Mohon tunggu...
YASFINA ARBA
YASFINA ARBA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketahanan Energi

It's not going to be easy, but it's going to be worth it

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Review 10 Penelitian Kualitatif tentang Energi di Indonesia

2 November 2021   12:49 Diperbarui: 2 November 2021   13:15 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

1. STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DI INDONESIA

Penulis : Fikri Adzikry, Didik Notosudjono, Dede Suhendi

Energi merupakan kebutuhan penting umat manusia. Indonesia merupakan negara yang kaya energi, termasuk energi terbarukan dan energi tak terbarukan. 

Namun dalam proses penggunaannya tentunya dibutuhkan energi yang ramah lingkungan agar tidak terlalu banyak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. 

Penggunaan energi yang benar adalah energi terbarukan karena tidak habis-habisnya, tidak habis-habisnya, dikelola dengan baik dan ramah lingkungan. Berlawanan dengan energi tak terbarukan, karena jumlahnya terbatas, penggunaan terus menerus akan habis. 

Saat ini, dalam rangka penurunan pasokan energi tak terbarukan dan peningkatan permintaan energi, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk memperjuangkan stabilitas dan keamanan energi Indonesia. 

Namun pemanfaatan energi terbarukan selama ini belum maksimal, tidak mampu menutupi konsumsi energi tahunan hingga 3,2% dan pertumbuhan konsumsi daya sekitar 6%, sedangkan struktur energi terbarukan meningkat 0,36% setiap tahun. Hal ini akan menyulitkan pencapaian target 23% pada tahun 2025, karena manusia masih menggunakan energi fosil atau energi tak terbarukan sebagai sumber energi utama.

Dalam proses penerapan energi baru terbarukan, Indonesia mengalami berbagai kendala teknis, non teknis dan perizinan yang menghambat pengembangan energi terbarukan negara. 

Selain itu, karena ketergantungan penggunaan minyak dengan memberikan subsidi, mahalnya komponen energi baru dan teknologi energi terbarukan (EBT) harus didatangkan dari luar negeri, serta terbatasnya industri EBT Indonesia dan keterbatasan infrastruktur juga menjadi salah satu faktor pembatas. 

Dari sisi akses masyarakat terhadap energi khususnya energi terbarukan, ditambah dengan tantangan global yang dihadapi Indonesia, potensi efisiensi pemanfaatan sumber daya energi nasional yang ada saat ini belumlah tinggi, dan dibandingkan dengan potensinya masih sangat rendah. 

Berdasarkan kebijakan energi yang ada di Indonesia dan isu energi terbarukan yang ada, maka perlu dirumuskan strategi pengembangan energi terbarukan di Indonesia untuk secara signifikan meningkatkan pengembangan energi terbarukan di Indonesia untuk mencapai tahun 2025 dan 2050.

Teori :

  • UU. No. 30/2007 tentang Energi
  • UU. No. 30/2009 tentang Ketenagalistrikan.
  • PP. RI No. 70/2009 tentang Konservasi Energi.
  • Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan

Subyek/Informan : Dewan Energi Nasional Indonesia, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PT. PLN Persero.

2. IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) OLEH DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI SUMATERA BARAT DI SOLOK SELATAN

Penulis : Givan Dwiguna, Adil Mubarak

Keterbatasan PLN dalam memperluas cakupan jaringan listrik Sumatera Barat telah menyebabkan kekurangan listrik di desa-desa atau rumah-rumah terpencil. Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu daerah rawan listrik di Sumatera Barat. Menurut DESDM Kabupaten Solok Selatan Sumbar, sebanyak 1.795 KK atau KK di 7 kecamatan dan 20 kelurahan belum terjangkau jaringan PLN. 

Hal ini karena desa terlalu jauh dari jaringan listrik PLN, medan menuju desa sangat rumit, rumah di desa sedikit, dan beberapa KK tidak dapat menghubungkan listrik ke PLN, meskipun rumah dapat dijangkau. melalui jaringan PLN. Oleh karena itu, pemerintah daerah merumuskan kebijakan pengembangan energi terbarukan, yaitu PLTMH, untuk mengoptimalkan pengelolaan energi.

Teori : Teori yang digunakan penulis adalah teori kebijakan dengan tiga kunci yaitu formula, implementasi, dan kinerja. Penulis berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Nugroho (2014) bahwa keberhasilan kebijakan menyumbang 20% perencanaan, 60% implementasi, dan 20% implementasi atau pengendalian implementasi. 

Selain itu, mengenai energi baru dan terbarukan, penulis mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 Pasal 1 Ayat 5 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang menyatakan bahwa bentuk energi berasal dari energi terbarukan dan tidak terbarukan. Diproduksi dengan teknologi yang baru dikembangkan. Contohnya termasuk tenaga nuklir, batubara cair, batubara gas dan hidrogen.

Subyek/Informan : Dinas ESDM Provinsi Sumatera Barat bagian Kabag Energi dan Ketenaga listrikan, Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Perwakilan Masyarakat Umum

3. MODEL KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI PROVINSI BANTEN

Penulis : Deni Fauzi Ramdani, Arifina Febriasari

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mewakili Manfaat Energi Pemerintah Banten dalam program dan pedomannya, menerapkan EBT di berbagai wilayah Banten, antara lain: 

B. Memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pusat 25 kWp di pulau Tunda di Kabupaten Seran, memasang PLTS terpusat 15 kWp di pulau Panjan di Kabupaten Seran, dan memasang reaktor biogas skala rumahan di Kabupaten Pandegran Terpasang. Namun, pembangkit biogas pemerintah daerah dan rumah tangga di wilayah Seran, Lebak dan Pandegran belum optimal menerapkan kebijakan EBT non-fosil. 

Beberapa masalah, seperti tingginya biaya ekonomi energi non-fosil dari tenaga surya dan angin, masalah budaya di masyarakat yang tidak terbiasa dengan teknologi EBT, dan kurangnya akses ke energi fosil, dan kurangnya rasa memiliki atau kepemilikan dan tanggung jawab atas penerapan EBT, atau tanggung jawab masyarakat, dan kurangnya ketersediaan lahan untuk pengembangan industri EBT.

Teori : Teori yang digunakan penulis terkait dengan model sistem kebijakan EBT mengacu pada teori yang disampaikan Sururi (2016) dan mengadopsi model sistem dari Jenkins Bill (1993).

Subyektif/Informan : Pemerintah Provinsi Banten, Dewan Riset Daerah Provinsi Banten, Serikat Energi Pertambangan Daerah Banten, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten

4. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI DI INDONESIA

Penulis : Park Young So

Manajemen energi di Indonesia lebih memprioritaskan terpaut gimana sediakan tenaga ataupun memperluas akses terhadap energi kepada warga. Tanpa di sadari sudah terlupakan pilar manajemen energi nasional yang berarti ialah konservasi energi yang belum memperoleh atensi sungguh- sungguh di Indonesia. 

Terdapatnya keadaan terus menjadi menipisnya cadangan tenaga fosil yang berbanding balik dengan permintaan kebutuhan energi yang bertambah hingga diperlukannya pergantian paradigma konservasi energi dari supply side management ke arah demand side management yang fokus pada konservasi tenaga zona pengguna. Oleh sebab itu pemerintah menghasilkan kebijakan mandatori manajemen energi terpaut konservasi energi di Indonesia.

Teori : Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1991 tentang Konservasi Energi dan Keputusan presiden No.37 Tahun 2012 tentang rincian anggaran belanja pemerintah pusat tahun anggaran 2013.

Subyek/Informan penelitian adalah Direktorat Konservasi Energi, Ditjen EBTKE Kementerian ESDM

5. ANALISIS KETAHANAN ENERGI PERKOTAAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN METODE 4A

Penulis : Yudha Rahman, Citra Persada, Asirin

Dengan tingkatan ketergantungan Indonesia yang besar terhadap energi fosil yang menggapai 96%, hingga dapat diprediksi tidak hendak lama lagi Indonesia apalagi Provinsi Lampung hendak hadapi krisis energi. 

Bagi Nugroho( 2014) Ketahanan energi (energy security) ditafsirkan dengan metoda yang mempunyai penanda 4A: gimana ketersediaan fisiknya( availability), gimana kemudahan mendapatkannya( accessibility), gimana keterjangkuan biayanya( affordability), dan gimana kualitasnya yang bisa diterima( acceptability). 

Dari sebagian keadaan tersebut dibutuhkan kajian yang dapat menggambarkan keadaan mengkonsumsi serta ketahanan energi buat Provinsi Lampung serta berbagi berbagai alternatif pemecahan penyelesaiannya.

Teori : Teori yang diigunakan oleh penulis adalah terkait Ketahanan Energi yang berpedoman pada Dewan Energi Nasional (2016) serta indikator ketahanan energi 4A menurut Nugroho (2014) yaitu Availability, Accessibility, Affordability, dan Acceptability.

Subyek/Informan : Kota Bandar lampung, Kota Metro, Kota Lampung Selatan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Lampung

6. ANALISIS EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ARUS LAUT DI SELAT MADURA, PROVINSI JAWA TIMUR

Penulis : Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya

Tingginya jumlah konsumen energi tak terbarui( tenaga fosil) mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan energi laut sebagai pembangkit tenaga listrik yang direncanakan pada tahun 2014, pembangkit tenaga listrik ini direncanakan berkapasitas 3 MW dari arus laut( Ditjen EBTKE-- Departemen ESDM, 2014). Program tersebut dicoba buat mencaoai tujuan diversifikasi serta konservasi tenaga, dan memadai kebutuhan tenaga di Indonesia.

Teori : Dewan Perwakilan Daerah (2010), Konsep Blue Economy, Field (2002)

Subyek/Informan penelitian ini adalah Desa Sukolilo Barat dan Perairan Suramadu, Madura dan Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur

7. PERKEMBANGAN KONSUMSI DAN PENYEDIAAN ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Penulis : Elinur, D.S. Priyarsono, Manggara Tambunan, Muhammad Firdaus

Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang boros akan penggunaan energi. Hal tersebut mengakibatkan pasokan energi menipis khususnya energi fosil atau energi tak terbarukan seperti minyak. 

Dilihat dari segi penggunaan atau konsumsi energi dari segala sektor ternyata konsumsi energi meningkat yang mana tidak sebanding dengan peningkatan dengan jumlah pasokan energi karena peningkatan pasokan energi yang cukup sedikit. 

Oleh karena itu, maka diperlukan kebijakan konservasi energi untuk pengehematan energi, selain itu juga diperlukannya transisi dari energi tak terbarukan menuju energi baru terbarukan.

Teori :Perpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), Perpres No 1/2006 tentang Bahan Bakar Nabati (BBN).

Subyek/Informan : Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral dan Badan Pusat Statistik (BPS)

8. KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN INVESTASI ENERGI ALTERNATIF DI INDONESIA

Penulis : Hermawan Thaheer, Sawarni Hasibuan, Amar Ma'ruf

Tingkat penggunaan atau konsumsi energi di Indonesia meningkat dengan pesat seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian, dan perkembangan teknologi.dengan adanya kondisi tersebut perlunya kajian pengembangan secara intensif dan masif, mencakup potensi serta prioritas dalam implementasi pengembangan berbagai EBT di Indonesia.

Teori :

  • Ibrahim, H.D. 2009. Pengembangan Energi Terbarukan : Regulasi pricing, pembiayaan biaya tambahan, dan penyediaan dana domestik.
  • Departemen ESDM. 2003. Kebijakan pengembangan energy terbarukan dan konservasi energi.

Subyek/informan : Dinas Pertambangan dan Energi, PT. Pertamina (Persero), Biro Pusat Statistik, Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM)

9. STRATEGI PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN DALAM RANGKA KEMANDIRIAN ENERGI DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Penulis : Eduardo Heyko, Zamruddin Hasid, Priyagus

Dalam jurnal ditemukan tujuan peneliti untuk mendeteksi bauran energi daerah provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2025 setelah diterapkannya energi terbarukan. Selain itu juga, peneliti ingin mengetahui energi mana yang paling layak untuk dikembangkan dengan strategi pengembangan yang tepat.

Teori :

  • International Energy Agency (2005) : Pengelompokan energi
  • World Council for Renewable Energy (WCRE) : Energi baru dan terbarukan
  • IPB (2008) : Energi Berbahan Nabati
  • International Energy Agency (lEA) dan Yergin (2006) : Kemananan Energi
  • Teori Environmental Kuznets Curve (EKC)

Subyek/Informan : Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Provinsi Kalimantan Timur, dan Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Timur

10. MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN FINANCIAL ASSESSMENT PADA PT XYZ

Penulis : Ajen Mukarom, Abdul Kohar I, Armansyah H Tambunan

Kebijaksanaan pengguna dalam mengonsumsi energi sangat penting agar energi dapat digunakan secara produktif dan efisien. listrik dapat digunakan secara efisien apabila perencanaan biaya telah dilakukan dengan baik terhadap penggunaan energi listrik ini dapat diminimalisasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah melalui manajemen konservasi energi.

Teori :

  • Maryam (2012)
  • Badan Standarisasi Nasional [BSN] (2011) : Konservasi Energi Sistem Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung

Subyek/Informan yaitu PT XY dan BSN

Terima kasih telah membaca, Mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun