Mohon tunggu...
Yayan Sofyan
Yayan Sofyan Mohon Tunggu... -

saya seorang pengajar SMA swasta di Bandung untuk pelajaran ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Guru Kontrak

26 November 2012   09:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:39 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Druv, kamu dipanggil ,menghadap kepala sekolah !” kata temannya. “ada apa ya ?” tanya Druv dengan sedikit rasa penasaran. “kurang tau saya” jawab temannya.

Bergegaslah ia menuju ruangan kepala sekolah. “pagi pak !” sapa Druv saat memasuki ruangan. “pagi pak Druv, silakan duduk” jawab kepala sekolah tanpa melihat wajah Druv.

Sekitar sepuluh menitan mereka berdua di dalam ruangan tanpa berbicara sedikitpun. Druv hanya duduk sesekali ia menoleh kesamping kanan, kesamping kiri dan kebelakang. Sedangkan pak kepala sekolah sangat serius membaca selembar kertas yang ia baca.

oke, begini pak Druv, saya memanggil Anda kemari karena ada beberapa informasi penting menyangkut diri Anda dan sekolah”. Kata kepala sekolah.

maksudnya apa ya pak” tanya Druv. Sebenarnya pertanyaan itu hanya basa-basi. “masalah kontrak di sekolah ini” jawab kepala sekolah sambil mengepalkan kedua tangannya secara bersamaan.

sebenarnya saya sudah mengira akan hal ini, mengenai status kontrak saya” kata Druv dengan nada kecewa.

ya, saya juga paham , karena masalah ini sudah menyebar dikalangan guru lain dan menjadi perbincangan hangat disetiap sudut sekolah”. Kata kepala sekolah sambil menghela nafas.

hanya saja saya penasaran pak, kenapa bisa seperti ini ? apa alasannya ? bahkan saya mengira sekolah ini sangat picik karena tidak mau mengangkat saya sebagai guru tetap yayasan padahal saya sudah mengabdi selama 3 tahun dan menurut aturan tidak ada kontrak ketiga atau secara otomatis saya diangkat menjadi pegawai tetap.” begitu argument Druv.

saya paham, Anda sebulan lagi akan menikah ini merupakn cobaan berat bagi Anda, tapi ini sudah keputusan bulat dari yayasan” kata kepala sekolah.

ini bukan masalah itu saja pak melainkan sekolah tidak menunjukan itikad baik akan janjinya dan juga sekolah tidak memikirkan dampak bagi siswa jika gurunya harus gonta-ganti, mereka akan bingung dengan pembelajarannya. Jangan karena hanya ingin menekan biaya operasional lantas guru lama diganti dengan guru baru yang lebih murah gajinya dan mengorbankan tujuan pendidikan yang sebenarnya” kata Druv

sebaiknya kita sudahi saja perbincangan ini. Saya mohon maaf mewakili sekolah atas keputusan ini, saya pun turut menyesalkan” kata kepala sekolah

Tanpa mengeluarkan sepatah kata Druv langsung pergi meninggalkan ruangan dengan persaan jengkel. Pikirnya sekolah ini tidak memiliki tujuan yang jelas akan pendidikan anak-anak yang mereka pikirkan hanya keuntungan dari mendirikan sebuah sekolah. Sehingga asset sekolah (guru) yang harusnya dijaga dan dirawat ini malah dianggap beban karena gajinya padahal sebuah sekolah akan pincang tanpa sosok guru yang sebebnarnya.

Bukan berarti Druv menganggap dirinya sebagai guru ideal karena masalah ini tidak hanya menimpanya saja. Beberapa guru di sekolah tersebut yang berprestasi mengalami nasib yang serupa. Sungguh ironis bangsa kita ini !

Jauh hari sebelum obrolan dengan kepala sekolah Druv sudah mengendus aroma keanehan di sekolahnnya. Tanpa sengaja ia melihat iklan lowongan guru ekonomi untuk sekolahnya di salah satu Koran nasional padahal di sekolah ia masih sah berstatus sebagai guru ekonomi.

Kemudian ia menunjukan iklan lowongan tersebut kepada rekannya yang sudah 5 tahun menjadi guru di sekolah itu. “hmm, sepertinya status kamu terancam di sekolah ini”. Kata rekannya itu yang bernama Isak.

Maksudnya ?” tanya Druv.

ini berdasarkan pengalaman saya bekerja di sekolah ini, jika sekolah sudah membuka lowongan di Koran itu artinya kamu sebagai guru ekonomi akan diganti lagi pula kamu memang berada di ujung tanduk. Kontrak kamu kan sudah hampir 3 tahun dan menurut kabar yang saya tau sekolah tidak akan lagi mengangkat pegawai tetap. Seperti kejadian yang sudah-sudah” kata Isak.

sebaiknya mulai dari sekarang kamu cari lagi pekerjaan meskipun kamu masih terikat kontrak untuk beberapa bulan lagi” nasihat Isak.

Selang beberapa minggu dari obrolan dengan Isak. Seorang wanita menghampiri Druv ketika berada di perpustakaan. “dengan pak Druv, guru ekonomi ?” tanya wanita itu.

iya benar, ada apa ya?”tanya Druv

saya tadi di suruh kepala sekolah untuk menemui bapak, oh iya perkenalkan nama saya Cintia” kata wanita tadi.

Druv sedikit keheranan dengan kedatangan wanita itu. Dalam hati Druv sempat bertanya-tanya. “apa ini calon guru ekonomi baru ? lantas kenapa kepala sekolah menyuruhnya menemui saya ?”

ada yang bisa saya bantu Mba Cintia ?” tanya Druv

saya juga bingung pak harus ngapain menemui bapak, saya ini guru baru untuk pelajaran ekonomi pak” jawab Cintia.

Ketika mereka sedang berbincang muncul pak karvi. “pak Druv” sahut pak Karvi

ini guru baru untuk ekonomi pak Druv. Kata pak kepala sekolah tolong bantu jelaskan kondisi serta jobdesk menjadi guru ekonomi di sekolah ini.” Kata pak karvi.

loh, kok saya yang menjelaskan, maaf saya kan bukan HRD, jadi itu bukan tugas saya. Lagi pula saya banyak pekerjaan pak Karvi.” Jawab Druv.

Dengan kedatangan guru baru ini sebenarnya sangat menyinggung persaaan Druv. Menurutnya sekolah tidak punya etika “kalau mau mengganti ya ganti saja langsung tidak perlu mempertemukan calon penggantinya. Apalagi harus menjelaskan jobdesk sebagai guru ekonomi”.

Sebulan kemudian selepas dari masa kontraknya dengan sekolah Druv tidak memiliki pekerjaan. Lamaran yang sudah ia layangkan pun belum ada yang menyangkut satu pun.

Bersama istrinya ia pindah ke daerah kabupaten Bandung dengan menyewa sebuah rumah kecil dan memulai lembaran hidup baru. Masa-masa sulitpun datang karena sudah hampir dua bulan Druv belum juga mendapat pekerjaan.

Selama ini yang ia lakukan mengirim lamaran, berdoa, shalat dhuha, dan shalat tahajjud. Karena hanya inilah yan ia harus lakukan.

Druv mau gak kamu ngajar di SD?” tanya temannya lewat sms.

Druv langsung membalasnya “mau, untuk sekolah apa ?” tanya Druv

SD Internasional, kalau mau langsung datang sekarang” kata temanya

Akhirnya Druv pun diterima di sekolah international padahal bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus. Pikir Druv inilah berkah dari shalat, dan doa yang pada akhirnya mengantarkan Druv mengajar di sekolah internasional. Disana ia menempa diri dan ia pun menulis beberapa buku bertema pendidikan yang sudah diterbitkan dengan penjualan yang cukup pantastis terutama bukunya yang mengkritik mengenai kebijakan-kebijakan pendidikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun