Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Berebut Kuota PPDB Jalur Prestasi diantara Penghapal Al-Quran dan Orang Dalam

20 Desember 2023   15:10 Diperbarui: 7 Januari 2024   07:45 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pendaftaran peserta didik  baru | Foto: Kompascom (RONY ARIYANTO NUGROHO )

Maka tidak heran kalau orang tua dan murid berlomba memacu prestasi supaya kelak diterima di sekolah negeri unggulan dari jalur prestasi. Di jenjang SMP, jarak terjauh dari rumah ke sekolah maksimal 1,4 kilometer, kecuali di daerah yang penduduknya jarang dan persebaran sekolahnya tidak merata.

Pada jenjang SMA masih mending. Jarak terjauh di PPDB Zonasi ada di lingkup kecamatan, kecuali di kota besar yang jumlah sekolahnya lebih banyak atau di daerah yang persebaran sekolahnya sedikit.

Soal sekolah unggulan ini pemerintah sendiri yang menetapkan-sebelum tahun 2015, bahkan ada sekolah model (rujukan) yang semua programnya jadi contoh bagi lima sekolah lain di sekitarnya.

Prestasi Berjenjang dan Orang Dalam

Melihat alasan di atas maka kita bisa maklum kalau tiap tahun selalu muncul seabrek protes dan ungkapan kekecewaan soal PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru). 

Pada jalur prestasi, prestasi yang diakui dalam PPDB haruslah yang berjenjang dan diselenggarakan oleh "negara" seperti dinas pendidikan setempat, Balai Bahasa Provinsi, KKG (Kelompok Kerja guru), dan kepramukaan.

Juara 1 nasional langsung diterima bila mendaftar lewat jalur prestasi sebab skor mereka paling tinggi. Skor ini cuma bisa ditandingi oleh para penghapal Al-Qur'an. Namun, kalau si murid juara nasional lewat lomba beregu seperti Pramuka atau cabang rebana di MAPSI (Mata Pelajaran Agama islam dan Seni Islami), maka skornya lebih kecil dari peserta perorangan. Posisi pemegang piagam dari cabang beregu ini tidak aman kalau pada sekolah yang dituju banyak penghapal Al-Qur'an lulusan madrasah yang mendaftar di jalur prestasi.

Sementara itu, untuk menambah skor, murid yang nilai rata-rata rapornya tinggi boleh menyertakan piagam di lomba 'negara" yang diikutinya-kalau dia minimal menang di tingkat kabupaten/kota. Piagam yang disertakan pun tidak boleh semuanya. Murid hanya boleh memilih satu saja piagam yang didapat dari jenjang tertinggi.

Jadi walau si murid menang lomba cerdas-cermat tingkat nasional, tapi kalau yang mengadakan pihak swasta, kemenangan itu tidak bisa jadi modal masuk jalur prestasi.

Sayangnya, kompetisi yang diadakan "negara" masih kental dilumuri campur tangan orang-dalam. Orang-dalam itu bisa berasal dari panitia, juri, bahkan pelatih yang punya kepentingan hingga akhirnya sulit berlaku jujur dan adil. Peserta yang tampil amat bagus dan layak menang harus tersingkir karena anak dewan juri ternyata jadi peserta di lomba tersebut.

Keberpihakan pelatih juga bisa jadi batu sandungan. Kelompok hadroh anak kami pernah dicurangi pelatihnya sendiri dengan durasi latihan yang sedikit dan sengaja menukar dua keyboard yang berbeda merek dan setelan.

Related: Ketika Pelatih Memenangkan Satu Asuhannya dengan Melemahkan yang Lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun