introvert, jadi dia stres sama orang banyak.
"Mbak Yana orangnyaIntrovert betulan selalu bisa mengatasi tuntutan masyarakat seberat apa pun tuntutan itu, misal dipilih jadi ketua RT, ketua PKK, bahkan bila dia dipilih jadi direktur di sebuah perusahaan besar.
Jadi, orang berkepribadian introvert tidak mengisolasi diri dan tidak menghindari keramaian, mereka cuma menghindari terlibat dalam percakapan intens di tengah orang banyak dan suasana ramai karena yang begitu membuat mereka lelah.Â
Kalau terpaksa harus terlibat dalam keramaian bersama orang banyak dan situasi bising, maka mereka harus menyendiri setelahnya.Â
Tidak harus menyendiri langsung pulang ke rumah masuk kamar apalagi bertapa di goa, cukup menyendiri di kubikel kantor, perpustakaan, atau ngopi sendirian di kafe.
Kesendirian itu bukan karena mereka minder, tapi untuk memulihkan ketenangan, kejernihan pikiran, dan mengembalikan energi menjadi dirinya sendiri. Begitu yang dikatakan lembaga human resource 16Personalities milik Neris Analytics Inggris.
Makanya saya ketawa dan balik nanya ke orang-orang yang bilang saya introvert, "Emangnya introvert itu apa, sih?"
"Nggak tahu, si A si B bilangnya Mbak Yana introvert," kata mereka. Jadi cuma katanya katanya. Saya pun wakwekwok mau ketawa takut dosa.
Mengutip kata Kompasianer lawas Syarifah Lestari yang sudah mengidentifikasi dirinya sebagai introvert, banyak orang salah kaprah mengira introvert itu seperti kelomang. Menarik diri ketika ada orang dan keluar saat sudah tidak ada orang. Padahal enggak gitu, ya.
Social Anxiety Disorder
Orang yang stres dengan keramaian dan takut berada di tengah orang banyak amat mungkin mengidap social anxiety disorder atau lebih dulu dikenal dengan istilah fobia sosial, karena itulah ciri utamanya.Â
Mayo Clinic mengatakan sangat normal kalau kita grogi saat akan berada di tengah situasi sosial semisal akan memberikan presentasi, berpidato, bahkan saat akan ketemuan sama gebetan.Â
Walau grogi berat dan deg-degan, kita tetap melakukannya karena bagian dari interaksi kita sebagai makhluk sosial. Namun tidak demikian dengan penderita social anxiety disorder.Â
Seorang yang menderita fobia sosial sangat menghindari bertemu dengan orang banyak karena akan membuatnya stres.Â
Rasa stres itu didorong oleh rasa malu dan pikiran kalau orang lain akan menilai jelek dirinya kemudian menghakiminya dengan hal yang serba negatif.
Banyak orang yang mengalami fobia sosial mengakui kalau ketakutan mereka berada di keramaian mungkin berlebihan dan tidak akal, tapi itu yang mereka rasakan dan tidak tahu mengatasinya sendiri.
Psychology Today melansir bahwa ketakutan itu demikian parahnya sehingga mengganggu pekerjaan, sekolah, dan aktivitas lainnya. Mereka sering kuatir berhari-hari sebelum menghadapi situasi di tengah orang banyak yang kemudian memicu depresi karena rasa rendah diri berlebihan.Â
Makanya saya cuma ketawa dalam hati waktu dibilang, "Mbak Yana gak mau ikut ngebakso soalnya introvert, ya, stres sama orang banyak," Emangnya saya fobia sosial sampe stres sama orang banyak, wqwq.Â
Secara umum, orang dengan fobia sosial punya gejala fisik yang terjadi terus-menerus tiap ada di keramaian. Gejala itu meliputi:
- Wajah memerahÂ
- Berkeringat
- Gemetar
- Detak jantung berdegup cepat
- Pikiran tiba-tiba nge-blank
- Sakit perut
- Tidak bisa berkontak mata dengan orang lain
- Bicara sangat pelan
Beda Pemalu dengan Fobia Sosial
Sekilas gejala fisik penderita kecemasan sosial mirip dengan orang yang  pemalu, tapi keduanya sama sekali berbeda.
Calm Clinic memberitahu kalau fobia sosial adalah versi dari malu yang ekstrem. Rasa malu yang berlangsung terus-menerus tanpa alasan bisa bikin kita mengalami fobia sosial.
Kadang si pemalu tidak benar-benar malu, mereka hanya menjaga diri dan tidak ingin terlihat mencolok sebelum betul-betul mengenal situasi dan orang-orang yang baru dikenal.
Dengan begitu orang pemalu dengan orang yang kena fobia sosial mudah dibedakan dari hal berikut.
1. Orang pemalu merasa malu (atau jadi pendiam) hanya di situasi tertentu. Situasi itu bisa berupa pertemuan dengan orang, lingkungan, komunitas, atau kelompok baru.
Si pemalu cenderung jadi pendiam, tapi setelah terjadi interaksi si pemalu tidak lagi jadi diam dan bisa berbaur dengan wajar.
Sementara itu penderita fobia sosial selalu malu tiap bertemu orang selain keluarganya. Rasa malu itu sangat besar sampai dia jadi cemas dan takut yang bisa membuat dia kena serangan panik.
2. Si pemalu punya bestie. Dia nyaman bergaul dengan teman-teman yang sefrekuensi dengannya. Sedangkan penderita fobia sosial jangankan punya teman, melihat orang selain keluarganya saja mereka sudah cemas dan takut.
Jadi kalau kita cuma diam karena tidak ingin berbaur di keramaian atau di situasi tertentu, bukan berarti kita kena fobia sosial. Bisa jadi bukan berarti kita juga pemalu, melainkan cuma pendiam.
Beda Introvert dengan Fobia Sosial
Dibedakan dengan pemalu, sudah. Sekarang saatnya melihat kalau orang introvert itu bukan stres dengan orang banyak. Sebab Healtline mengungkap kalau orang introvert tidak punya kesulitan berinteraksi dan bergaul dengan orang lain.
Ini keunggulan utama introvert yang sangat jauh berbeda dengan social anxiety disorder:
1. Introvert punya kemampuan tinggi mendengarkan orang lain bicara. Kalau fobia sosial jangankan dengerin, lihat muka orang saja sudah cemas.
2. Tidak suka kontroversi. Bagi introvert kontroversi hanya buang-buang energi, membuat lelah, dan tidak menghasilkan apa-apa. Maka sangat jarang si introvert berkomentar apalagi terlibat hal yang kontroversial.
3. Berpikir masak-masak sebelum mengambil keputusan. Bila dihadapkan pada situasi sulit, introvert tidak akan ember ke mana-mana atau curhat sana-sini. Dia akan menyendiri untuk berpikir dan mencari solusi yang terbaik.Â
4. Lebih suka mengungkapkan perasaan lewat tulisan atau seni. Para Kompasianer penulis fiksi kemungkinan adalah introvert.
Ada Fiksianer yang menulis puisi sambil menanti di ruang tunggu. Ada juga yang menulis di sela-sela jam istirahat kantor. Pun ada yang membuat cerpen saat menunggu kereta datang.
Kok tahu? Mereka sendiri yang cerita lewat tulisan-tulisan di Kompasiana.
Jati Diri
Introvert tidak punya kesulitan bertemu dengan orang baru dan berada di keramaian, lain halnya dengan fobia sosial. Penderita gangguan kecemasan sosial bisa langsung kumat fobianya bila bertemu dengan orang bar. Kecemasan dan ketakutan mereka bahkan bisa muncul hanya dengan mengangkat panggilan telepon.
Introvert belum tentu bisa diubah karena bagian dari jati diri seseorang, sedangkan fobia sosial dapat diubah dalam artian disembuhkan. Social anxiety adalah jenis gangguan kecemasan yang paling mudah disembuhkan asalkan penderitanya diterapi secara tepat oleh ahlinya.
Psikiater biasanya membantu penderita fobia sosial dengan mekanisme koping dan pemberian obat yang menekan kecemasan dan depresi supaya mereka bisa percaya diri dan punya kemampuan untuk berinteraksi lagi dengan orang lain.
Mekanisme koping adalah usaha individu untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Bila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut.
***
Sebelum mengatakan si ini introvert dan si itu ekstrovert, baiknya kita cari tahu dulu apa sih introvert-ekstrovert itu. Pemakaian kuota data untuk mencari hal seperti itu di Google tidak lebih mahal dari nonton TikTok, kok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H