Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Elevasi Buddhisme dan Jawa dalam Petualangan Psikologi Horor "Berdansa dengan Kematian" Karya Acek Rudy

13 Mei 2023   18:26 Diperbarui: 15 Mei 2023   10:46 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Novel "Berdansa dengan Kematian", Acek Rudi. (Foto: Dokumentasi Pribadi/edited)

Penulisan Kebo Kumembang, contohnya, ada yang ditulis miring, ada yang tidak. Pun penerapan huruf kapital, kata sapaan, kata ulang menyeluruh (dwilingga), tanda koma, dan tanda titik dalam percakapan berbeda-beda di tiap bab. Ada yang sesuai EYD, ada yang tidak. 

Pun penggunaan kata ganti aku dan saya. Lintang Ayu disebut doktor psikologi berusia 30 tahun. Begitu juga dengan Maandy, Tomi, Olfa, dan Mbah Ukik yang sudah dewasa. 

Namun mereka jadi terasa seumuran dengan Arun yang baru berusia 17 tahun karena lebih banyak kata ganti aku daripada saya. Kata ganti saya dalam percakapan dapat membantu pembaca membedakan usia para tokoh.

Adanya inkonsistensi penggunaan EYD ini tidak mengganggu kenikmatan dan keseruan membaca. Hanya saja karena terlalu banyak jadinya membuat kita mempertanyakan ketelitian penyuntingan naskah. 

Mungkin juga Elex Media Komputindo termasuk penerbit yang santai dan tidak mempersoalkan hal sepele seperti itu, yang penting ceritanya bagus dan menarik orang untuk beli.

Betul! Berdansa dengan Kematian layak dibaca bahkan oleh orang yang tidak suka horor seperti saya karena adegan kekerasan, kematian, dan hubungan dengan para makhluk gaib semuanya wajar dan tidak lebay.

Lebih jauh lagi, lewat novelnya Acek Rudy mengingatkan kita semua bahwa menyimpan apalagi membalas dendam tidak akan pernah berakhir baik.

"Berdamailah dengan masa lalu, jangan pikirkan masa depan. Fokuslah pada masa sekarang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun