Mohon tunggu...
Yesi Tri Andriani Sudibyo
Yesi Tri Andriani Sudibyo Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Novelis, Editor, Ex-jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pendosa

21 Desember 2022   23:11 Diperbarui: 21 Desember 2022   23:29 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Astaga!" Aku menjerit, lagi.

Jantungku berdentum-dentum, seolah-olah hendak meledak kala ujung mata mendapati segerombol serigala menatapku.

Tuhan, apalagi ini? Belum puaskah Kau melihatku menderita? Sekarang bahkan Kau-inginkan nyawaku juga?

Baiklah, kali ini aku benar-benar menyerah. Kuserahkan seluruh hidupku kepada-Mu. Bahkan jika Kau menginginkan nyawaku, akan kuberikan. Ambillah, Tuhan.

Aku terpejam. Membiarkan semua terjadi sesuai kehendak-Nya.

Aku lelah, sudah sangat lelah. Aku menginginkan kebebasan. Mungkin setelah ini aku akan meraihnya, meski sedikit berbeda dari yang kuinginkan.

Dari suara dengusan yang kudengar, kutau serigala-serigala kelaparan itu sudah semakin dekat. Tidak mengapa. Aku sudah pernah merasakan hal yang sangat mengerikan, jika kali ini harus merasakannya lagi, sungguh, aku tidak apa-apa.

Dengan mata terpejam, aku mendengar mereka berebut sesaat, lalu hening. Sudah matikah aku? Takut-takut kubuka mata. Hewan-hewan buas itu tidak lagi ada di sana, mereka pergi bersama karung goni berisi si bandot tua. Aku mendongak, tersenyum kepada Dia yang ada di atas sana.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun