Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sayap-sayap Patah sang Bidadari ~ The Wedding #Part 2

13 Juli 2015   07:30 Diperbarui: 12 Agustus 2015   03:26 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegelapan masih meremang di luar sana, Liana tak bisa memejamkan mata sejak terjaga semalam. Ia keluar kamar, terdiam di depan pintu. Ia tahu dimana Nicky berada jika sedang merasa kesal, iapun pergi ke sana. Berhenti di depan pintu yang tertutup rapat itu. Perlahan tangannya merangkak naik ke gagang pintu, memutarnya pelan-pelan dan mendorongnya hingga terbuka, ia memasuki ruangan itu, melihat ke sekelilingnya. Cukup tercekat dengan keadaannya yang berantakan, banyak barang di lantai yang berserakan. Liana melangkah secara hati-hati, Nicky tertidur di kursinya. Sebotol wine tergeletak di meja, isinya sudah tak sampai seperempat. Pasti sisanya sudah tertuang ke perut suaminya, Liana berhenti di dekatnya. Memandangnya, ia menaikan tangannya untuk menyentuh rambut Nicky. Tapi Nicky menggerakan kepalanya, membuat Liana menarik tangannya kembali. Nafas lembut kembali terhembus dari suaminya, Liana menghela nafas lalu mulai memungut lengan suaminya. Meletakannya di pundaknya dan mulai mengangkat tubuh suaminya, memapahnya berjalan hingga ke kamar. Membaringkan tubuh suaminya di ranjang. Ia melepaskan dasi yang sudah mengendur di leher Nicky secara hati-hati agar tak membangunkannya. Lalu ia juga melepas sepatu dan kaos kaki yang belum sempat Nicky lepaskan, setelah itu ia menyelimuti tubuh Nicky hingga sepinggang. Menatapnya sejenak sebelum meninggalkannya untuk kembali ke ruang kerja dan membereskannya .

Jam 6.45 pagi setelah menyiapkan sarapan, Liana kembali ke kamar. Di lihatnya Nicky masih terlelap, wajahnya terlihat lelah. Bagaimana tidak, ia harus mengurus Harris Group seorang diri, sesampainya di rumah terkadang masih sibuk di ruang kerjanya dan menerima telepon yang tidak mau beehenti menganggu. Di tambah lagi harus menghadapi sikap dirinya yang masih terganggu oleh trauma itu.

Setelah kakek meninggal ia merasa semakin terpuruk, sering menghabiskan waktu di kamar kakeknya dengan airmata. Selalu menghindar jika Nicky mendekatinya. Hal itu sempat membuat Nicky marah dan melarangnya masuk lagi ke kamar kakek, Nicky bahkan menyita kunci kamar kakeknya dan memberikanya pada Jaya. Memintanya agar tak mengijinkan Liana masuk kamar itu lagi.

Liana duduk di tepi ranjang, ia merangkakan tangannya untuk menyentuh bahu Nicky. Awalnya ia sangat ragu tapi akhirnya ia melakukannya juga. Sedikit mengguncangnya seraya berdesis, "Nicky!" tak ada tanggapan iapun mengulanginya lagi dengan suara sedikit keras.

"Nicky!"

Nicky sedikit tersentak, ia menggerakan tubuhnya sehingga Liana harus menjauhkan tangannya. Perlahan mata Nicky terbuka, ia mengerjap beberapa kali lalu mengusapnya dengan jemari untuk menghilangkan rasa kantuknya. Ia menemukan wajah Liana di sampingnya. Sedikit heran terpancar dari ekspresinya.

"Sudah hampir jam tujuh, jadi aku membangunkanmu!" katanya, "apa hari ini kau akan masuk kantor, atau....kau mau aku telepon orang kantor jika kau tidak merasa sehat?" tanyanya.

Perlahan Nicky bangkit duduk, menatap istrinya. Jujur, dalam situasi seperti ini membuat jantungnya berdegub kencang. Menatap wajah polos istrinya, ia ingin sekali meraihnya ke dalam pelukannya. Tapi itu tak mungkin, Liana pasti akan menjerit ketakutan lagi.

"Tak perlu, aku ada meeting penting!" jawabnya, ia menuruni ranjang dari sisi yang berlawanan dari tempat Liana duduk dan masuk ke kamar mandi. Setelah membuka pakaiannya ia mengguyur tubuhnya di bawah shower, termenung sejenak. Bukankah semalam dirinya minum di ruang kerja sampai tertidur, lalu bagaimana ia bisa ada di kamar. Apa Liana memindahkannya? Ia menggelengkan kepala lalu melanjutkan mandinya. Ketika keluar kamar mandi ia melihat kamar tidurnya sudah rapi dan pakaiannya sudah tersedia di atas ranjang seperti hari pertama mereka menikah.

Di meja makan.....

"Nicky!" panggil Liana, "bolehkah aku ke kamar kakek?" tanyanya penuh harap. Nicky berhenti mengunyah dan melirik, "aku...aku hanya ingin merapikannya. Aku janji, aku tidak akan menangis disana. Hanya..., jika berada di sana. Aku seolah bisa merasakan kehadiran kakek!" jelasnya. Nicky masih diam tak menyahut, "aku mohon!" rengeknya, ini pertama kalinya Liana meminta sesuatu darinya. Dan yang di minta hanya ingin bisa masuk lagi ke kamar kakek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun