Ada dua jenis utama dari konformitas:
1. Konformitas Normatif: Jenis konformitas ini terjadi ketika seseorang mengikuti norma-norma sosial untuk menghindari konflik atau menghindari penolakan dari kelompok. Orang tersebut mengubah perilaku atau sikap mereka agar sesuai dengan apa yang dianggap sebagai "benar" oleh kelompok, bahkan jika itu tidak sejalan dengan pandangan atau nilai pribadi mereka.
2. Konformitas Informasional:Â Jenis konformitas ini terjadi ketika seseorang mengikuti perilaku atau pandangan orang lain karena mereka yakin orang lain memiliki informasi yang benar atau lebih tepat daripada yang mereka miliki sendiri. Individu mungkin merasa tidak yakin atau tidak berpengalaman dalam suatu situasi, dan akibatnya, mereka mengandalkan orang lain untuk membantu mereka membuat keputusan atau mengambil tindakan.
Konformitas adalah fenomena sosial yang kompleks dan umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun dalam beberapa situasi konformitas dapat membantu memelihara stabilitas sosial dan kohesi kelompok, namun di sisi lain, itu juga dapat menghambat inovasi dan pemikiran kritis. Sebagai individu, penting untuk selalu mengkaji motivasi di balik perilaku konformitas dan mempertimbangkan dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain.
Konformitas yang salah dilakukan karena takut ditolak kelompok, supaya tidak terlihat berbeda dengan kelompok atau pencitraan (jaim alias jaga image).Â
Konformitas yang benar dilakukan karena kesadaran perlunya mengubah perilaku untuk tujuan yang benar yaitu Kebenaran. "
Kalau dilihat dari segi usia, perilaku konformitas ini bisa dilakukan siapa saja, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Orang-orang "Yesman" alias hanya mengiyakan apa saja yang dikatakan oleh kelompoknya atau teman sekerjanya saat rapat tanpa mempertimbangkan efek keputusan yang diambil termasuk pada Pelaku Konformitas ini.
Zaman dahulu, ada seorang raja yang bernama Saul. Saul berasal dari keluarga kaya, memiliki paras yang tampan dan tubuh yang tinggi dan besar (tidak ada seorangpun dari antara orang Israel yang lebih elok dari padanya: dari bahu ke atas ia lebih tinggi dari pada setiap orang sebangsanya).
Pada saat mengalahkan musuhnya, atas Perintah Allah seharusnya ia membumihanguskan seluruh musuhnya, membunuh rajanya dan ternak mereka tanpa membawa rampasan kembali ke negaranya.
Tetapi karena memilih untuk berkonformitas kepada rakyat karena takut ditolak rakyat, akhirnya ia membawa rampasan dari barang-barang yang terbaik yang ada di wilayah kerajaan musuhnya dan membiarkan raja musuhnya tetap hidup. Padahal sebelumnya ia adalah raja yang tangguh dan banyak mengalahkan musuh.
Karena menentang Allah dan tidak memohon ampun, akhirnya ia tidak bisa berdiri tegak lagi di hadapan Allah. Hubungan dengan Allah rusak dan ia pun pergi ke tukang ramal (okultisme) untuk menentukan masa depan rakyatnya. Dimana hal ini tentunya menunjukkan kesombongannya dan membuatnya semakin bertentangan dengan kehendak Allah.