Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 18

16 April 2021   22:30 Diperbarui: 16 April 2021   22:34 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
//lifestyle.okezone.com

Utari mulai berpikir. Pak Wisnu memang terlihat sangat peduli kepadanya. Beberapa kali Utari melihat pria itu memperhatikan dia, dan berusaha mencegah jika ada beberapa pegawai lain ingin memanfaatkan dirinya.

"Oh, begitu."

Setelah makan malam dan menunaikan ibadah berjamaah, Utari segera berpamitan. Meski Naira menahannya agar menginap saja, namun Utari menolak dengan halus. Kesibukan bukan hanya akan terjadi dalam keluarganya, namun keluarga Rekshananta juga akan melakukan hal yang sama.

"Aku sudah bilang tidak usah dianterin, Mas." rajuk Utari ketika melihat Bagus yang sudah memarkir motor besarnya di samping motor bebek gadis itu.

"Aku hanya mau memastikan, kalau calon istriku selamat sampai tujuan." Bagus terlihat keras kepala.

Utari hanya mengedikkan bahu tidak peduli. Utari mengucap salam sekali lagi kepada Naira, yang masih setia melihat keduanya dari pinggir Pendopo. Mereka akhirnya meninggalkan pelataran luas rumah itu, menyusuri jalanan menuju rumah Utari yang berjarak tidak terlalu jauh.

Utari melajukan motornya tidak terlalu kencang, sementara Bagus Pandhita mengikuti dari belakang. Dada Utari merasa hangat dengan perhatian dari pria itu. Meski mereka belum begitu mengenal, dan rasa lelah juga pasti mendera tubuh calon suaminya. Tapi Bagus Pandhita tetap meluangkan waktu, untuk bersamanya.

Setelah sepuluh menit melakukan perjalanan, mereka akhirnya tiba di rumah Utari, "Mas, tidak mau mampir dulu?"

"Untuk kali ini, sepertinya aku tidak akan mampir. Ada pekerjaan yang sudah menungguku." Bagus Pandhita masih berada di atas motor, namun sudah mencopot helm dan mematikan motor.

"Nanti Mama nanyain lagi." Utari memasukkan motornya ke Garasi, setelah itu dia kembali menemui Bagus Pandhita yang masih setia menunggu di halaman.

"Sampaikan salamku saja pada beliau." pria itu kembali mengenakan helmnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun