2. Plantinga dan mengenai pertanyaan: Mengapa Tuhan mengizinkan kejahatan
Plantinga cukup menegasikan dalam menangani kejahatan dengan asumsi bahwa secara jelas dunia telah mengandung banyak kejahatan. Dan diskusi teoologis sering diawali oleh sebuah pertanyaan. Bagi Plantinga bahwa jika Tuhan sama baik hati seperti yang telah di klaim oleh para teis Kristen, Tuhan pasti sama tercengang nya dengan kita atas semua kejahatan yang telah terjadi ini. Akan tetapi jika Tuhan maha kuasa seperti yang sudah di klaim oleh para teisme maka mungkin Tuhan telah berada dalam posisi untuk melakukan sesuatu tentang hal itu. Jadi mengapa Tuhan mengizinkannya? Mengapa Tuhan tidak mengatur hal-hal agar kejahatan ini tidak terjadi? Bagi Plantinga Itu seharusnya cukup mudah bagi seseorang yang sekuat Tuhan.[21] Seperti yang dikatakan Hume:
Apakah dia bersedia mencegah kejahatan, tetapi tidak mampu? Jika demikian maka dia tidak maha kuasa. Lantas apakah dia mampu, tetapi tidak mau? maka kemudian dia jahat. Apakah dia mampu dan seakligus mau? Lalu  jika benar, maa dari mana datang nya kejahatan?
dan
Mengapa ada kesengsaraan dan penderitaan di dunia ini? ini tentu saja buka rekayasa dan kebetulan. Jadi pasti ada penyebabnya. Apakah ini bersumber dari intensi ilahi. Akan tetapi Tuhan itu sempurna dan memiliki kebaikan. Dan apakah ini bertentangan dengan intensi nya? Tetapi Tuhan itu mahakuasa. Dan tidak ada yang bisa menggoyahkan kekuatan dari argumentasi ini, begitu singkat dan jelas.[22]
Dari uraian itu pun Hume menekankan bahwa jika Tuhan sangat baik dan juga mahakuasa, mengapa telah ada kejahatan di dunia ini? Dan mengapa Tuhan mengizinkannya. Bagi Plantinga saat ini mungkin telah tertanam satu jawaban untuk menentukan alasan mengenai Tuhan dalam mengizinkan kejahatan atau untuk menciptakan dunia yang telah mengandung kejahatan, yaitu bahwa "mungkin kejahatan diperlukan, dalam beberapa metode, untuk melengkapi keberadaan kebaikan", maka klaim jawaban atas pertanyaan Hume akan mengandung sifat yang teodisi[23] Bagi seorang teis mungkin ingin memiliki sebuah teodisi, megenai jawaban atas pertanyaan mengapa Tuhan mengizinkan kejahatan secara umum atau kategori tertentu, seperti kematian dan penderitaan seseorang yang dekat dengan nya, dan mengalami penderitaan yang lain semacam nya. Sehingga apa jadinha jika tidak ada argumen teodisi untuk menjawab problem ini atau anggaplah seorang Teis tidak tahu mengapa Tuhan mengizinkan kejahatan, mungkin bagi seorang teis menganggap bahwa mungkin Tuhan memiliki alasan lain yang baik akan hal itu, tetapi alasan itu nampaknya rumit untuk kita pahami., atau seorang teis belum mengungkapkannya karena alasan lain, Fakta bahwa teis tidak tahu mengapa Tuhan mengizinkan kejahatan adalah, mungkin, fakta yang menarik tentang teis, tetapi dengan sendirinya itu menunjukkan sedikit atau tidak ada yang relevan dengan rasionalitas kepercayaan kepada Tuhan.[24]
Jika kita merujuk terhadap hal yang lain, maka apakah teis telah bertentangan dengan dirinya sendiri? Pada sebuah artikel yang dibahas oleh John Mackie[25] yang berjudul "kejahatan dan kemahakuasaan" Makcie berpendapat bahwa, "Saya pikir, bagaimanapun, bahwa kritik yang lebih jitu dapat dibuat dengan cara masalah tradisional kejahatan. Di sini dapat ditunjukkan, bukan bahwa kepercayaan agama tidak memiliki dukungan rasional, tetapi bahwa mereka secara positif tidak rasional, bahwa beberapa bagian dari doktrin teologis esensial tidak konsisten satu sama lain." Dari argumen ini apakah Mackie telah benar? apakah teis telah bertentangan dengan dirinya sendiri?. Akan tetapi setidaknya kita akan mengajukan pertanyan sebelum lebih lanjut tentang, apa yang telah dikalim di sini?. Keyakinan yang di prioritaskan oleh teistik itunapakah mengandung sebuah inkonsistensi atau kontradiksi, tentu saja, namun apa tepatnya inkonsistensi  atau kontradiksi?. Ada beberapa uraian bentuk dalam kontradiksi eksplisit adalah mengenai proposisi dari jenis tertentu, misalnya proposisi konjungtif, satu konjungsi di antaranya adalah tentang penolakan atau negasi dari konjungsi lainnya. Sebagai contoh, Paul adalah pemain tenis yang baik, dan itu salah bahwa Paul adalah pemain tenis yang baik. (Orang jarang menyatakan kontradiksi eksplisit). Apakah Mackie menuduh teis menerima kontradiksi semacam itu? Agaknya tidak; apa yang dia katakan adalah: "Dalam bentuknya yang paling sederhana, masalahnya adalah ini: Tuhan itu mahakuasa; Tuhan sepenuhnya baik; namun kejahatan itu ada. Tampaknya ada beberapa kontradiksi antara ketiga proposisi ini, sehingga jika salah satu dari dua dari mereka benar, yang ketiga akan salah. Tetapi pada saat yang sama ketiganya adalah bagian penting dari sebagian besar posisi teologis; Teolog, tampaknya, harus segera mematuhi dan tidak dapat secara konsisten mematuhi ketiganya."[26]
Maka demikian menurut, Mackie setidaknya seorang teis menerima sekelompok atau satu rangkaian set dati tiga proposisi tersebut, dan keterhubungan dari tiga rangkaian itu memiliki nilai yang inkonsosten. Rangkaian-rangkain dari set ini tentu adalah (Set A):
(1) Tuhan adalah mahakuasa
(2) Tuhan sepenuhnya baik
dan