“Selamat tinggal Ka, jaga dirimu baik-baik.” Mereka mulai beranjak pergi sambil tersenyum melambaikan tangan. Mereka juga masuk ke cahaya putih tersebut. Arka masih tidak mengerti apa yang terjadi.
Sriingg… Cahaya itu membutakan pandangan di sekitarnya yang benar-benar menyilaukan mata Arka. Tiba-tiba saja, Arka dibawa ke tempat yang berbeda lagi. Arka tak asing dengan tempat ini. Benar saja, ini ruang tamu di rumahnya. Tetapi, mengapa suasanya mencekam dan penuh tangisan orang-orang.
Tidak. Tidak mungkin. Ayahnya tergeletak dengan kain kafan putih yang begitu bersih. Ayahnya sudah meninggal. Ia langsung tersentak menghampiri ayahnya yang sudah tertidur tenang tersebut.
“Ayaahh … bangun Yah. Arka minta maaf Yah. Arka janji gak nakal lagi, Arka janji bakal nurutin perkataan Ayah lagi. Arka mohon Ayah banguunn.” Arka langsung menangis kencang sambil berteriak-teriak memohon ayahnya bangun kembali. Tak mempedulikan orang-orang di sekitarnya.
“Yahh, aku mohon ayah bercanda. Ayaaahhh.” Arka berteriak lagi diiringi isak tangis yang tak bisa dibendung lagi.
“Yaaahh …” Arka sekali lagi berteriak dan seketika saja, Arka kaget terbangun dari mimpinya itu. Diguncang-guncangkan badannya oleh ayahnya.
“Ayaahh, maafin Arkaa. Arka janji bakal nurutin semua perkataan ayah,” sontak Arka sambil memeluk ayahnya erat-erat. Juga menangis tanpa malu di hadapan ayahnya.
“Iya iya, Ayah maafin Kamu. Tapi kamu habis mimpi apa?” tanya ayahnya lagi.
“Mimpi ayah nyusul ibuu.” Arka masih belum bisa berhenti menangis.
“Tenang tenang, Ayah ada di sini. Kamu anak cowo jangan nangis dong. Malu sama Ayah,” jawab ayahnya yang masih memeluk anaknya.