5. ANALISIS KETAHANAN ENERGI PERKOTAAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN METODE 4A
Penulis : Yudha Rahman, Citra Persada, Asirin
Dengan tingkatan ketergantungan Indonesia yang besar terhadap energi fosil yang menggapai 96%, hingga dapat diprediksi tidak hendak lama lagi Indonesia apalagi Provinsi Lampung hendak hadapi krisis energi.Â
Bagi Nugroho( 2014) Ketahanan energi (energy security) ditafsirkan dengan metoda yang mempunyai penanda 4A: gimana ketersediaan fisiknya( availability), gimana kemudahan mendapatkannya( accessibility), gimana keterjangkuan biayanya( affordability), dan gimana kualitasnya yang bisa diterima( acceptability).Â
Dari sebagian keadaan tersebut dibutuhkan kajian yang dapat menggambarkan keadaan mengkonsumsi serta ketahanan energi buat Provinsi Lampung serta berbagi berbagai alternatif pemecahan penyelesaiannya.
Teori : Teori yang diigunakan oleh penulis adalah terkait Ketahanan Energi yang berpedoman pada Dewan Energi Nasional (2016) serta indikator ketahanan energi 4A menurut Nugroho (2014) yaitu Availability, Accessibility, Affordability, dan Acceptability.
Subyek/Informan : Kota Bandar lampung, Kota Metro, Kota Lampung Selatan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Lampung
6. ANALISIS EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI ARUS LAUT DI SELAT MADURA, PROVINSI JAWA TIMUR
Penulis : Adil Mahfudz Firdaus, Tridoyo Kusumastanto, I Wayan Nurjaya
Tingginya jumlah konsumen energi tak terbarui( tenaga fosil) mendesak pemerintah untuk mengoptimalkan energi laut sebagai pembangkit tenaga listrik yang direncanakan pada tahun 2014, pembangkit tenaga listrik ini direncanakan berkapasitas 3 MW dari arus laut( Ditjen EBTKE-- Departemen ESDM, 2014). Program tersebut dicoba buat mencaoai tujuan diversifikasi serta konservasi tenaga, dan memadai kebutuhan tenaga di Indonesia.
Teori : Dewan Perwakilan Daerah (2010), Konsep Blue Economy, Field (2002)