Tanpa mengeluarkan sepatah kata Druv langsung pergi meninggalkan ruangan dengan persaan jengkel. Pikirnya sekolah ini tidak memiliki tujuan yang jelas akan pendidikan anak-anak yang mereka pikirkan hanya keuntungan dari mendirikan sebuah sekolah. Sehingga asset sekolah (guru) yang harusnya dijaga dan dirawat ini malah dianggap beban karena gajinya padahal sebuah sekolah akan pincang tanpa sosok guru yang sebebnarnya.
Bukan berarti Druv menganggap dirinya sebagai guru ideal karena masalah ini tidak hanya menimpanya saja. Beberapa guru di sekolah tersebut yang berprestasi mengalami nasib yang serupa. Sungguh ironis bangsa kita ini !
Jauh hari sebelum obrolan dengan kepala sekolah Druv sudah mengendus aroma keanehan di sekolahnnya. Tanpa sengaja ia melihat iklan lowongan guru ekonomi untuk sekolahnya di salah satu Koran nasional padahal di sekolah ia masih sah berstatus sebagai guru ekonomi.
Kemudian ia menunjukan iklan lowongan tersebut kepada rekannya yang sudah 5 tahun menjadi guru di sekolah itu. “hmm, sepertinya status kamu terancam di sekolah ini”. Kata rekannya itu yang bernama Isak.
“Maksudnya ?” tanya Druv.
“ini berdasarkan pengalaman saya bekerja di sekolah ini, jika sekolah sudah membuka lowongan di Koran itu artinya kamu sebagai guru ekonomi akan diganti lagi pula kamu memang berada di ujung tanduk. Kontrak kamu kan sudah hampir 3 tahun dan menurut kabar yang saya tau sekolah tidak akan lagi mengangkat pegawai tetap. Seperti kejadian yang sudah-sudah” kata Isak.
“sebaiknya mulai dari sekarang kamu cari lagi pekerjaan meskipun kamu masih terikat kontrak untuk beberapa bulan lagi” nasihat Isak.
Selang beberapa minggu dari obrolan dengan Isak. Seorang wanita menghampiri Druv ketika berada di perpustakaan. “dengan pak Druv, guru ekonomi ?” tanya wanita itu.
“iya benar, ada apa ya?”tanya Druv
“saya tadi di suruh kepala sekolah untuk menemui bapak, oh iya perkenalkan nama saya Cintia” kata wanita tadi.
Druv sedikit keheranan dengan kedatangan wanita itu. Dalam hati Druv sempat bertanya-tanya. “apa ini calon guru ekonomi baru ? lantas kenapa kepala sekolah menyuruhnya menemui saya ?”