Dalam terjemahan baru lembaga Alkitab Indonesia, kata teladan banyak ditemukan. Terutama dalam Alkitab Perjanjian Baru (Yunani) terdapat berbagai varian terjemahan kata “teladan” kedalam berbagai terjemahan Alkitab. Menganalisa kata aslinya, maka dapat disimpulkan bahwa teladan menunjuk kepada contoh, model, tiruan, yang dapat dilihat, ditunjukkan, atau diikuti secara nyata karena hal itu meninggalkan jejak atau bekas yang menjadi tanda buktinya bagi orang lain. Banyaknya kata “teladan” yang terdapat dalam Alkitab menunjukkan bahwa pokok tersebut sangat urgen dalam kehidupan beriman. Lawrence Richards bahkan tidak ragu untuk menyebut modelling sebagai “the method of Christian Education.”[5] Ditinjau dari prespektif Alkitab terdapat dua terminologi kata yang begitu kuat tentang keteladanan Kristen yang tidak terpisahkan antara keduanya, yakni “guru” dan “murid”. Ungkapan ini di utarakan oleh Yesus sendiri dalam kitab Yohanes 13:13-15 “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Ungkapan ini begitu jelas interaksi antara seorang guru dan murid, serta bagaimana Yesus menjadi teladanan bagi murid-muridnya.
Pendidik Kristen ialah mereka yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Makna Amanat Agung Matius 28:19-20, mendidik itu tertuju kepada semua yang telah dimuridkan, bukan kepada sekelompok murid saja. Yesus memanggil setiap murid-murid-Nya untuk mengemban tugas dalam melanjutkan misi-Nya. Suatu konsep yang seiring dengan hal ini “Lifelong Education” menjadi suatu prinsip dalam mendidik yang mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang diemban selama hidup sampai ia meninggal dunia (from womb to tamb). Dalam roh yang sama dengan konsep pendidikan seumur hidup itu, maka dalam komunitas orang-orang tertebus ini semua komponen bertindak sebagai pendidik bagi yang lain, dengan membagikan bagi sesamanya apa yang diketahui dan dikenalnya tentang Allah melalui perihidupnya. Hal itu berarti bahwa semua orang adalah pendidik bagi kehidupan ini, pendidik yang membimbing sesamanya sampai pada pengenalan yang benar akan Allah (bnd. Ams 27:17). Hal senada diungkapkan Andar Ismail ketika membicarakan munculnya jabatan pendidik dalam gereja. Andar Ismail menjelaskan dalam tulisannya, bahwa hal itu bukan berarti jemaat hanya menjadi penerima melainkan jemaat juga mengajar dan saling mengajar.”[6]
Orang beriman dipercayakan sebagai pendidik bagi semua dan oleh semua, namu bukan berarti mengasingkan tokoh-tokoh terdahulu dalam komunitas murid itu untuk berperan sebagai pendidik. Yesus Kristus adalah Guru Agung, yang memberikan Anugerah kepada orang-orang tertentu, serta memperlengkapi dan mengurapi mereka untuk tanggungjawab khusus sebagai pendidik. Paulus, salah seorang dari yang dikhususkan sebagai pendidik itu, menyatakan dalam Kitab Efesus 4:11-13 “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”
Keteladanan seorang Guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu integritas yang sejati dan mulia yang ditunjukkan sebagai suatu model kepada anak-anak (nara didik) yang dilakukan secara sadar dan terencana maupun sebaliknya; baik secara in-formal, non-formal, maupun formal; melalui peneladanan kualitas kehidupan Kristiani, sehingga dengan mengamati kehidupan pendidik, peserta didik yaitu jemaat bahkan masyarakat umum di mana gereja hadir beroleh pelajaran yang memengaruhi pemahaman dan perilaku hidupnya. Wibawa dan efektivitas pengajarannya sangat ditentukan oleh kualitas hidup yang dimilikinya. Kekuatan dalam mendidik terletak pada diri dan tindakan pendidik, melalui hidup pendidik. Bukan harapan atau teori, tetapi kemauan dan kehidupan nyata yang mendidik mereka. Kristus, bahwa memilikinya; dan dengan demikian memengaruhi orang muda untuk juga mencintai dan memilikinya. Allah menekankan Integritas diri seorang pendidik (hamba Tuhan) yang berpadanan kepada keteladanan hidup Yesus dalam melaksanakan misi-Nya yang Agung. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melihat seorang Rasul yang dipilih Allah ialah Rasul Paulus yang menjadi pengaruh keteladanannya kepada guru PAK sebagai modeling dalam mengembangkan aspek pikiran, potensi diri, dan visioner, supaya dapat diimplementasikan oleh setiap orang yang memerankan profesinya sebagai pendidik Kristen yang membawa setiap anak (nara didik) kepada Dia sang pemilik hidup ialah Yesus Kristus. Hal ini dilakukan oleh seorang pendidik baik secara sadar dan terencana maupun sebaliknya; baik secara formal, non-formal, maupun in-formal sehingga menjadi gaya hidup serta memiliki kharisma yang terpancar berupa nilai-nilai yang positif dalam diri dan Allah dipermuliakan dalam dirinya.