Penulisan Kebo Kumembang, contohnya, ada yang ditulis miring, ada yang tidak. Pun penerapan huruf kapital, kata sapaan, kata ulang menyeluruh (dwilingga), tanda koma, dan tanda titik dalam percakapan berbeda-beda di tiap bab. Ada yang sesuai EYD, ada yang tidak.Â
Pun penggunaan kata ganti aku dan saya. Lintang Ayu disebut doktor psikologi berusia 30 tahun. Begitu juga dengan Maandy, Tomi, Olfa, dan Mbah Ukik yang sudah dewasa.Â
Namun mereka jadi terasa seumuran dengan Arun yang baru berusia 17 tahun karena lebih banyak kata ganti aku daripada saya. Kata ganti saya dalam percakapan dapat membantu pembaca membedakan usia para tokoh.
Adanya inkonsistensi penggunaan EYD ini tidak mengganggu kenikmatan dan keseruan membaca. Hanya saja karena terlalu banyak jadinya membuat kita mempertanyakan ketelitian penyuntingan naskah.Â
Mungkin juga Elex Media Komputindo termasuk penerbit yang santai dan tidak mempersoalkan hal sepele seperti itu, yang penting ceritanya bagus dan menarik orang untuk beli.
Betul! Berdansa dengan Kematian layak dibaca bahkan oleh orang yang tidak suka horor seperti saya karena adegan kekerasan, kematian, dan hubungan dengan para makhluk gaib semuanya wajar dan tidak lebay.
Lebih jauh lagi, lewat novelnya Acek Rudy mengingatkan kita semua bahwa menyimpan apalagi membalas dendam tidak akan pernah berakhir baik.
"Berdamailah dengan masa lalu, jangan pikirkan masa depan. Fokuslah pada masa sekarang."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H