"Jadi istri itu, harus selalu bisa nyenengin suami. Selain itu, kamu juga harus selalu jaga penampilan kamu. Jangan sampai suami pulang kerja, istri masih acak-acakan. Apalagi Mas Bagus itu banyak yang ngidolain."
"Iya, Ma. Riri juga tau, kok!"
"Terus ilangin juga sifat merajuk kamu! Nggak lucu, kalo seorang istri pejabat tapi masih kekanakan."
"Ih, Mama apaan! Aku udah berusaha buat jadi istri yang baik! Manja sama suami sendiri kan hukumnya wajib!" Utari menyemil bolu coklat panggang yang baru diangkat sang Mama dari oven.
"Nanti bawa ini untuk suami dan mertua kamu." Rika mengambil dua dus kue, yang langsung diisi dengan bolu baru masak itu.
"Toko kue Mama gimana? Denger-denger sekarang tambah rame, ya?"
"Semua juga berkat Mas Bagus. Kalo bukan karena dimodalin dia, mana mungkin Mama bisa punya toko kue sebesar sekarang."
"Riri seneng dengernya. Mudah-mudahan Mama nggak lupa buat bayar cicilan setiap bulannya!"
"Kamu lagi ngeledek Mama? Meski dia menantu Mama, mana tega Mama ngutang nggak bayar!"
Riri tertawa lirih melihat kegusaran sang Mama. Dia kemudian beranjak dari kursi, dan memeluk lengan mama Rika dengan sayang, "Maafin Riri, Ma. Riri becanda kok!"
"Udah, nggak perlu bahas itu juga. Ehm, nanti malam kamu ada acara nggak?"