Mohon tunggu...
Yeni Yuningsih
Yeni Yuningsih Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kajian Sosiologi

14 Januari 2018   14:47 Diperbarui: 14 Januari 2018   15:17 3468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAJIAN SOSIOLOGI DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK KARYA HAMKA DAN MANFAATNYA DALAM BAHAN AJAR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah karya tulis ilmiah

Dosen Pengampu: Aji Septiaji, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Yeni Yuningsih

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAJALENGKA

2018

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan suatu wadah atau media yang tepat untuk menuangkan ide pikiran atau gagasan dengan menggunakan kata-kata yang indah. Adapun jenis-jenis  karya sastra diantaranya  puisi, pantun, roman, novel, cerpen, dongeng, legenda dan naskah drama. Karya sastra merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karya sastra merupakan sebuah fenomena sosial sehingga yang terlihat dalam karya sastra adalah sebuah masyarakat yang bergerak baik secara fungsi,struktur maupun aktivitas dan kondisi sosial budaya sebagai latar belakang kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu diciptaka.

Dalam suatu karya sastra terdapat makna-makna dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya khususnya novel yang dapat kita peroleh berupa nilai sosial, nilai agama, nilai moral, dan nilai kebudayaan. Selain itu suatu karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dihayati.Suatu karya sastra yang berupa novel dapat melihat apa saja nilai-nilai yang baik dan juga hubungan masyarakat dalam novel tersebut yang mencerminkan kehidupan pada saat ini.

Novel adalah salah satu karya sastra yang penulisannya bisa secara bebas memaparkan imajinasi dan kemampuan-kemampuan para penulis dalam mengolah kata. Selain itu, novel juga termasuk karya sastra yang secara bebas membahas mengenai kehidupan manusia dalam berbagai permasalahan dari aspek-aspek kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Dalam penelitian ini  menggunakan teori sosiologi sastra dan pemanfaatannya dalam pembelajaran. Sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubungannya dengan kenyataan sosial dan memahami serta menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Dan manfaat kehidupan sosial yang ada novel sebagai wawasan atau gambaran untuk berperilaki yang baik terhadap sesama.

Rumusan Masalah

Bagaimana konteks sosial pengarang yang tercermin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Bagaimanakah gambaran masyarakat yang tercermin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Bagaiman fungsi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai bahan ajar?

Tujuan

Mengetahui konteks sosial pengarang yang tercermin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Mengetahui gambaran masyarakat yang tercermin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Mengetahui fungsi sosial dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sebagai baham ajar.

BAB II

LANDASAN TEORI

SOSIOLOGI SASTRA

Pada bagian ini akan diuraikan sejumlah teori mengenai sosiologi sastra. Teori-teori tersebut meliputi (1) pengertian sosilogi sastra, (2) sejarah sosiologi sastra, (3) hubungan sastra dan masyarakat, (4) Langkah-langkah analisis.

PENGERTIAN SOSIOLOGI SASTRA

Menurut Abrams (Pradopo, 2002:22) istilah "Sosiologi Sastra" dikenalkan pada tulisan-tulisan para kritikus dan ahli sejarah sastra yang perhatian utamanya ditujukan pada cara-cara seorang pengarang pengaruhi oleh status kelasnya, ideologi masyarakat, keadaan-keadaan ekonomi yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan jenis pembaca yang dituju.

Dalam buku Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya dengan aspek sosial, merupakan pendekatan atau cara membaca dan memahami sastra yang bersifat interdisipliner. Oleh karena itu, sebelum menjelaskan hakikat sosiologi sastra, seorang ilmuwan sastra seperti Swingewood dalam The Socioligy of Literature (1972) terlebih dulu menjelaskan batasan sosiologi sebagai sebuah ilmu, batasan sastra, baru kemudian menguraikan perbedaan dan persamaan antara sosiologi dengan sastra. Swingewood (1972) menguraikan bahwa sosiologi merupakan studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses sosial (Wiyatmi, 2013:5-6).

Menurut Damono dalam buku Sosiologi Sastra Teori dan Kajian Terhadap Sastra Indonesia, dalam wacana studi sastra, sosiologi sastra sering kali didefinisikan sebagai salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang memahami dan menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (sosial) (Wiyatmi, 2013:5).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubungannya dengan kenyataan sosial dan memahami serta menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan.

SEJARAH SOSIOLOGI SASTRA

Sosiologi sastra atau sosiokritik dianggap sebagai disiplin yang baru. Sebagai disiplin yang berdiri sendiri, sosiologi sastra dianggap baru lahir abad ke-18, ditandai dengan tulisan Madame de Stael  yang berjudul de la litterature cinsideree dans sesrapports svec les institutions sociales (1800).

Sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi, bahkan dianggap sebagai involusi. Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru melupakan asal-usulnya.

Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain, maka satu-satunya cara adalah mengembalikan karya sastra ke tengah-tengah masyarakat , memahaminya sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan.

HUBUNGAN SASTRA DAN MASYARAKAT

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-eknik sastra tradisonal seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat. Lagi pula sastra "menyajikan kehidupan", dan "kehidupan" sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga "meniru" alam dan dunia subjektif manusia. Sastra mempunyai fungsi sosial atau "manfaat" yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi. Jadi, permasalahan studi sastra menyiratkan atau merupakan masalah sosial : masalah tradisi, konvensi, norma, jenis sastra (genre), simbol dan mitos. (Wellek, Austin, 1989 : 109).

Supardi Djoko Damono mengemukakan dalam Sosiologi Sastra: Teori dan Kajian Sastra Indonesia "baik sosiologi maupun sastra memiliki objek kajian yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat, memahami hubungan-hubungan antarmanusia dan proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut di dalam masyarakat. Bedanya, kalau sosiologi melakukan telaah objektif dan ilmiah tentang manusia dan masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial, mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada; maka sastra menyusup, menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya, melakukan telaah secara subjektif dan personal" (Wiyatmi,1989:7).

Hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai negasi dan inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting, baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemsyarakatan. (Nyoman, 2008:334)

Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat, sebagai berikut.

Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.

Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.

Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.

Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika.  Masyarakat jelas berkepentingan terhadap ketiga aspek tersebut. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan intradirinya dalam suatu karya. (Nyoman, 2008:333).

Tidak jauh beda dengan pendapat Nyoman, menurut Wiyatmi keterkaitan sastra dengan masyarakat adalah sebagai berikut; pengarang sebagai anggota masyarakat, kondisi sosial budaya, politik, ekonomi yang ikut berperan dalam melahirkan karya sastra, serta pembaca yang akan membaca, menikmati, serta memanfaatkan karya sastra tersebut.

Hubungan timbal balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat secara keseluruhan adalah sebagai berikut;

Sosiologi pengarang, yang didalamnya menyangkut pengarang sebagai penghasil kasya sastra. Mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial, ideologi sosial pengarang serta keterlibatan pengarang di luar karya sastra.

Sosiologi karya sastra, menyangkut karya sastra itu sendiri, yang memuat karya itu sendiri, tujuan serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri. Dan yang berkaitan dengan masalah sosial.

Sosilogi pembaca, mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya tersebut, yakni sejauh mana dampak sosial serta bagi masyarakat pembacanya. (Wellek dan Werren, 1990:111).

Dalam penelitian ini, yang akan dianalisis lebih relevan adalah sosiologi karya sastra dan sosiologi. Bagaimana sebuah karya sastra menggambarkan kehidupan sosial di dalamnya.

LANGKAH-LANGKAH ANALISIS

Menurut Suwardi Endraswara dalam Metodelogi Penilitian Sastra langkah-langkah menganalisis prosa fiksi dengan tinjauan teori sosilogi sastra adalah sebagai berikut

Menganalisis struktur karya sastra (unsur Intrinsik dan Ekstrinsik)

Mendeskripsikan konteks sosial teks tersebut. Konteks sosial tersebut harus dikaitkan dengan konteks sosial pada zamannya.

Mendeskripsikan nilai sosial dan fungsi sosial karya dalam masyarakat. Artinya bagaimana masyarakat menilai karya sastra itu.

Maka untuk lebih sederhananya langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai berikut:

Membaca novel berulang-ulang;

Mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan unsur struktur dan sosiologi sastra;

Mengklasifikasikan data-data struktur dan sosiologi sastra;

Menganalisis data yang telah diklasifikasikan dari membaca dan mencocokkan dari kutipan.

Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui pembelajaran yang menyenangkan. Peserta didik harus benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya.

Secara umum sifat bahan ajar dapat dibedakan kedalam beberapa kategori :  

Fakta, fakta dapat dipelajari melalui informasi dalam bentuk lambang, kata-kata, istilah, maupun pernyataan.

Konsep, merupakan serangkaian perangsang yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Konsep dibentuk dari pola unsur bersama diantara anggota kumpulan atau serangkaian, karena konsep adalah klasifikasi pola yang bersamaan.

Prinsip, merupakan suatu pola antar hubungan fungsional diantara prisip atau prinsip adalah hubungan fungsional dari beberapa konsep.

Keterampilan, keterampilan merupakan suatu pola kegiatan yang bertujuan dan memerlukan peniruan serta koordinasi informasi yang dipelajari. Ada dua jenis keterampilan yakni keterampilan fisik dan keterampilan intelektual.

Bahan ajar yang akan disampaikan kepada peserta didik dengan strategi tertentu harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Relevan dengan standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik.

Bahan ajar merupakan isi pembelajaran dan penjabaran dari standar kompetensi serta kompetensi dasar tersebut.

Memberikan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh.

Berkaitan dengan bahan sebelumnya.

Bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana menuju yang kompleks.

Praktis

Bermanfaat bagi peserta didik.

Sesuai dengan perkembangan zaman.

Dapat diperoleh dengan mudah.

Menarik minat peserta didik.

Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik.

Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.

Berhubungan erat dengan pelajar-pelajar lainnya.

Menstimulasi aktivitas-aktivitas pribadi para peserta didik yang menggunakannya.

Menghindari konsep yang samar-samar agar tidak membingungkan peserta didik.

Mempunyai sudut pandang yang jelas dan tegas.

Membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa.

Menghargai perbedaan pribadi para peserta didik pemakainya.

Dari sisi lain, kriterian bahan ajar yang baik dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu aspek penampilan segi material, aspek buku pendukung, aspek linguistik, aspek kebudayaan yang terkandung di dalamnya, aspek filosofis, dan aspek evaluasinya. Peranan bahan ajar yaitu :

Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan.

Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.

Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.

Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik.

Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.

Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

BAB III

HASIL DAN PENELITIAN

A. Kajian Sosiologi Sastra Novel Teggelamnya Kapal Van Der Wijck

Sosiologi pengarang

Prof. Dr. H Abdul Malik Karim Amrullah, pemilik nama pena Hamka lahir di Nagari sungai Batang, Tanjung Ray, Kabupaten Agam Sumatra Barat. Ia adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia melewatkan waktunya sebagai wartawan, penulis dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai trsebut dibubarkan dan aktif dalam Muhammadiyah sampai akhir hayatnya. Universitas al-azhar dan universits nasional Malaysia menganugrahinya gelar doctor kehormatan, sementara Universitas Moestopo , Jakarta mrngukuhkannya sebagai guru bedar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah dan masuk dalam daftar Pahlawan Nasional Indonesia.

Dibayanginya nama ayahnya Abdul Karim Amrullah, Hamka sering melakukan perjalanan jauh sendirian. Ia meninggalkan pendidikannya di Thawalib, menempuh perjalanan ke Jawa dalam usia 16 thun. Setelah setahun melewatkan perantauannya, Hamka kembali ke Padang panjang memebesarkan Muhammadiyah. Pengalamnnya ditolak sebagai guru di Sekolah milik Muhammadiyh karena tak memiliki diploma dan kritik atas kemampuannya dalam berbahasa Arab melecut keinginan Hamka pergi ke Mekkah. Dengan bahasa Arab yang dipelajarinya, Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra otodidak. Kembali ke Tanah Air, Hamka merintis karir sebagai wartawan sambil bekerja sebagai guru Agama paruh waktu di Medan. Dalam pertemuan memenuhi keinginan ayanya, Hamka mengukuhkan tekadnya meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai ulama dan sastrawan. Kembali ke Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah pedoman masyarakat.Hamka mengisi beberapa rubrik dan menulis cerita bersambung. Mengangkat masalah penggolongan dalam masyarakat minangkabau berdasarkan harta, pangkat dan keturunan ia menulis Di Bawah Lindungan Ka'bah. Hamid terhalang menikahi Zainab karena perbedaan status antara keluarga. Melihat animo masyarkat yang luas, Balai Pustaka menerbitkan Di Bawah Lindungan Ka'bah. Setelah Di Bawah Lindungan Ka'bah Hamka menulis Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck tentang percintaan antara Zainuddin dan Hayati yang terhalang adat dan berakhir dengan kematian. Sewaktu dimuat sebagai cerita bersambung Hamka menuturkan mendapat banyak surat dari pembaca. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck nama Hamka melambung sebagai sastrawan.

Jika dilihat dari biografi pengarang dan membaca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck bahasa yang digunakan pada novel tersebut menggunakan bahasa Padang dan banyak gaya bahasa yang digunakan nan indah. Ia menulis novel Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck hampir sama sosiologi masyarakat tentang terhalangnya kisah cinta karena perbedaan adat dan perbedaan status. Ia menulis kedua novel tersebut  terinspirasi  karena telah melihat kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Sosiologi Sastra

Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang Panjang) , Seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan , Kemenekan Datuk Mantari Labih yang merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Karena tak berdasaudara perempuan, maka hdrta bundanya diurus oleh mamaknya. Datuk Mantari Labih hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untik kemenakannya tak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan ingin menikah namun tak diizinkan menggunakan hartanya tersebut, terjadilah pertengkaran ysng membua Datuk Mantari Labih terbunuh. Pendekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia dibuang ke Cilacap, Kemudian di bawa ke tanah Bugis. Karena perang Bone akhirnya ia sampai ke tanah Mengkasar. Beberapa tahun berjalan, Pendekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri seorang penyebar agama Islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian, lahirlh Zainuddin.

Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian ayahnya menyusul ibunya. Ia diasuh Mak Base, teman ayahnya. Pada suatu hari, Zainuddin meminta izin Mak Base untuk pergi ke Batipuh, sumbar, mencari sanak keluarganya di negri asli ayahnya. Sampai di sana ia merasa gembira, namun lama-lama kebahagiaan itu hilang karena semuanya itu tak seperti yang ia harapkan. Ia masih dianggap orang asing, dianggap orang Bugis, orang Mengkasar. Betapa malang dirinya, karena di megeri ibunya ia jug dianggap orang asing. Sementara di Makassar dianggap orang asing karena kuatnya adat istiadat pada saat itu.  Ia pun jenuh hidup di Batipuh dan saat itulah ia bertemu Hayati, seorang gadis Minang yang membuat hatinya gelisah, mejadikan alasan untu tetap hidup disana. Berawal dari surat-menyurat, mereka pun menjadi semakin dekat dan akhirnya saling cinta.

Kabar kedekatan mereka tersebar luas dan menjadi bahan gunjingan semua warga. Karena keluarga Hayati merupakan keturuna terpandang, maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya, adat istiadat mengatakan Zainuddin bukanlah orang Minangkabau, ibunya berasal dari Makassar. Zainuddin dipanggil oleh Mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati memyuruh Zainuddin pergi meninggalkan batipuh.

Zainuddin pindah ke Padang Panjang (berjarak sekita 10 km dari batipuh) dengan berat hati. Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berkiriman surat. Suatu hari, Hayati datang ke Padang Panjang untuk melihat acara pacuan kuda. ia menginap di rumah temannya bernama khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindupun terbayang di benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak ke tiga, yaitu Aziz. Karena berada dalam satu kota (Padang Panjang)  akhirnya Zainuddin dan Aziz bersaing dalam mendapatkan cinta Hayati.

Mak Base meninggal, dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin. Karena itu akhirnya mengirim surat lamaran kepada Hayati di batipuh. Ternyata surat Zainuddin bersamaan dengan lamaran Aziz. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya di tolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab, dan asli Minangkabau dan Hayati pun akhirnya memilih Aziz sebagai suaminya. Zainuddin tak kuasa menerima penolakan tersebut. Apalagi kata sahabatnya  Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat moralnya. Namun apalah dayanya dihadapan ninik mamaknya. Setelah penolakan dari Hayati Zainuddin jatuh sakit selama dalam dua bulan.

Atas bantuan dan Nasihat Muluk, Zainuddin dapat merubah pikirannya. Bersama Muluk, Zainuddin pergi ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukan kepandaian menulis. Dengan nama Samaran "Z", Zainuddin kemudian berhasil menjadi pengarang yang amat disukai pembacanya. Ia mendirikan perkumpulan tonil "Andalas", dan kehidupannya berubah menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Zainuddin melanjutkan usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku.

Karena pekerjaan Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hayati pun mengikuti suaminya. Suatu kali, Hayati mendapat sebuah undangan dari perkumpulan sandiwara yang dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau "Z". Karena ajakan Hayati Aziz bersedia menonton pertunjukkan itu. Di akhir pertunjukan baru mereka ketahui bahwa tuan Shabir atau "Z" adalah Zainuddin. Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin dengan Aziz.

Semenjak mereka hijrah ke Surabaya semakin lama watak asli Aziz semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang. Mereka di usir dari kontrakan, dan mereka terpaksa menumpang di rumah Zainuddin, di balik kebaikan Zainuddin itu sebenarnya ia masih merasa sakit hati kepada Hayati yang dulu dianggapnya pernah ingkar janji. Karena tak kuasa menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, setelah sebulan tinggal serumah Aziz pergi ke Banyuwangi mencari pekerjaan dan meninggalkan istrinya bersama Zainuddin. Sepeninggal Aziz, Zainuddin sendiri pun jarang pulang, kecuali untuk tidur.

Beberapa hari kemudian, diperoleh kabar bahwa Aziz telah menceraikan Hayati. Melalui surat Aziz meminta supaya Hayati hidup bersama Zainuddun. Dan datang pula berita dri sebuah surat kabar bahwa Aziz telah bunuh diri meminum obat tidur disebuah hotel di Banyuwangi. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun, karena masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayati pulang ke kampunh halamannha saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpanh Kapal Van Der Wijck.

Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setlah membaca surat Hayati yang bertulis "aku cinta engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku mengenangbengkau" . Oleh sebab itu setelah keberangkatan Hayati ia berniat menyul naik kereta api malam. Harapan Zainuddin ternyat tak tercapai. Kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hayati tenggelam di perairan dekat Tuban. Hayati tak dapat diselamatkan.

Di sebuah Rumah sakit di daerah Lamongan, Zainuddin menemukan Hayati yang terbaring lemah dan memegangi foto Zainuddin. Dan dari hari itulah pertemuan terakhir mereka, karena setelah Hayati berpesan kepada Zainuddin, Hayati meninggal dalam dekapan Zainuddin. Sejak saat itu, Zainuddin mebjadi pemenunh. Dan tanpa disadari siapapun ia meninggal dunia karena sakit. Ia dikubur bersebelahan dengan pusara Hayati.

Sosiologi Karya Sastra

Masalah-masalah sosial yang terdapat pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck antara lain :

Menolong tanpa mengharap balas budi.

Seorang wanita bernama Mak Base yang bersedia mengasuh anak orang lain dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan imbalan dan balas jasa.

" Saya yang akan mengasuhnya. Deng! apa yang akan aku makan akan dimakan Zainuddin"

"Balasannya hanya satu bacakan surat yasin tiap-tiap malam jum'at kalau mamak meninggal dunia".

Tidak dianggap di tanah kelahiran ibu dan ayahnya.

Zainuddin ketika telah telah sampai ke Batipuh Padang Panjang ia merasa bahagia bisa sampai ke negeri ayahnya yang selalu di kenang-kenangnya. Tetapi kegwmbiraan itu hiang ketika di kampung halaman ayahnya dia dianggap sebagai orang asing. dan sama halnya  di tanah kelahiran ibunya ia pun dianggap orang asing.

"Meski mufakat terlebih dahulu dengan segnap keluarga.Sedangkan pada pihak Amin pendekar sutan, sudah perhubungan keluarga, apalagi dengan anak yang datang dari Bugis ini."

Harta, jabatan, dan kekuasaan dianggap sangt penting.

Keluarga Hayati telah memiih jodoh untuk Hsyati yang dianggapnya sesuai dengan derajat keluarganya.

"Ya, kita habisi saja, kita bulatkan sekarang menerima Aziz dan menolak Zainuddin".

"Lebih baik dia mati, senang kita daripaa dia memberi malu ninik mamak, merusak aat dan lembag".

Memandang orang dengan sebdlah mata.

Banyak orang yang memandang Zainuddin sebagai orang yang tidak layak dengan Hayati karena kradaan Zainuddin bukan anak orang terpandang dan tidak tentu asal usulnya .

"Ah, tunangan! dia belum tunangan Semasa fi kampung dia bercinta-cintaan denganorang Mengkasar  anak mengaji yang tak tentu hilir mudiknya, kabarnya anak orang terbuang mana boleh menjadi jodohnya".

"Ah, percuma pergi tak menarik kalau cuma tonil bangsa kita, permainannya kurang halus bukan seperti tonil belanda".

Berada dalam keterpurukan

Zainuddin setelah ditolak oleh Hayati mengalami sakit selama dua bulan. Sudah berbagai penhobatan telah dicoba namun Zainuddin masih saja sakit.

"Sepagi itu Zainuddin tak dapat keluar lagi dai kamarnya makan, minum, tak mau sebab dia tak ingat akan dirinya".

Mengharapkan seseorang yang telah menjadi milik orang lain dan tersadar bahwa itu merupakan kesalahan.

" Sekarang saya insaf, haram saya menyentuhnya, dia bukan tunanganku, buka istriku!"

"Keluarlah semuanya, pergilah semuanya tinggalkan saya seorang diri di sini,  saya tidak ada hubungan dengan orang-orang itu, mereka pun telah putus dengn saya pergilah,keluarlah seger!"

Hutang piutang

Aziz terlilit hutang dan seseorang yang kejam menagih hutang ke rumah Aziz dan Hayati. Aziz tak bisa membayar dan ingkar pada janjinya.

"Tuan! sudah sekian lama tuan Aziz ini dari janji ke janji saja, saya tidak sabar lagi akan saya minta pertolongan dari yang berwajib"

Jatuh miskin dan melarat

Hayati dan Aziz jatuh miskin dan tidak mempunyai tempat tinggal. Aziz juga dikeluarkan dari kantornya.

Perkataan penagih hutang

" Lebih baik kau diam saja, hai perempuan muda! kalu telah jadi korban hawa nafsu setan suamimu. Janji apakah yang engkau cari lagi? padaha perhiasanmu telah habis hidupmu telah melarat"

perkataan hayati

"Kemana kita akan pergi lagi?"

Perkataan Aziz

"Saya telah melarat sekarang, saya dan istri saya. Saudara yang menyambut dalam rumah saudara yang sekian lamanya hal ini tidak boleh saya derita lama."

Peristiwa bunuh diri

Aziz tidak kuat dengan permasalahannya kemudian ia memutuskan untuk bunuh diri di sebuah hotel Banyuwangi.

Tidak ingin menerima dan memaafkan seseorang yang telah menyakitinya.

Hayati meminta maaf kepada Zainuddin dan akan memulai kisah cintanya kembali, namun Zainuddin tetap tidak mau menerima dan memaafkan. Padahal ia masih mempunyai perasaan kepada Hayati.

"Tidak, pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda memakan sisa."

Mengusir seseorang

Zainuddn mengusir Hayati untuk pulang ke kampung haamannya yaitu kembali ke Padang Panjang.

" Tidak Hayati! kau meski pulang kembali le Padang! jangan hendak ditumpang hidup saya,orang tak tentu asal, Negri Minangkabau beradat."

Kematian

Hayati mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju pulang ke Padang Panjang kampung halamannya. Kapal Van Der Wijck yang ditumpanginya tenggelam dan Hayati pun menghembuskan nafas terakhirnya di samping Zainuddin.

"Bacakanlah dua kalimat suci di telingaku"

Kajian sosiologi dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan manfaatnya dalam bahan ajar

Karya sastra merupakan suatu wadah yang tepat untuk menuangkan pikiran dan ide atau gagasan. Manfaat kajian tersebut  dalam bahan ajar antara lain :

Terdapat nilai-nilai dan perilaku yang baik yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu nilai moral. terdapat pada kutipan :

"Saya yang akan mengasuhnya. Deng! apa yang akan aku makan akan dimakan Zainuddin"

Sebagai wawasan atau pengetahuan adat istiadat dan bahasa daerah Padang Panjang.

"Di Negri Batipuh Sapuliuh Koto (Padang Panjang). Seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, Kemenakan Datuk Mantari Labih, yang merupakan harta pewaris tunggal ibunya. Karena tak bersaudar perempuan, maka harta bundanya di urusboleh mamaknya."

Mempunyai amanat yang baik bahwa janganlah memandang dengan sebelah mata, dengan materi, jabatan, kekuasaan karena kelak ketika berada dalam kesulitan seseorang kita cela yang akan membantu kita.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karya sastra merupakan suatu wadah atau media yang tepat untuk menuangkan ide pikiran atau gagasan dengan menggunakan kata-kata yang indah.  Karya sastra merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karya sastra merupakan sebuah fenomena sosial sehingga yang terlihat dalam karya sastra adalah sebuah masyarakat yang bergerak baik secara fungsi,struktur maupun aktivitas dan kondisi sosial budaya sebagai latar belakang kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu diciptaka.

Novel adalah salah satu karya sastra yang penulisannya bisa secara bebas memaparkan imajinasi dan kemampuan-kemampuan para penulis dalam mengolah kata. Selain itu, novel juga termasuk karya sastra yang secara bebas membahas mengenai kehidupan manusia dalam berbagai permasalahan dari aspek-aspek kehidupan yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Sosiologi sastra adalah cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari hubungannya dengan kenyataan sosial dan memahami serta menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Dan manfaat kehidupan sosial yang ada novel sebagai wawasan atau gambaran untuk berperilaki yang baik terhadap sesama. Dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck  terdapat masalah-masalah sosial yang sering di alami dalam masyarakat antar lain :

Menolong tanpa mengharap balas jasa

Tidak dianggap di tanah kelahiran ibu dan ayahnya.

Harta jabatan dan kekuasaan dianggap penting

Memandang orang dengan sebelah mata

Berada dalam keterpurukan

Mengharapkan seseorang yang sudah menjadi milik orang lain

Hutang piutang

Jatuh miskin

Peristiwa bunuh diri

Tidak mau menerima dan memaafkan seseorang yang telah menyakiti

Mengusir seseorang

Kematian

Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fokus dn details dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Saran dan Kritik senantiasa penulis nantikan dari semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA

Wellek Rene, Warren Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.

Kutha Ratna Nyoman, 2008. Teori, Metode dan Teknik Penilitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:

Djoko Pradopo Rachmat. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media :

Wiyatmi. 2013. Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Hamka. 2007. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Jakarta: PT. Bulan Bintang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun