terjadi, ia lalu berlari menuju rumah sakit untuk melihat neneknya, di jalan ia tak henti-hentinya menangis, ia berteriak mengapa orang yang dekat denganku semuanya meninggalkanku. Karin kembali hancur dan hilang harapan, ia benar-benar merasa sangat hancur. Setibanya di rumah sakit Karin menanyakan apa yang terjadi kepada dokter, dokter menjelaskan bahwa kanker yang di derita neneknya sudah meyebar kemana-mana dan sudah sangat parah oleh sebab itu neneknya meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun