Jika fondasionalisme klasik benar, maka, karena sangat banyak keyakinan kita tidak benar-benar pasti, sangat banyak keyakinan kita tidak benar-benar mendasar, termasuk keyakinan bahwa ada objek fisik imortal di dunia eksternal-ke-pikiran, bahwa bayangan masa depan akan menyerupai masa lalu, dan esensi dari persepsi inderawi dan memori umumnya dapat diandalkan, sehingga ada pikiran sadar selain milik sendiri,  bahwa Bumi telah ada selama lebih dari lima menit, dan seterusnya.
Bertentangan dengan fondasionalisme klasik, masuk akal untuk berpikir bahwa keyakinan yang tercantum dalam (2) benar-benar mendasar.
Selain itu, fondasionalisme klasik tidak konsisten dan koheren secara referensial; Hal tu tidak sepenuhnya pasti, itu tidak terbukti dengan sendirinya, jelas bagi indera, atau tidak dapat diperbaiki, dan itu tidak dapat diturunkan dari pernyataan yang terbukti dengan sendirinya, jelas bagi indera, atau tidak dapat diperbaiki. maka
Maka. fondasionalisme klasik adalah salah[18]
Â
1. Pemikiran Singkat Alvin Plantinga atas Argumen Tuhan dan KejahatanÂ
Salah satu aspek penting yang tercantum didalam  karya Plantinga yang berjudul God Freedom, And Evil adalah ketika Plantinga berpendapat bahwa komponen utama yang penting dari filsafat agama ialah menyangkut mengenai keyakinan, khususnya keyakinan bahwa Tuhan itu ada, dan bahwa memang ada semacam entitas yang di klaim para teis untuk sekedar disembah dan di percaya, Keyakinan ini jelas menimbulkan propaganda atas banyaknya kalangan yang belum menerima hal ini secara universal, dan tak sedikit juga banyak yang menolaknya, beberapa orang juga mengkalim bahwa hal itu jelas keliru dan tidak rasional untuk diterima. Dengan begitu respon sebagai tanggapan, beberapa upaya teolog dan filsuf teistik telah mencoba memberikan argumen atau bukti yang berhasil untuk menjelaskan keberadaan Tuhan, dan usaha ini disebut sebagai teologi alami sekedar hanya untuk menunjukan bahwa kepercayaan agam mampu diterima secara rasional. Plantinga menguraikan bahwa bagaimana misalkan jika kita memulai dengan apa yang telah Plantinga reduksi sebagai teologi alami, ada upaya jajaran untuk percaya bahwa Tuhan ada. Mungkin bagian teologi alami yang paling umum diterima dan cukup mengesankan ialah yang berhubungan dengan apa yang disebut dengan masalah kejahatan. Banyak filsuf percaya bahwa keberadaan kejahatan merupakan titik kesulitan bagi penganut teis, sehingga banyak yang pervaya juga bahwa keberadaan kejahatan (atau setidaknya jumlah dan jenis kejahatan yang kita temukan) membuat kepercayaan kepada Tuhan tidak masuk akal atau jatah tidak dapat diterima.[19] Dunia memang mengandung banyak kejahatan, beberapa di antaranya dikatalogkan oleh David Hume:
Tetapi meskipun penghinaan eksternal ini, kata Dernea, dari binatang, dari manusia, dari semua elemen, yang menyerang kita membentuk katalog kesengsaraan yang mengerikan, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang muncul di dalam diri kita sendiri, dari kondisi pikiran dan tubuh kita yang kacau. Berapa banyak yang terbaring di bawah siksaan penyakit yang masih ada? Dengarkan pencacahan menyedihkan dari penyair besar.
Intestine stone and ulcer, colic-pangs, Demoniac frenzy, moping melancholy, And moon-struck madness, pining atrophy, Marasmus, and wide-wasting pestilence. Dire was the tossing, deep the groans: Despair Tended the sick, busiest from couch to couch. And over them triumphant Death his dart Shook: but delay'd to strike, though oft invok 'd With vows, as their chief good and final hope.
Â
Gangguan pikiran, lanjut Demea, meskipun lebih rahasia, mungkin tidak kurang suram dan menjengkelkan. Penyesalan, rasa malu, kesedihan, kemarahan, kekecewaan, kecemasan, ketakutan, kesedihan, keputusasaan - siapa yang pernah menjalani hidup tanpa terobosan kejam dari para penyiksa ini? Berapa banyak yang hampir tidak pernah merasakan sensasi yang lebih baik? Tenaga kerja dan kemiskinan, yang begitu dibenci oleh semua orang, adalah jumlah tertentu dari jumlah yang jauh lebih besar; dan beberapa orang istimewa yang menikmati kemudahan dan kemewahan tidak pernah mencapai kepuasan atau kebahagiaan sejati. Semua barang kehidupan yang bersatu tidak akan membuat orang yang sangat bahagia, tetapi semua penyakit yang bersatu akan membuat celaka; dan salah satu dari mereka hampir (dan yang bisa bebas dari setiap orang), tidak, seringkali tidak adanya satu kebaikan (dan yang dapat memiliki semua) sudah cukup untuk membuat hidup tidak memenuhi syarat[20]