Berdasarkan perhitungan nilai tambah  faktor konversi didapatkan melalui pembagian jumlah output dengan jumlah input. Berdasarkan perhitungan didapatkan faktor konversi gula merah tebu sebesar 0,19, artinya setiap 1 kilogram tebu yang digunakan akan menghasilkan 0,19 kg gula merah tebu. Dalam analisis nilai tambah terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan antara lain :
Input,Output, dan Harga
Input yang digunakan dalam pengolahan ini adalah tebu. Hasil analisis dengan metode Hayami, jumlah input yang digunakan pengrajin di Kabupaten Madiun adalah 7.445 kg/tahun. Bahan baku tebu didapatkan oleh pengrajin dari kebun milik sendiri atau membeli
dari tetangga atau membeli ke luar kota. Pengrajin lebih mengutamakan bahan bakunya sendiri karena kualitas tebunya terjaga baik bila dibandingkan dengan membeli tebu dari luar yang  terkadang kualitas tebunya rendah, karena proses perawatan tebu yang dilakukan antar petani tidak sama dan kondisi lahan yang berbeda-beda. Sedangkan output dari yang dihasilkan dalam pengolahan tebu pada penelitian ini adalah gula merah tebu.Â
Output agroindustri gula merah tebu di Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun selama satu tahun menghasilkan 39.235 kg. Perhitungan output didapatkan dari bahan baku yang digunakan per hari dikalikan dengan jumlah hari aktif produksi. Harga output (gula merah tebu) yang dijual oleh pengrajin rata-rata Rp 9.500/kg.Â
Harga jual ini ditentukan oleh pengrajin dengan menyesuaikan harga pasar. Pengrajin biasanya mengemas gula merah tebu dalam kemasan 5 kg, 10 kg, 20 kg atau terkadang sesuai pesanan konsumen. Produk ini diklaim mampu bertahan selama 5-6 bulan pada suhu ruangan dan dalam kondisi kering.
Dalam pembuatan produk gula merah tebu semua tenaga kerja berperan langsung pada proses pengolahan gula merah tebu. Proses penggilingan sampai pencetakan butuh waktu 8-10 jam/hari, dan 1-2 orang tenaga kerja dalam untuk proses sortasi dan pengemasan. Jika masing-masing nilai tenaga kerja dibagi dengan bahan baku yang digunakan maka diperoleh nilai koefisien tenaga kerja sebesar 0,007, artinya untuk mengolah 1000 kg bahan baku maka dibutuhkan tenaga kerja sebanyak 7 orang.Â
Kebutuhan tenaga kerja untuk pengolahan gula merah tebu relatif banyak karena proses pengolahan masih menggunakan teknologi manual yang dikerjakan dengan tenaga manusia, bukan mesin. Untuk upah pada para pekerja produk gula merah disama ratakan yaitu sebesar Rp.7000 dengan alasan semua pekerja dianggap  sama pekerjaannya yang tujuannya tenaga kerja menguasai semua pekerjaan dalam tiap tahapan proses pengolahan.
Penerimaan dan Keuntungan
Harga bahan baku ditentukan berdasarkan harga pasar atau harga kesepakatan antara pengrajin dan pemilik lahan. Harga rata-rata bahan baku yaitu tebu adalah Rp 223/kg. Semua pengrajin memiliki lahan sendiri dengan luasan yang berbeda-beda, sehingga bahan baku tebu yang digunakan untuk usaha penggilingan berasal dari tebu milik sendiri dan tebu pembelian dari dalam maupun luar daerah.
Nilai tambah dihasilkan dari proses produksi pada agroindustri gula merah tebu yaitu sebesar Rp 1.051/kg input. Nilai tambah didapatkan dari pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku dan harga input lain. Jadi nilai tambah bukan merupakan nilai tambah bersih karena belum menyertakan imbalan bagi tenaga kerja sebesar Rp 1.051. Rasio nilai tambah merupakan rasio antara nilai tambah dengan nilai output.Â