Kini, bangunan tersebut hanya digunakan sebagai titik kumpul kegiatan warga sekitar yang bernama Pitse, yaitu sepeda gembira bersama setiap hari Jumat atau pada agenda-agenda lain.Â
Atau, dalam beberapa kesempatan, anak-anak daerah sekitar juga bermain-main di pekarangan ini.
Dari ibu pemilik toko tersebut, saya disarankan untuk langsung saja berkomunikasi, mewawancara pengelola situs tersebut yang tinggal tak jauh dari lokasi saya saat itu.
Bapak Trimurti; Sosok di Balik Membaiknya Wajah Situs
Sekitar 100 meter ke Barat dari situs, berdirilah sebuah rumah tinggal sekaligus warung tepat di tikungan jalan. Bangunan sederhana tersebut tak lain dan tak bukan adalah rumah tinggal bapak pengelola sekaligus penanggung jawab situs monumen Segoroyoso.Â
Bukan, bukan seorang tokoh 'penting' desa, apalagi pemerintah daerah. Beliau adalah bapak Trimurti, salah satu warga desa Segoroyoso.Â
Sesampainya di lokasi, sapaan yang amat ramah langsung menyambut saya dan ibu saya usai memarkirkan kendaraan pada pekarangan kecil rumah sekaligus warung lotek tersebut.Â
Terkejut? Tentu. Sangat bersahabat dan hangat. Saya dipersilahkan masuk setelah memperkenalkan diri saya. Ditemani secangkir teh hangat buatan istri bapak Trimurti, percakapan dengan pak Trimurti seputar situs tersebut berjalan.
Ternyata, situs tersebut terbuka untuk umum. Gerbangnya tak bergembok. Status tanah dari bangunan tersebut adalah milik kelurahan. Tak banyak dana yang masuk sebagai bentuk sumbangsih pemerintah daerah dalam rangka pelestarian situs ini.Â
Sebagian besar disumbangkan secara swadaya oleh warga sekitar dan bapak Trimurti sendiri.
Rumput-rumput yang rapi, struktur pagar lama yang tak bersisa digantikan oleh pagar bambu buatan tangan pak Trimurti. Lampu-lampu sorot yang ada di situs ini pun hasil pemasangan tangan beliau. Situs ini di-manage seluruhnya secara swadaya oleh bapak Trimurti.