Kehendak bebas ketuhanan yang di alami Plantinga oleh argumen Mackie nampaknya akan bergeser terhadap pandangan yang serupa dengan filsuf Jerman G. W. Leibniz, menurut Leibniz, dunia ini dunia nyata, harus menjadi yang terbaik dari semua dunia yang mungkin, alasannya adalah sebelum Tuhan menciptakan apapun, Tuhan telah di hadapkan dengan sejumlah besar pilihan; Tuhan bisa menciptakan atau mewujudkan salah satu dari banyak sekali dunia yang mungkin berbeda. Menjadi sangat baik, Tuhan pasti telag memilih untuk menciptakan dunia terbaik yang Tuhan bisa; dan menjadi mahakuasa, Tuhan mampu menciptakan dunia apapun yang mungkin dia sukai. Oleh sebab itu, Tuhan pasti telah memiliki yang terbaik dari semua dunia yang mungkin; dan karenabya dunia ini, yang dia ciptakan, pastilah baik[38]. Leibniz juga memahami bahwa semesta dimaknai sebagai tatanan harmonisasi yang di ciptakan dan di atur oleh Tuhan, yang di dalamnya terdapat lingkup yang harmoni dalam segala sesuatu yang didasarkan, dari konsepsi ini maka di uraikan visi etis yang mengurangi seminimal mungkin 'bahan' utama moralitas, selaras dengan keyakinan 'minimalis/ awal Leibniz bahwa hipotesis terbaik adalah hipotesis yang menjelaskan sebgaian besar fenomena dengan cara yang paling dasar dan sederhana, kebajikan moral dasarnya adalah keadilan, yang di maknai sebagai cinta universal atau kebajikan yang didasarkan ppada kebajikan dianoetic dasar[39]
Menurut Plantinga, sekarang mungkin Mackie akan setuju dengan anggapan Leibniz bahwa jika Tuhan mahakuasa, Tuhan bisa menciptakan dunia apa pun yang Tuhan suka dan akan menciptakan dunia terbaik yang Tuhan bisa. Akan tetapi sementara Leibniz akan menatik keismpulakn bahwa dunia ini, telah terlepas dari penampakannya, harus menjadi yang terbaik, Malah malah menyimpulkan bahwa tidak ada Tuhan yang mahakuasa dan sepenuhnya baik, Karena bagi Mackie cukup jelas bahwa dunia saat ini bukanlah yang terbaik dari semua dinia yang mungkin. Pembelaan mengenai argumentasi Khendak Bebas itu pada akhirnya merujuk terhadap ketidak setujuan mengenai tanggapan Leibniz. Alasam Makcie pertama-tama dia mungkin berkata bahwa apa alasan untuk menganggap bahwa ada yang terbaik dari semua dunia yang mungkin? Tidak seberapa ppeduli betapa menakjubkannya dunia ini sehingga mempertahankan tidak peduli berapa banyak orang yang menikmati kebahagiaan yang tak tercampur, bukankah mungkin secara niscaya ada dunia yang lebih baik yang berisi lebih banyak orang yang menikmati kebahagiaan yang bahkan lebih murni, Tetapi apa yang benar-benar bersifat teristik, dan sentral bagi Pertahanan Kehendak Bebas adalah klaim bahwa Tuhan, meskipun mahakuasa, tidak mengaktualisasikan sembarang dunia yang mungkin Dia sukai.[40]
Banyak dari kalangan filsuf tampaknya menganggap bahwa argumen Plantinga atau varian yang diuraikan dengan akurat darinya atau sama sekali menghancurkan jenis argumen "logis" dari kejahatan yang dikembangkan dalam Mackie. Dalam buku Graham Oppy Arguing abouts Gods, Oppy tidak yakin bahwa ini merupakan hal penilaian yang benar tentang keadaan situasi saat ini. Pertama, Oppy berpikir bahwa pembelaan kehendak bebas Plantinga melibatkan inkonsistensi yang sampai sekarang tidak terdeteksi. Kedua, Oppy berpikir bahwa bahkan jika pertahanan kehendak bebas Plantinga konsisten, dan itu berkaitan dengan beberapa justifikasi asumsi metafisik yang telah dipertanyakan. Ketiga, kemudian jika asumsi mengenai metafisik yang menjadi sandaran pembelaan kehendak bebas Plantinga dapat di pertanyakan, ada pertanyaan serius yang harus diajukan tentang asumsi moral yang dibuat dalam kerangka pembelaan itu. Sehingga akhirnya Oppy berpikir bahwa, jika bahkan pembelaan kehendak bebas Plantinga dapat diterima ada argumen yang terkait erat dengan yang di kembangkan oleh Mackie, yang tidak rentan terhadap varian pertahanan kehendak bebas Plantinga, akan tetapi yang jelas itu akan layak untuk di justifikasi lebih lanjut.[41]
Argumen logis Plantinga mengenai kejahatan moral pun sunguh sebuah pertanyaan yang mengklaim bahwa secara logis dalam uraian klaim berikut ini;
1. Makhluk yang sempurna ada
2. Setiap makhluk yang sempurna adalah mahakuasa
3. Setiap makhluk sempurna adalah mahatau
4. Setiap makhluk sempirna sangat baik
5. Jika ada makhluk yang sempruna, maka itu adalah satu-atunya pencipta alam semesta
6. Kejahatan moral ada.
tanggapan Plantinga terhadap argumen yang telah di uraikannya itu pada dasarnya, adalah untuk menggambarkan dunia yang mungkin secara logis dimana uraian dari 1-6 semuanya benar. Oppy mencoba untuk memberikan penangguhan yang cukup mungkin tentang jenis dunia niscaya yang telah di bayangkan Plantinga, dan jenis konsepsi ruang logis yang harus dimiliki seseorang jika seseorang menganggap bahwa apa yang telah dijelaskan adalah memnag bahwa dunia yang mungkin secara logis. Jika kita memiliki alasan kuat untuk mempercayai hal ini, maka kita tidak perlu melanjutkan ke pemeriksaan argumen logis yang merupakan target kita saat ini. Mungkin juga, setiap dunia yang mungkin adalah dunia di mana ada makhluk yang sempurna; Jika demikian, maka perhatian kita semata-mata diarahkan pada semua dunia yang mungkin.[42]