Mohon tunggu...
Muh Yamin
Muh Yamin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengupas Rintik - Rintik Dalam Novel Hujan Karya Tere Liye

27 Februari 2018   17:45 Diperbarui: 27 Februari 2018   21:15 13799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tangga darurat itulah tempat yang sangat susah dilupakan dalam hidup lail. Ini dapat dibuktikan dalam penggalang kalimat.

"Tangan kecil Lail gemetar menggenggam anak tangga. Itu benar-benar tangga darurat, anak tangga yang terbuat dari besi ditanam di dinding. Lail seperti menaiki sumur gelap"(Hal-27)

Di tempat inilah detik-detik ibu Lail dijatuhi runtuhan bangunan. Lail saat itu melihat ibunya jatuh, dia tidak bisa menyelamatkannya. Setelah ibunya meninggal, tangga darurat menjadi kunjungan wajib buat lail bersama Esok. Banyak kenangan pedih yang dialami lail pada tempat ini.

Dalam novel ini latar sosialnya sangatlah kontras dengan kehidupan dunia sekarang. Dalam novel ini semua hal sudah modern. Ini dibuktikan dengan penggalang kalimat.

"Istri walikota tertawa. "Aku sebenarnya tidak menyetir mobil ini, Lail. Hanya duduk dan bergaya seperti sedang menyetir. Mobil ini bisa melaju sendiri tanpa sopir. Semua dikendalikan computer, mulai dari berbelok, berhenti, hingga memilih jalan yang tercepat yang tidak macet."

Dalam penggalang kalimat diatas membuktikan pada saat itu, semua teknologi baik dari segi transportasi dan komunikasi, semuanya sudah memakai teknologi yang canggih. Jadi semua masyarakat mudah untuk mengakses segala sesuatu untuk kelangsungan hidupnya.

Sudut pandang yang terdapat dalam novel Hujanyaitu sudut pandang orang ketiga. ini dibuktikan dengan beberapa kutipan kalimat.

"Dia menggunakan pakaian berwarna  krem dan memegang tablet layar sentuh. Dia seeorang paramedis senior." (hal-5)

"Dia tidak akan ke mana-mana. Jika ayahnya selamat, kembali ke kota ini, tempat pertama yang dituju ayahnya adalah rumah mereka. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang di sini."(Hal-38)

Dari dua penggalang kalimat di atas dapat kita simpulkan bahwa kata "Dia" menandakan bahwa Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Tere Liye adalah seorang penulis tersohor di Indonesia. Darwis itulah nama asli dari Tere Liye, Tere Liye hanyalah nama pena yang kini sangat dikenal oleh belahan masyarakat. Darwis lahir di lahat , Indonesia 21, Mei, 1979. Ia adalah anak seorang petani, ia adalah anak keenam dari tujuh bersaudara yang tumbuh dalam keluarga sederhana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun