Permasalahan petani sawit terjadi ketika kontrak Perusahaan dan Petani sawit plasma berakhir, Sebelumnya ketika masih tanggung jawab perusahaan, setiap minggu selalu ada perbaikan jalan untuk jalur transportasi buah sawit.
Namun karena kontrak telah berakhiir maka tidak ada lagi perbaiakan jalan dan sebagian besar para petani telah mandiri, bisa memanen sendiri dilahan sendiri, bisa jual sendiri ke perusahaan.
Hal yang parah sering terjadi, ketika satu truk amblas di jalan makan truk yang lainnya tidak bakalan bisa lewat, Sepanjang jalan penuh dengan puluhan truk yang tidak bisa lewat, hanya kendaraan roda dua yang bisa melewati, itupun dengan susah payah menerjang lumpur.
Para Sopir truk biasanya menghadapi situasi seperti itu dengan bersatu, membantu truk yang amblas dengan cara menderek dengan satu truk didepannya, jika tidak bisa maka akan di derek dengan tenaga 2 truk didepannya, sungguh perjuangan keras para supir truk sawit saat itu.
Untuk menyelesaikan permasalahan itu, Para tokoh masyarakat desa berusaha mengusulkan proposal perbaikan jalan ke Pemerintah setempat, namun belum ada tanggapan dan tindak lanjut untuk memperbaiki jalan.
Sehingga para tokoh desa mengumpulkan para petani sawit untuk berdiskusi membahas masalah jalan dan akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan iuran patungan dengan cara setiap truk yang lewat membawa buah sawit dikenakan biaya antara Rp. 50.000 - Rp. 150.000 untuk biaya perbaikan jalan, menimbun jalan rusak dengan batu kerikil, membuat parit dengan menyewa alat berat seperti exavator dan keperluan lain.
Dan sampai sekarang masih dilakukan, Walaupun Jalanan masih tanah dari desa ke pabrik, Truk pengangkut buah sawit sangat mudah melewati jalan walau dalam kondisi hujan karena sebagian besar jalan tanah telah tercampur dengan bebatuan kecil yang keras.
Jadi jangan heran jika ada para pejabat penting pemerintahan yang datang ke desa merasa dicuekin, dalam arti para petani di undang rapat namun rata rata mereka memilih memanen sawit atau pergi ke ladang, Â karena percuma, masyarakat petani sawit belum merasakan sentuhan manis kebijakan pemerintah yang membuat para petani sawit tersenyum.
Era Presiden Jokowi
Masyarakat Desa Trimulya, Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau sedikit tersenyum karena di akhir Pemerintahan Jokowi pada tahun 2023, jalan dari Kecamatan Ke Kabupaten sudah ter-aspal dengan mulus namun belum sampai ke Desa-desa, hanya sebagian kecil saja jalan ranyanya ter-aspal.
Jalan jalan gang desa juga telah sebagian dibeton melalui program Desa, Jalan utama disetiap desa juga telah ter-aspal walaupun hanya jalan aspal 3 km saja belum seluruhnya jalan aspal tersambung antara desa.