"Kang---Bapak kan pemilik tempat ini, masa iya tidak bisa memberi instruksi pada mereka agar lebih cepat!"
"Mereka juga manusia, sayang. Kemampuan mereka terbatas, tidak seperti para pahlawan di film itu."
"Film? Ini benar-benar keterlaluan! Aku datang ke sini untuk menonton film terbaru, dan lihat apa yang terjadi padaku di sini?"
Utari memasukkan ponselnya kembali dengan kesal. Dia menggeser duduknya sedikit menjauh dari Bagus.
"Bagaimana jika kita bertaruh?"
"Bertaruh?"
Bagus membuka jaketnya, hingga otot lengannya yang bertonjolan menjadi pemandangan indah di keremangan. Utari berpura-pura menatap sekeliling sebelum mata dan jantungnya semakin tercemar.
"Menurutmu berapa lama para tekhnisi itu akan menyelesaikan pekerjaannya?" Bagus bertanya dengan nada serius, hingga Utaripun mau tidak mau memperhatikan pria itu.
"Satu jam? Tiga puluh menit?"
"Tebak secara acak saja."
"Dan?"