PENDAHULUAN
Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan, seorang  pimpinan atau manajer dituntut untuk menjadikan organisasi perusahaan tumbuh dan berkembang  dengan pencapaian produktifitas kerja yang tinggi. Oleh karena itu pimpinan atau manajer harus dapat mengenal lebih jauh tetang perilaku individu atau karyawan sebagai anggota di dalam organisasinya, agar lebih mudah menggerakkan atau memotivasi mereka untuk bekerja mencapai kinerja yang diinginkan oleh organisasi perusahaan. Di dalam diri seseorang terdapat perilaku atau behavior yang nantinya akan mempengaruhi perilaku bekerja di sebuah perusahaan ataupun organisasi.
Sunaryo (2017) menyatakan bahwa salah satu aspek yang membuat manusia berbeda adalah perilaku mereka. Selain itu, perilaku dapat diamati, yang memungkinkan kita untuk memperbaiki, menganalisis, dan menilai perilaku agar dapat dikelola dengan baik. Perilaku kerja adalah elemen penting dalam kehidupan kerja organisasi karena merupakan tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh individu yang bekerja. Perilaku kerja karyawan adalah bagaimana seorang karyawan dapat mengaktualisasikan dirinya melalui sikapnya dalam bekerja, yang mencakup tingkat semangat atau  motivasi yang mereka miliki untuk melakukan pekerjaan mereka.
Perilaku kerja, menurut Aditya & Ardana (2016), didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh karyawan di tempat kerja untuk mencapai tujuan, visi, dan tujuan perusahaan. Dalam hal ini, semakin positif perilaku karyawan di tempat kerja, semakin besar kemungkinannya untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sebaliknya, perilaku yang negatif akan menurunkan kinerja perusahaan.
PT XYZ Â Pasuruan merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang industry pengolahan susu. Sebagaimana Perusahaan lainnya, Â PT XYZ Pasuruan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui pembagian pekerjaan yang jelas dan terarah. Untuk mencapai tujuannya dengan baik, perusahaan memerlukan koordinasi dengan karyawannya agar masing-masing bagian dari perusahaan bekerja sesuai standar prosedur dan tidak menganggu bagian lainnya. Sebuah perusahaan harus memiliki sumber daya manusia atau karyawan yang perilaku kerja karyawannya menunjukkan hal yang positif agar tujuan dapat dicapai dengan efektif dan efesien.Â
Perilaku kerja inilah yang akan menjadi faktor dasar yang wajib dan harus diketahui oleh perusahaan agar dapat mengerti serta memahami perilaku kerja yang ditimbulkan saat karyawan bekerja, karena hal ini akan mempengaruhi kesuksesan sebuah perusahaan atau organisasi dalam perjalanan bisnisnya.
TINJAUAN TEORITIS
Â
Definisi Organisasi
Menurut Mooney bahwa organisasi merupakan bentuk dari perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Setiap individu yang berperan di dalam organisasi akan memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi tersebut. Organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu (Hasibuan, 2011).
Dalam organisasi banyak elemen-elemen yang dapat membentuk kesuksesan kerja. Kesuksesan organisasi tergantung kepada kompetensi orang-orang yang ada di dalam organisasi itu sendiri. Paling tidak, terdapat 3 kompetensi yang mendukung keberhasilan organisasi yakni, kompetensi kepemimpinan organisasi, kompetensi personil organisasi, dan budaya organisasi yang membantu pengembangan dan memaksimalkan kompetensi (Zwell, 2000). Selain ketiga tersebut, kesuksesan organisasi juga didasarkan pada efektivitas kerja di dalamnya. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam efektivitas kerja adalah perilaku organisasi.
Definisi Perilaku
Perilaku merupakan suatu proses dari perbuatan atau tindakan seseorang dalam merespon sesuatu yang kemudian memberikan pengaruh dan dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini. Perilaku seseorang dapat diamati, diukur, dan diulang. B. F. Skinner, seorang ahli Psikologi, mengemukakan teori bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Menurut Skinner, suatu perubahan tingkah laku seseorang akan ada konsekuensi yang mengikuti di belakangnya.
Perilaku merupakan hasil dari pengalaman-pengalaman hidup seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang apakah perilaku itu tepat dan sesuai dengan situasi kehidupannya atau tidak tepat dan salah (maladjusted), harus dikatakan bahwa baik tingkah laku tepat maupun tingkah laku salah sama-sama merupakan hasil  belajar. Karena tingkah laku salah merupakan hasil dari proses belajar, tingkah laku yang salah itu juga dapat dihapus dan diganti dengan tingkah laku yang tepat melalui suatu proses belajar (Winkel, 2005).
Menurut Azwar (2010) terdapat dua jenis perilaku, yaitu perilaku covert (tertutup) dan perilaku overt (terbuka). Perilaku covert terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Responnya masih dalam bentuk perhatian, persepsi, dan perasaan. Beberapa bentuk perilaku covert juga dapat diukur, contohnya pengetahuan dan sikap. Sedangkan perilaku overt terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau "observable behavior". Dalam konteks organisasi, perilaku observable dan measurable yang banyak dipertimbangkan dan dipelajari.
Konsep dan Pengertian Perilaku Organisasi
Menurut Robbins dan Judge (2016) perilaku organisasi adalah studi mengenai yang dilakukan orang-orang dalam sebuah organisasi dan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi efektivitas organisasi. Widyanti (2019) berpendapat perilaku Organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Perilaku organisasi memperhatikan seluruh individu, kelompok, dan lingkungannya berinteraksi dan bagaimana pengaruhnya terhadap organisasi.
Perilaku organisasi merupakan ilmu yang yang diturunkan dari teori dan sikap manusia. Bidang studi ini dipelajari guna menyelesaikan berbagai masalah perilaku manusia dalam organisasi. Hal ini sangat mendukung pemahaman bahwa banyak persoalan organisasi mempunyai berbagai sebab, sehingga pendekatan penyelesaian persoalan organisasi mengacu pada kondisi dan situasi manusia di dalam organisasi yang bersangkutan (Supartha dan Sintaasih, 2017).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi
Berbagai faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi sesungguhnya memberikan informasi mengenai prestasi pelaksanaan dari unit-unit organisasi, dimana organisasi memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas seluruh aktivitas sesuai dengan tujuan organisasi. Atmosoeprapto (2001) mengemukakan bahwa efektivitas suatu organisasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal seperti:
- Faktor eksternal yang terdiri dari, faktor politik, ekonomi, dan social
- Faktor internal yang terdiri dari, tujuan organisasi, struktur organisasi, sumber daya manusia, dan budaya organisasi.
Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku organisasi itu sendiri sebagai cerminan dari perilaku dan sikap para anggotanya. Oleh karena itu, faktor internal memiliki pengaruh yang besar terhadap perilaku organisasi. Hal tersebut dikarenakan faktor internal berkaitan langsung dengan perilaku individu dan perilaku kelompok dalam organisasi. Selanno (2014) berpendapat bahwa faktor internal yang mempengaruhi perilaku organisasi antara lain:
- Perilaku Individu
Setiap individu memiliki karakteristik-karakteristik yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi pola dan sistem kerja organisasi. Perilaku individu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, seperti motivasi, persepsi, dan sikap.
- Perilaku Kelompok
Perilaku kelompok menekankan bahwa perilaku dalam suatu kelompok adalah cara berpikir untuk memahami sebuah persoalan serta menentukan problem-solving nya.
Selain itu, dalam ranah organisasi, faktor yang bisa dikendalikan oleh organisasi itu sendiri terdapat pada faktor internalnya. Dengan terkendalinya faktor-faktor internal di atas, maka perilaku organisasi dapat menunjang efektivitas kerja organisasi.
Konsep Perilaku Individu dalam Organisasi
Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda. Kemampuan tersebut yang mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan -- pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku setiap individu akan berbeda dikarenakan kemampuan yang dimilikinya juga berbeda. Setiap perilaku dibentuk oleh kepribadian dan pengalaman belajar yang telah dijumpai sebelumnya. Hal ini dapat dilihat ketika karyawan baru biasanya masih membawa sifat-sifat karakteristik bawaan individunya. Perilaku personil organisasi sesungguhnya adalah hasil belajar yang kemungkinan akan menjadi perilaku yang inovatif sebagai sumber penciptaan kinerja organisasi  (Anwar dan Niode, 2017).
Perilaku individu di dalam organisasi adalah serangkaian tindakan atau perbuatan atau aktivitas yang terpola yang dilakukan oleh individu-individu, grup atau kelompok, dan interaksinya, sebagai respon terhadap keadaan atau situasi lingkungan internal dan eksternal untuk mewujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Poernomo, 2023). Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah sesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang ke dalam gudang dan lain sebagainya. Perilaku individu dalam organisasi yang dimaksud antara lain, produktivitas kerja, kepuasan kerja, dan tingkat turnover.
Karakteristik Individu dalam Organisasi
 Hal pertama yang dilakukan untuk dapat memahami perilaku individu dengan baik adalah dengan memahami karakteristik yang melekat pada individu (Sopiah, 2008). Perilaku organisasi pada hakikatnya adalah hasil-hasil interaksi antara individu-individu dalam organisasinya. Oleh karena itu, sebelum memahami perilaku organisasi sebaiknya terlebih dahulu memahami individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap.
Karakteristik biografis sangat mudah untuk didapatkan seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, maupun masa kerja yang dimiliki seseorang sangat umum dipakai dan mudah diperoleh untuk kemudian dihubungkannya dengan tingkat produktivitas kerjanya (Supartha dan Sintaasih, 2017). Kepribadian seseorang merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang digunakan untuk mengklasifikasikan orang tersebut (Poernomo, 2023). Adapun alat tes psikologi yang digunakan untuk mengidentifikasi kepribadian seseorang, seperti MBTI, Big Five Personality, dan DISC. Ketiga alat tes tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan kepribadian seseorang.
Selain karakteristik individu, adapun karakteristik yang dipunyai organisasi. Person organization fit, yaitu kesesuaian antara karakteristik organisasi dengan nilai-nilai yang dianut seorang individu (Mercurio, 2016). Seorang individu yang memiliki kecocokan dengan karakteristik organisasi akan lebih memungkinkan untuk dipilih dalam proses seleksi dan memiliki work engagement yang baik (Indriyani dan Sutanto, 2021). Karakteristik organisasi yang dimaksud antara lain: keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian dan lain sebagainya.
Perilaku Kerja
Segala sesuatu atau apa-apa yang kita lakukan disebut perilaku. Suatu kebiasaan, watak, karakter, tingkah laku, atau perilaku dibentuk oleh apa yang kita lakukan. Perilaku karyawan adalah tindakan rutin yang dilakukan oleh pekerja di suatu perusahaan (Prasetyo, 2011).
Segala tindakan yang ditunjukkan oleh seorang karyawan dari lingkungan asalnya dan diterapkan terhadap karyawan lainnya dan lingkungannya disebut perilaku kerja (Raynaldo & Hadi, 2016). Namun, Umam (2012:24), menyatakan bahwa "Perilaku didefinisikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia, misalnya kegiatan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, baik bekerja dengan giat atau dengan orang lain, bertukar pendapat, baik menerima atau menolak pendapat orang lain" .
Menurut Maulana (2012), perilaku kerja karyawan adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap pekerjaannya. Ini termasuk tindakan, sikap, dan persepsi seseorang terhadap pekerjaannya, kondisi kerja yang dialami di tempat kerja, dan bagaimana pimpinan memperlakukan karyawan itu sendiri. Menurut Bryson (2003: 41), empat indikator berfungsi sebagai tolak ukur perilaku kerja:
- Kemampuan berhubungan sosial (cooperatives-social skill) - ini berarti bahwa pekerja harus menggunakan kemampuan sosial mereka untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
- Kualitas pekerjaan (work quality) - para pekerja harus menunjukkan kualitas kerja yang baik agar mereka dapat diakui dan dihargai oleh atasan atau teman sekerja mereka.
- Kebiasaan Kerja (work habits) : Ada hubungan antara kebiasaan kerja dan perilaku positif dan negatif di tempat kerja.
- Personal presentation (pengendalian diri): Kemampuan seseorang untuk mengontrol diri dan menunjukkan profesionalisme dalam bekerja, atau dengan kata lain, kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya saat bekerj
- Menurut Prasetyo (2011), perilaku kerja yang dimiliki oleh pekerja dapat diidentifikasi dengan menilai indikator berikut:
- Motivasi (motivation), motivasi adalah dorongan untuk serangkaian proses perilaku manusia untuk mencapai tujuan;
- Produktivitas (productivity), produktivitas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk menghasilkan sesuatu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien;
- Tanggung jawab (responsibility) - Tanggung jawab adalah kesadaran seseorang akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun tidak di sengaja.
- Kerja keras (work hard) - kerja keras adalah kegiatan kerja yang dilakukan secara sungguh-sungguh tanpa mengenal kata lelah dan tidak menyerah hingga mencapai tujuan yang diinginkan.
PERILAKU KERJA KARYAWAN DI PT. XYZ Â PASURUAN.
Berdasarkan  indikator sebagai tolak ukur perilaku kerja menurut Bryson (2003: 41), bahwa perilaku kerja karyawan di PT. XYZ Pasuruan dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Kemampuan berhubungan sosial (cooperatives-social skill.Â
Bahwa karyawan PT.XYZ Pasuruan  dituntut harus memiliki kompetensi sesuai skill matric setiap jabatan. Standar skill matric terdiri dari technical skill dan soft skill.  Cakupan dari soft skill antara lain adalah kemampuan beradaptasi, kemampuan bekerjasama dengan tim, dan kemampuan social atau berinteraksi dengan karyawan lainnya. Karyawan yang memiliki kempuan social tinggi akan mudah beradaptasi dengan lingkungan kerjanya dan juga mudah berinteraksi atau berkomunikasi dengan karyawan lainya sehingga proses penyelesaian masalah akan lebih mudah karena karyawan tersebut mampu menggunakan sumber daya yang ada untuk meneyelesaikan masalah. Dalam meningkatkan kemampuan berhungungan social, perusahaan menyelenggarakan program engagement antara lain setaip manajer harus melakukan bonding team minimal sebulan sekali, kagiatan senam pagi bersama setip hari jumat, kegiatan sarasehan atau  two way communication  antara karyawan dengan pimpinan perusahaan, kegiatan olah raga bersama, dan kegiatan rekreasi setiap tahun sekali, kegiatan. Kegiatan engagement tersebut bertujuan agar masing-masing karyawan dapat menjalin hubungan sosial dengan karyawan lainnya.Â
- Kualitas pekerjaan (work quality).
Selain dituntut harus memiliki soft skill, karyawan juga harus memiliki technical skill. Karyawan yang memiliki technical skill yang tinggi akan  menghasilkan kualitas kerja yang tinggi. Karyawan dengan technical skill tinggi akan dapat menyelesaikan trouble shooting dengan baik, bekerja dengan teliti dan sesuai standar prosedur kerja. Dengan demikian hasil  kesalahan kerja dapat diantisipasi dengan baik dan menghasilkan hasil kerja yang berkualitas. Untuk bekerja dengan dengan hasil yang berkualitas,  pekerja harus menunjukkan kualitas kerja yang baik agar mereka dapat diakui dan dihargai oleh atasan atau teman sekerja mereka.
- Kebiasaan kerja (work habbits).
Kebiasaan kerja erat hubungannya dengan perilaku positif maupun negatif dari karyawan. Upaya PT. XYZ Pasuruan dalam menciptakan kebiasaan kerja (work habbits) adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan tentang perilaku posotif di tempat kerja, menetapkan tata tertib perusahaan yang mengatur pentingnya perilaku karyawan yang positif. Perilaku negatif karyawan dapat diberikan sanksi. Selain itu juga dilaksanakannya kegiatan informal karyawan seperti  kegiatan olah raga karyawan, kegiatan pengajian  yang bertujuan untuk menciptakan perilaku positif karyawan.
- Pengendalian diri (personal presentation).
Merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol diri dan menunjukkan profesionalisme dalam bekerja, atau dengan kata lain, kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya saat bekerja. Pengendalian diri karyawan erat hubungannya dengan tingkat kematangan atau kedewasaan karyawan. Upaya  yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kedewasaan atau pengendalian diri karyawan adalah dengan melakukan mengukur tingkat kedewasaan karyawan kemudian melakukan mapping . Karyawan yang  memiliki tingkat kedewasaan rendah dilakupan pendekatan denga metode coaching dan mentoring. Selain itu juga dilakukan pelatihan informal yang bertujuan membentuk tingkat kedewasaan karyawan.
- Perilaku kerja karyawan PT. XYZ Pasuruan bila dilihat dari indikator perilaku kerja menurut Prasetyo (2011),dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Motivasi (motivation).
Untuk mencapai hasil kerja yang ditinggi  harus didukung oleh karyawan  yang memiliki motivasi kerja yang tinggi. Upaya perusahsaan dalam meningkatkan motivasi kerja adalah dengan melakukan  berbagai langkah antara lain dengan menciptakan suasana kerja yang nyaman dengan program Nice Place to Create yaitu dengan program pemberian best employee, informal gathering antara karyawan dengan manajemen, ruang kerja aman dan nyaman ( tidak bising, tidak panas, dan tidak berdebu), rekreasi karyawan, kegiatan peringatan hari besar nasional dan hari besar keagamaan, dan termasuk program equity terkait kompensasi kepada karyawan yaitu menjamin tidak ada karyawan yang dibayar dibawah standar skala upah untuk setiap jabatan. Dengan program ini dapat meningkatkan motivasi kerja bagi karyawan.
- Produktivitas (productivity).
Sikap produktivitas (productivity) ditunjukkan melalui: Karyawan mampu mengemban dan melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan pembagian tugas dan penempatan kerja yang tepat, agar pekerjaan tersebut mampu berjalan efektif dan efisien.
Beberapa dari karyawan memiliki  perhatian yang lebih untuk selalu serius dalam bekerja, sehingga karyawan tersebut mampu mencapai target yang diinginkan oleh perusahaan, contohnya seperti salah satu karyawan diberikan tugas untuk menyelesaikannya dalam jangka waktu satu bulan, pada akhirnya mampu diselesaikan dalam waktu satu minggu.
Setiap karyawan mampu memberikam pencapaian target yang maksimal terhadap perusahaan baik berupa kuantitas maupun kualitas.
Tanggung jawab (responsibility ).
Untuk menciptakan sikap tanggung jawab (responsibility) , perusahaan menetapkan job description untuk semua jabatan yang berisi mengenai pembagian kerja yang jelas. Dengan pembagian kerja yang jelas karyawan mampu menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan perintah yang diberikan oleh perusahaan, seperti salah satu karyawan diberikan tugas untuk memberikan  training kepada karyawan baru, dank arena topik terainingnya cukup banyak sehingga karyawan tersebut relah untuk bekerja melebihi  waktu kerja yang ditentukan. Karyawan mampu bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan pada hasil kerja yang sudah mereka kerjakan.  Karyawan dapat mengevaluasi dirinya sendiri, dan menerima kritik atau saran dengan baik yang diberikan oleh pimpinan maupun pelanggan yang komplain atas kinerjanya.
- Kerja keras (work hard)
Sikap kerja keras ditunjukan melalui : etos kerja  dan inisiastif karyawan cukup tinggi. Hal ini ditunjukan dengan adanya kegiatan PSG (problem solving group) yang  bertujuan untuk memberikan kebebasan karyawan mengeluarkan ide atau gagasanya dalam penyelesaian masalah dalam pekerjaanya. Karyawan mampu menunjukan kerja keras secara sungguh-sungguh tanpa mengenal kata lelah dan tidak menyerah hingga mencapai tujuan yang diinginkan.
                                           Â
REFERENSI :
Â
Aditya, D. N. R., & Ardana, K. (2016). Pengaruh Iklim Organisasi , Kepemimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. E-Jurnal Manajemen Unud, 5(3), 1801-- 1830.
Bryson, J.M. (2003). Strategi perencanaan strategis bagi organisasi sosial. (M. Miftahuddin, Trans.).Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maulana, T. (2012). Analisa Perilaku Kerja Karyawan Di De Boliva. Jurnal Hospitality Dan Manajemen Jasa, 1, 563--577
Maulana, T. (2012). Analisa Perilaku Kerja Karyawan Di De Boliva. Jurnal Hospitality Dan Manajemen Jasa, 1, 563--577.
Prasetyo, A. E. (2011). Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Perilaku Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada Pt. Bank Pembangunan Daerah (Bpd) Banyuwangi. Skripsi, 1(4), 1292--1300.
Raynaldo, R., & Hadi, S. (2016). Pengaruh Perilaku Kerja Dan Gaya Kepemimpinan Partisipatif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis S1 Undip, 5(3).
Umam, K. (2012). Perilaku Organisasi. CV Pustaka Setia.
Sunaryo, S. (2017). Pengaruh Perubahan Organisasi, Budaya Organisasi Dan Perilaku Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Di PT. Sisirau Medan. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 18(1), 101--114.
Azwar, S. (2010). Sikap manusia, teori, dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hasibuan, M. S.P. (2011). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Bumi Askara
Indriyani, R. & Sutanto, M. B. (2021). Peranan person organization fit dan person job fit dalam meningkatkan job satisfaction dengan work engagement sebagai mediasi. Majalah Ekonomi: Telaah Manajemen, Akuntansi dan Bisnis,26(1), 8-28. Restricted from: https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/majalah_ekonomi/article/download/3950/2979/12631#:~:text=Person%20job%20fit%20didefinisikan%20kesesuaian,et%20al.%2C%202020).
Mercurio, Z. (2016). Person-organization fit in the employee selection process: An instructive framework for practitioners and implications for human resource development. Conference: Academy of Human Resource Development International Research Conference in the Americas, (February), 1--34
Poernomo, D. (2023). Perilaku organisasi dalam perspektif strategis. Jember: UNEJ Press
Robbins, S. P. & Judge, T. A. (2015). Perilaku organisasi edisi ke-16, Jakarta: Salemba Empat.
Selanno, H. (2014). Faktor internal yang mempengaruhi perilaku organisasi. Populis,8(2). 44-56. Restricted from: https://ejournal.unpatti.ac.id/ppr_iteminfo_lnk.php?id=972
Sopiah (2008). Perilaku organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Supartha, W. G. & Sintaasih, D. K. (2017). Pengantar perilaku organisasi teori, kasus, dan penelitian. Denpasar: Mabhakti
Umam, K. Â (2012). Perilaku organisasi. Bandung: Pustaka Setia
Widyanti, R. (2019). Perilaku organisasi (teori dan konsep). Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan MAB
Winkel, W. S. (2005). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Media Abadi
Semogar bermanfaat.
Penulis Yasman Suparyo
Praktisi MSDM di perusahaan swasta nasional
Mahasiswa program studi Magister Manajemen  Universitas Wisnuwardhana  Malang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H