Warga yang sedang rebahan di kamar, yang khusyuk di depan TV, yang makan siang, dan yang sedang main Mobile Legend di pos ronda sontak menghentikan kegiatannya begitu menyadari ada suara yang makin ramai dari rumah Ceu Odah.
Sudah ada tujuh tetangga terdekat Ceu Odah berdiri di teras sambil melongok-longok ke dalam rumah. Warga yang baru datang ikut menyeruak berimpitan dengan tujuh orang tadi untuk menuntaskan rasa ingin tahu apa yang sedang terjadi di rumah perempuan berkulit putih dan berparas cantik itu.
Suara Bu Tinah istri Pak Bendahara RW makin menggelegar menyumpahserapahi nama suaminya dan Ceu Odah. Di dalam rumah nampak ada ketua RT 05 yang wajahnya bingung, tapi setengah mati dipaksakan agar kelihatan berwibawa.
"Bu Tinah, mari duduk dulu," katanya sambil menyilakan Bu Tinah duduk di sofa coklat. "Kita bicarakan baik-baik supaya tidak terjadi kegemparan. Malu dilihat banyak orang."
"Jangan ikut campur!! Harusnya Bapak tahu kalau di lingkungan Bapak ada perselingkuhan! Ini, kok, Bapak diam saja. Saya gerebek baru Bapak turun tangan. Ketua RT macam apa Anda ini!" Bu Tinah mendamprat Pak RT 05 yang kaget diamuk kata-kata seperti itu.
Sebetulnya sedari tiba tadi Pak RT 05 berusaha memahami apa benar Ceu Odah sedang berselingkuh dengan Bendahara RW. Waktu dirinya datang bersama Bu Tinah ditemani Pak RW dan Mas Babinsa, pagar dan pintu rumah Ceu Odah terbuka. Ceu Odah dan Bendahara RW sedang mengobrol di ruang tamu ditemani dua cangkir kopi dan kue pancong berbalut parutan kelapa dan gula pasir.Â
Ceu Odah diam di pojok ruang tamu dan Pak Bendahara RW sibuk menenangkan istrinya yang malah makin kalap tiap kali diyakinkan kalau Ceu Odah dan Pak Bendahara cuma tukar pikiran soal tugas di KPPS untuk Pilkada akhir tahun nanti.
Pak RT 05 ingin membuka mulut lagi, berusaha menengahi dengan kapasitasnya sebagai kepala rukun tetangga, sayangnya suara Mas Babinsa keburu bersahut, "Mari kita ke kantor Pak Lurah saja, Bu. Ibu bisa marah-marah di sana sepuas hati ke Pak Bendahara dan Ceu Odah. Kalau ribut di sini nanti khawatir muncul provokator.
Salah-salah, selain Ceu Odah, Bu Tinah dan suami malah bisa ikut diusir warga. Ibu dan Bapak, kan, tokoh masyarakat yang diteladani warga. Siapa lagi yang jadi panutan kalau bukan Bu Tinah dan Bapak. Mari, di kantor Pak Lurah Ibu boleh lanjutkan sepuas hati."
Suara Mas Babinsa yang lembut, tapi tegas, ditambah ketampanan dan kegagahannya saat memakai seragam loreng takayal membuat orang jadi terkesima, termasuk Bu Tinah.
Sesampainya di kelurahan, ternyata Pak Lurah sedang tidak di tempat. Warga diterima oleh Pak Sekel yang kaget saat diberitahu soal dugaan perselingkuhan Bendahara RW. Pak Sekel mengenal Bendahara RW sebagai ketua KPPS yang cekatan, sigap, dan mengutamakan kenetralan dalam bertugas di Pemilu yang lampau. Kurang masuk diakal kalau Pak Bendahara RW berbuat asusila seperti itu.