Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Elevasi Buddhisme dan Jawa dalam Petualangan Psikologi Horor "Berdansa dengan Kematian" Karya Acek Rudy

13 Mei 2023   18:26 Diperbarui: 15 Mei 2023   10:46 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Novel "Berdansa dengan Kematian", Acek Rudi. (Foto: Dokumentasi Pribadi/edited)

Novel ini ringan, tapi rumit. Rumit, tapi ringan. Bisa dinikmati sebagai mood booster sambil menunggu cucian kering dan menikmati teh panas.

Pengikut Buddha yang Taat

Novel Berdansa dengan Kematian paling cocok dibaca oleh orang berpikiran terbuka dan menerima bahwa dunia ini berisi segala macam yang nyata dan takkasat mata. 

Salah satu yang membuat pembacanya harus berpikiran terbuka adalah soal karma dan reinkarnasi. Penganut agama Islam tidak mengenal karma dan reinkarnasi, sedangkan hal itu dipercayai oleh penganut Buddhisme seperti Acek Rudy.

Jangan heran kalau pada tokoh Arun kita seperti dibolak-balik dengan pertanyaan, "Sebenarnya Arun ini manusia atau demit? Kenapa dia ada di masa kolonial sampai milenial?" 

Acek juga banyak memaparkan ajaran Buddha tentang kebajikan dan kebijaksanaan yang akan kita tuai karmanya di kehidupan berikutnya. Sebagai muslim saya melihat semua ajaran Buddha yang ada dalam Berdansa dengan Kematian sama seperti Islam, hanya bentuk dan praktiknya saja yang beda.

Kelekatan Acek Rudy dengan Kompasiana

Hampir semua yang bertestimoni di novel ini adalah Kompasianer para sahabat literasi Acek Rudy yang tergabung di komunitas KPB, Inspirasiana, dan Mettasik. Untuk menunjukkan kelekatan itu Acek Rudy bahkan menyebut nama Kompasiana sebagai platform blog terbesar di Indonesia, langsung di dalam novelnya.

Maka tak heran kalau saat asyik membaca kita akan menemukan nama Tjiptadinata, Mbah Ukik, Felix (Tani) Sitorus, Sumana, dan Widz. 

Banyak dari Kompasianer tidak hanya bertegur sapa di Kompasiana dalam kolom komentar, mereka juga saling berinteraksi di grup WhatsApp atau sekadar say hello di WA pribadi. Jadi saya bisa merasakan kalau kelekatan Acek Rudy dengan Kompasianer sudah seperti sahabat. Sahabat literasi, mengutip testimoni dari Widz Stoops.

Namun begitu, bila kita menempatkan diri sebagai pembaca non-Kompasianer, ada beberapa hal yang agak bikin kening berkerut saat menikmati Berdansa dengan Kematian.

Unsur Plausibilitas

Tokoh Arun diceritakan punya blog pribadi dan sering dapat komentar di kolom artikelnya dari para pembaca setianya.

Blog pribadi adalah blog dengan nama domain sendiri yang dikelola perorangan, misal tafenpah.com atau gurupenyemangat.com atau blogger yang bernama domain di Blogspot dan WordPress. Arun juga punya web domain sendiri. Itu berarti Arun seorang blogger.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun