Mau tak mau, berangkatlah saya dengan segala resiko ke situs tersebut.Â
Dibangun untuk Mengingatkan, 'Runtuh' tanpa Peringatan
Setelah menempuh kurang lebih 30 menit perjalanan dari area Madukismo, Bantul, sampailah saya, ditemani ibu saya, di situs monumen Segoroyoso. Kendaraan saya terparkir sekitar 50 meter dari pekarangan itu oleh karena keterbatasan ruang parkir.Â
Bahkan ketika sampai pada tujuan, saya mempertanyakan validitas bangunan tersebut sebagai bangunan bersejarah. Keadaannya begitu menyedihkan.Â
Tak salah pendapat salah satu jurnalis yang menulis ungkapan sinisme bahwa 'saking parahnya kondisinya, bangunan ini lebih mirip gudang daripada sebuah monumen'. Â
Namun, ada sedikit kelegaan melihat bentuk aslinya jauh lebih baik daripada yang saya lihat pada mesin pencarian internet.
Cukup mudah menemukannya, situs ini berada tepat di Utara pinggir jalan desa Segoroyoso yang menembus ke arah Timur menuju jalan raya Pleret-Pathuk.
Terduduk diam nan manis di Utara jalan desa Segoroyoso, ialah sebuah bangunan sederhana dengan pelataran cor-coran yang kosong; bak singgasana tanpa raja.Â
Tamannya yang luas berhiaskan pucuk merah yang membingkai rapih pekarangan situs yang dipagari oleh bilah-bilah bambu bercat hijau.Â
Rumputnya rapih. Wajahnya tertutup terpal, dan atap-atapnya sempal. Kayu-kayunya lapuk.Â
Hening nan sepi. Ironisnya, ketika kau tanyakan siapa namanya, ia adalah monumen peringatan peninggalan Letkol Soeharto.