Mohon tunggu...
Yasman Suparyo
Yasman Suparyo Mohon Tunggu... Human Resources - HR Manager

Berpengalaman dalam bidang MSDM sebagai HR manager di perusahaan swasta nasional lebih dari 15 tahun. Menyukai konten pengembangan diri, politik dan satwa. Menyukai traveling dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen: Perspektif Pemikiran Peter Drucker tentang Masa Depan

29 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 29 Juni 2024   07:26 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"SALAH SATU HAL YANG KITA KETAHUI TENTANG  MASA DEPAN ADALAH BAHWA HAL TERSEBUT AKAN BERBEDA"

The only thing we know about the future is that it will be different (Peter Drucker).

Siapa yang tidak ingin mendapatkan masa depan yang cerah. Semua orang pasti mendambakan untuk memiliki masa depan yang cerah. Sudah tentu jika masa depan itu adalah milik semua orang. Yang menjadi permasalahannya adalah "Bagaimana caranya agar hidup atau masa depan kita cerah ?".   Pertanyaan tersebut sangat retoris jika dijawab. Selain pertanyaan yang sudah biasa dilontarkan dalam setiap kesempatan, namun sesungguhnya pertanyaan ini sudah tentu dapat terjawab oleh hati nurani setiap orang .

Sukses dan tidaknya setiap orang adalah bergantung pada hati nurani masing- masing. Kemudian perlu dingat juga bahwa ukuran sukses setiap orang pasti berbeda. Tidak bisa dipungkiri ukuran sukses baik secara materiil maupun spiritual tergantung pada hasil yang dapat dilihat secara kasat mata.

Masa depan adalah misteri. Tapi, bukan berarti tidak bisa direncanakan. Bagi sebagian orang, membicarakan masa depan mungkin terdengar sangat jauh untuk dibahas, apalagi jika saat ini kita masih berusia muda. Biasanya, manusia memiliki fase-nya sendiri. Contohnya saat berada di usia dua puluh tahunan yang masih senang-senangnya hangout bersama teman, aktif dalam berbagai kegiatan, dan masih bersemangat untuk hal apa pun. Saat tiba waktunya, mungkin kita akan merasa cukup dan merasa tak cocok lagi terlalu banyak hangout dan hura-hura.

Dalam hal ini diperlukan manajemen untuk mengubah masa depan. Jika manajemen ada dalam kehidupan sehari-hari, masa depan akan lebih terarah dan fokus pada tujuan. Menurut G.R. Terry, empat jenis fungsi manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, tindakan, dan pengawasan.

Menentukan tujuan atau target yang ingin dicapai adalah salah satu contoh implementasi fungsi perencanaan dalam mempersiapkan masa depan. Ketika tujuan sudah ditetapkan, seluruh kegiatan sehari-hari akan berfokus pada tujuan tersebut. Selanjutnya adalah fungsi pengorganisasian, yang dilaksanakan dengan membagi sumber daya yang kita miliki untuk mencapai tujuan. Fungsi penggerakan, yang dilaksanakan dengan melakukan semua yang sudah direncanakan, adalah fungsi berikutnya. Dilanjutkan dengan fungsi pengawasan, yang menentukan apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau bertentangan dengannya. Fungsi pengawasan mencari solusi segera ketika terjadi masalah.

Merujuk pada pendapat Peter Ducker, bahwa masa depan akan berbeda. Memang benar adanya bahwa masa depan akan berbeda dengan masa sekarang. Masa lalu tidak dapat diubah, tetapi tindakan dan keputusan yang kita  buat saat ini memiliki dampak langsung pada masa depan kita. Dengan melakukan yang terbaik dalam setiap hal yang kita lakukan saat ini, kita menciptakan fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik. Meratapi masa lalu hanya akan menghambat kemajuan Anda. Alih-alih menghabiskan waktu dan energi untuk menyesali kesalahan atau kegagalan yang telah terjadi, lebih baik gunakan pengalaman itu sebagai pembelajaran untuk membuat keputusan yang lebih baik di masa depan.

PEMBAHASAN DARI SEGI FILSAFAT

Filsafat Ilmu Manajemen

Filsafat dan Ilmu merupakan dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat ilmu pengetahuan berkaitan dengan pembahasan bagaimana disiplin ilmu tertentu menghasilkan pengetahuan, memberikan penjelasan dan prediksi, serta pemahaman yang melatarbelakangi suatu disiplin ilmu. Dengan kata lain, filsafat ilmu pengetahuan merupakan telaah secara filsafati yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat sains empirikal, seperti obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan ini disebut landasan ontologism. Kemudian muncul pertanyaan lain mengenai bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu? Apa kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Pertanyaan-pertanyaan ini disebut landasan epistemologis. Pertanyaan terakhir adalah untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah landasan aksiologis.

Jika didefinisikan, filsafat ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang membahas tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, pengetahuan, metode-metode ilmiah, serta sikap etis yang harus dikembangkan oleh para ilmuwan, yang berfungsi sebagai sarana pengujian penalaran sains, merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan; serta memberikan landasan logis terhadap metode keilmuan (Judistira, 2006; Salmon et. al., 1992; dan www.wikipedia.org). Dalam ilmu manajemen, keberadaan ilmu filsafat sebagai akar munculnya teori-teori manajemen sehingga dapat berdiri sebagai ilmu yang memiliki aspek metodologis dan epistemologis yang menghasilkan pengetahuan empiris. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W.Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Kerangka Filosofis dalam Analisis Praktik Manajemen

Seorang manajer harus memiliki kemampuan dalam memilih ilmu pengetahuan secara selektif yang akan diaplikasikan dalam praktik pengelolaan sebuah organisasi. Manajer juga harus mampu memahami dan mengontrol perilaku orang lain yang terlibat di dalam organisasi. Kemampuan tersebut akan menghasilkan nilai dalam diri seorang manajer sehingga dapat menangani permasalahan yang muncul bahkan dalam kasus-kasus ekstrim organisasi. Kemampuan menyeleksi ilmu pengetahuan dalam praktik juga dapat menjadi kekuatan homogenisasi dari heterogenitas budaya, opini, dan wewenang dalam organisasi sehingga tercipta prinsip dan tujuan organisasi secara general.

Pemahaman keilmuan yang tepat bagi seorang manajer akan memberikan kemampuan berpikir rasional kognitif dalam pencapaian tujuan organisasi dan kemampuan berpikir rasional komunikatif dalam menangani masalah-masalah normatif (Dixon dan Dogan, 2012). Pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer dengan melakukan interaksi baik dengan intern maupun ekstern organisasi akan menghasilkan seperangkat hirarki tersetruktur mengenai keyakinan, nilai, dan norma manajemen organisasi.

Manajer yang mampu menghadapi konflik dalam organisasi dan bangga pada organisasinya tergantung dari kecenderungan pemahaman epistemologis dan ontologis mereka. Kecenderungan epistemologis memperlihatkan cara pandang manajer pada apa yang mereka ketahui, bagaimana hal itu diketahui, dan standar kebenaran apa yang bisa digunakan. Sedangakan kecenderungan ontologis menunjukkan anggapan seorang manajer mengenai sifat makhluk, bagaimana mereka ada, kondisi keberadaan mereka, dan kemungkinan penyebab mereka ada (Dixon, 2002).

Menurut Puspasari (2021) di dalam kajian filsafat ilmu manajemen terdapat tiga poin pembahasan penting antara lain:

 -  Ada atau secara filsafat disebut sebagai ontology

  - Pengetahuan yang secara filsafat disebut epistemology 

 -  Nilai yang secara filsafat disebut aksiologi

Perspektif Ontologi

Ontologi diartikan dengan meta fisika umum yaitu cabang filsafat yang mempelajari tentang sifat dasar dari kenyataan yang terdalam membahas asas-asas rasional dari kenyataan (Kattsoff, 1986). Dengan kata lain, permasalahan ontologi adalah menggali sesuatu dari yang nampak.

Berdasarkan perspektif Ontologi, jika dikaitkan ke dalam ilmu manajemen dapat ditelaah sebagai berikut: (Puspasari, 2021):

 - Objek "apa" yang dipelajari oleh ilmu manajemen?

 - Sifat apa yang sesungguhnya ada dalam objek tersebut?

 - Bagaimana hubungan antara objek dan persepsi manusia (pemikiran, perasaan, dan penginderaan) yang menghasilkan pengetahuan manajemen?

Perspektif ontologi berkaitan dengan penyelidikan dan pengkajian hakikat manajemen, atau yang disebut dengan teori hakikat manajemen. Menurut Hasani (2024) Ontologi mempertanyakan dan mengkaji hakikat manajemen atau yang dikenal dengan teori hakikat manajemen.

Perspektif ontologi berkaitan dengan penyelidikan dan pengkajian hakikat manajemen, atau yang disebut dengan teori hakikat manajemen. Menurut Hasani (2024) Ontologi mempertanyakan dan mengkaji hakikat manajemen atau yang dikenal dengan teori hakikat manajemen.

Melihat kutipan Peter Drucker yang berbunyi "Satu-satunya hal yang kita ketahui tentang masa depan adalah bahwa hal tersebut akan berbeda", jika dikaji menurut perspektif ontologi akan membahas apa yang dimaksud dengan masa depan itu sendiri. Masa depan adalah waktu setelah masa kini. Kedatangannya dianggap tak terelakkan karena keberadaan waktu dan hukum fisika. Sebagai akibat dari sifat realitas yang tampak dan keniscayaan masa depan, maka segala sesuatu yang ada saat ini dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah entitas permanen, artinya akan ada selamanya, dan entitas sementara, yang artinya akan berakhir. Dalam pandangan Barat, yang menggunakan konsepsi waktu linier, masa depan adalah bagian dari garis waktu yang diproyeksikan dan diantisipasi untuk terjadi.  Dalam relativitas khusus, masa depan dianggap sebagai masa depan mutlak, atau kerucut cahaya masa depan.

Karena banyak hal yang mempengaruhi masa depan tidak akan sama dengan apa yang terjadi sekarang. Tidak mungkin bagi manusia untuk kembali ke masa lalu atau masa sebelumnya, karena mereka jelas berbeda dari segi waktu. Tempatnya mungkin sama, tetapi pasti ada satu atau dua hal yang berbeda dengan tempat sebelumnya. Dari segi personil, yang menjalankan mungkin tetap sama, tetapi kondisi individu tersebut juga pasti akan berbeda, termasuk usia, emosi, dan kondisi kesehatan mereka. Selain itu, pasti akan ada orang lain yang terkait dengan kegiatan di masa depan, selain manusia itu sendiri. Mungkin orang lain tersebut tidak sama dengan orang sebelumnya.

Sebagai contoh dalam bidang pekerjaan di perusahaan misalnya dalam membuat perencanaan penjualan produk dalam jangka panjang  untuk 5  tahunan. Pihak marketing akan memprodiksi jumlah permintaan pasar  dalam 5 tahun ke depan dengan mengidentifikasi berbagai faktor seperti faktor ekonomi, politik, pesaing, geopolitik, dan lain sebagainya. Dalam prakteknya apa yang sudah direncanakan tidak semuanya bisa direalisasikan.

Perspektif Epistemologi

Disposisi epistemologis terfokus pada kemampuan seseorang dalam memahami fakta dengan cara mempercayai atau memegang keyakinan. Sikap ini akan berangsur- angsur menjadi perilaku ketika dikombinasikan dengan keinginan dan sikap mental lainnya. Keyakinan dapat menjadi pengetahuan melalui tahapan dan kriteria dengan standar ilmu pengetahuan. Perdebatan epistemologis terjadi dalam ilmu-ilmu sosial yang menyangkut hubungan antara objektif dan subjektif. Menurut Hasani (2024) perspektif epistemology berkaitan dengan teori dan penerapan ilmu manajemen.

Melihat pada kutipan Peter Drucker yang berbunyi "Satu-satunya hal yang kita ketahui tentang masa depan adalah bahwa hal tersebut akan berbeda",  Jika dikaji dari perspektif epistemology, akan membahas tentang bagaimana dan bagaimana menghadapi masa depan, tentunya dengan didasarkan pada ilmu manajemen. Setiap orang tentunya berharap masa depan yang lebih baik daripada sekarang, dan untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan persiapan dan usaha. Salah satu cara untuk mempersiapkan masa depan adalah dengan menerapkan ilmu manajemen dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan ilmu manajemen dalam kehidupan sehari-hari, masa depan akan lebih baik.

Menurut G.R. Terry, empat jenis fungsi manajemen adalah   perencanaan,  pengorganisasian , tindakan ,  dan pengawasan. Menentukan tujuan atau target yang ingin dicapai adalah salah satu contoh implementasi fungsi perencanaan dalam mempersiapkan masa depan.  Contoh nyata dalam pekerjaan di perusahaan adalah   penyusunan AOP ( annual Opetation Plan) atau rencana  operasional perusahaan secara tahunan. Top menajemen menentukan target tahunan operasional perusahaan  meliputi target penjualan, target kapasitas produksi, target jumlah tenaga kerja, target  biaya operasional, target laba perusahaan dan target lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan. Dari Target  yang ditentukan top manajemen tersebut selanjutanya diturunkan kepada semua divisi  untuk dijabarkan sesuai dengan  tugas dan  tanggungjawab divisi.    Target dari semua divisi harus relevan dengan target dari top menejemen. Untuk mencapai target tersebut diperlukan strategi atau cara untuk mencapainya dengan cara mengalokasikan sumber daya dimasing-masing divisi.  Selanjtnya masing-masing divisi melaksnakan apa yang sudah ditargetkan dengan melibatkan semua tim dan sumber daya lainnya. Kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi atau pencapaian  yang dihasilkan  untuk membandingkan antara target dengan realisasinya. Evaluasi dilakukan dalam bentuk meeting mingguan, bulanan dan juga tengah semester. Apabila ada hal yang belum tercapai akan dievaluasi terhadap prosesnya apakah ada cara yang kurang sesuai atau proses lainnya yang tidak sesuai.

Perspektif Aksiologi

Aksiologi adalah bidang yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai dan implikasi aksiologi di dalam Perusahaan adalah mengkaji dan menguji serta mengintegrasikan semua nilai (nilai tindakan moral, nilai ekspresi keindahan dan nilai kehidupan sosio-politik) didalam kehidupan manusia dan membinanya kedalam personal pelaku manajemen Perusahaan dalam lingkup organisasi. Aksilologi dalam manajemen akan menilai nilai dan etika dari praktik manajemen. Apakah praktik manajemen tertentu etis? Apakah memberikan nilai tambah kepada organisasi dan individu-individu didalamnya? Aksiologi akan menilai manajemen dari segi nilai-nilai yang diwujudkan atau dikompromikan melalui praktiknya. Hasani (2024) menyatakan bahwa perspektif aksiologi mempelajari manfaat dan fungsi manajemen. Menurut Iswahyudi (2020), aksiologi membagi nilai menjadi dua: estetika dan etika.

Kembali menelaah  pernyataan Peter Drucker, "Satu-satunya hal yang kita ketahui tentang masa depan adalah bahwa hal tersebut akan berbeda". Jika dikaji menurut perspektif aksiologi akan membahas tentang nilai manfaat apa yang didapat dari masa depan yang berbeda tersebut. Nilai positif dari kemungkinan masa depan yang berbeda adalah bahwa manusia akan dihadapkan dengan berbagai situasi, keadaan, dan kesulitan yang berbeda dengan apa yang mereka hadapi saat ini. Akibatnya, manusia perlu memiliki kemampuan untuk beradaptasi atau beradaptasi dengan setiap perubahan yang terjadi. Contoh dalam pekerjaan adalah seperti  contoh di atas, bahwa dengan  pencapaian target operasioanl  sesuai yang sudah dtetapkan dalam AOP setiap tahun, perusahaan akan dihadapkan pada situasi dan kondisi yang berbeda, apa yang sudah direncanakan bisa saja  kenyataannya tidak sesuai rencana , hal ini membuat perusahaan  akan terus  belajar untuk menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada dan inilah salah satu nilai  positifnya. Semakin  seringnya perusahaan harus berhadapan pada situasi yang tidak menentu dan berhasil dari situasi tersebut maka  perusahaan akan semakin bernila.

DAFTAR PUSTAKA

Barberoousse, A., Bonnay, D., & Cozic, M. (2018). The philosophy of science: A companion. The Philosophy of Science: A Companion, 1-744. https://doi.org/10.1093/oso/9780190690649.001.0001.

Salmon, Merrilee, John Earman, Clark Glymour, James G. Lenno, Peter Machamer, J.E. McGuire, John D. Norton, Wesley C. Salmon, Kenneth F. Schaffner. 1992. Introduction to the Philosophy of Science. USA: Prentice-Hall.

Ben, J.N. (2013). The Philosopy of Management Science. International Journal of Scientific & Engineering Research, 4(11), 1914-1925. https://doi.org/10.1115/1.3664478.

Hasani, Syaiful. (2024). Filsafat Ilmu Manajemen. Malang: Media Nusa Creative

Iswahyudi, T. (2020). Pengantar Memahami "Ontology, Epistemologi, dan Aksiologi". Yogyakarta: Deepublish

Puspasari, Dyah Ismayantika. (2021). Filsafat Ilmu Manajemen: Telaah atas Praktik Manajemen dalam Pandangan Filsafat. Kediri: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Yulianto, H. (2021). Philosophy of Management Science: Ontology, Epistemology, and Axiology Perspective. Cross-Border Journal of Business Management, 1(1), 152-162

SEMOGA BERMANFAAT

Penulis :  Yasman Suparyo

Praktisi MSDM di perusahaan swasta nasional

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Universitas Wisnuwardhana  Malang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun