"Jangan! Lapor polisi ribet ntar malah kita yang disalahin," ujar suara yang lain.
"Lapor Komnas HAM!" seru suara dari belakang.
Pak Lurah mencermati keadaan dengan memandangi wajah para warganya.
"Mungkin kita harus bikin lockdown lagi kayak waktu Corona, Pak, biar orang luar Trinil tidak bisa masuk," timpal Pak RW, "Cuma sementara sampai tidak ada lagi orang luar yang bikin konten di Kampung Trinil."
Musyawarah ternyata tidak menghasilkan mufakat karena warga punya kepentingan berbeda-beda dalam memandang viralnya Kampung Trinil.Â
Akhirnya warga RW 02 sepakat mengunci wilayah mereka dengan palang kayu yang dijaga bergiliran antarwarga. Ibu-ibu dapat giliran menjaga pagi hari saat pekerjaan rumah tangga mereka selesai. Anak muda dan para bapak dapat giliran jaga sore sampai malam. Dan setelah pukul 23.00 warga memarkirkan kendaraannya sebagai palang di seputar pintu RW sembari mengupah ormas untuk menjaga kendaraan mereka.
Apa yang dilakukan RW 02 ditertawakan warga RW lain, tapi nyatanya mereka berhasil memperoleh kembali kedamaian hidup di Kampung Trinil tanpa campur tangan asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H