"Buat apa dandan cuma buat workshop?"
"Buat menunjukkan kepribadianku yang cantik," jawab Mia yang lalu ikut menyeret kopernya dari ruang tamu ke carport. Koper Mia lebih besar dari koper kabin Lita sehingga dia agak kesulitan mengangkatnya untuk dimasukkan ke bagasi mobil.
Setelah pamit kepada orang tua Lita, dua gadis itu berangkat ke wisma milik Kemenakertrans di Lembang, tempat workshop diselenggarakan.
Butuh lebih dari tiga jam perjalanan dari Jakarta karena Mia menolak Lita mengemudikan sedan miliknya. Lita bisa membahayakan nyawa karena selalu ngebut, sementara Lita menganggap Mia terlalu lambat, padahal transmisi matic sangat mudah dikendarai daripada manual.
Wisma itu bersih. Meskipun belum ramai, sudah ada serombongan mahasiswa berjaket almamater krem yang sedang memilih kamar. Mia dan Lita memilih kamar paling pojok yang menghadap ke arah kolam ikan besar.
"Kamar mandinya tidak ada toilet?! Lalu di mana kita harus kencing dan buang air besar?!" Lita terperanjat setengah geram mengingat dia sering bangun tengah malam untuk buang air kecil.
Mia mengangkat bahu, "Mungkin di luar ada toilet," katanya sambil mengeluarkan isi koper untuk dirapikan ke dalam lemari.
Lita keluar kamar. Tidak ada petunjuk atau papan yang menunjukkan letak toilet.Â
"Mas, toiletnya sebelah mana, ya?" tanya Lita pada seseorang berkaus seragam biru yang dia kenali sebagai panitia workshop.
Lelaki berseragam biru itu menunjukkan arah toilet yang terletak di belakang aula pertemuan.
Kenapa toiletnya jauh banget, Lita mengumpat dalam hati. Tiba-tiba matanya membelalak dan mulutnya memekikkan sebuah kata, "Morgan?!"Â